NovelToon NovelToon
Istri Simpanan Tajir

Istri Simpanan Tajir

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Konflik etika / Nikah Kontrak / Kehidupan di Kantor / Keluarga / Pihak Ketiga
Popularitas:8.7k
Nilai: 5
Nama Author: mommy JF

Kembali lagi mommy berkarya, Semoga kalian suka ya.

Mahreen Shafana Almahyra adalah seorang ibu dari 3 anak. Setiap hari, Mahreeen harus bekerja membanting tulang, karena suaminya sangat pemalas.

Suatu hari, musibah datang ketika anak bungsu Mahreen mengalami kecelakaan hingga mengharuskannya menjalani operasi.

"Berapa biayanya, Dok?" tanya Mahreen, sebelum dia menandatangani surat persetujuan operasi.

"500 juta, Bu. Dan itu harus dibayar dengan uang muka terlebih dahulu, baru kami bisa tindak lanjuti," terang Dokter.

Mahreen kebingungan, darimana dia bisa mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu singkat?

Hingga akhirnya, pertolongan datang tepat waktu, di mana CEO tempat Mahreen bekerja tiba-tiba menawarkan sesuatu yang tak pernah Mahreen duga sebelumnya.

"Bercerailah dengan suamimu, lalu menikahlah denganku. Aku akan membantumu melunasi biaya operasi, Hanin," ucap Manaf, sang CEO.

Haruskah Mahreen menerima tawaran itu demi Hanin?
Atau, merelakan Hanin meninggal?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy JF, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29: Kepastian dan Restu

Di sebuah hotel mewah di pusat kota, suasana malam itu tampak sunyi, namun perasaan tegang membayang di ruangan tempat Manaf dan kedua orang tuanya, Manna dan Malika, menginap. Manaf duduk di sofa sambil menatap keluar jendela, memikirkan segala yang baru saja terjadi dalam beberapa hari terakhir. Dia tahu bahwa percakapan malam ini akan menjadi salah satu momen penting dalam hidupnya.

Manna dan Malika sudah lama merasa bahwa ada sesuatu yang perlu mereka bicarakan dengan Manaf, dan malam ini mereka sepakat untuk menyelesaikannya. Mereka tahu bahwa hubungan Manaf dengan Mahreeen tidak bisa dianggap enteng, apalagi setelah semua yang terjadi.

Malika berjalan pelan menghampiri Manaf, lalu duduk di hadapannya. Wajahnya terlihat tenang, namun ada ketegangan yang tampak jelas di matanya.

“Manaf, Mama dan Papa ingin bicara serius denganmu malam ini. Ada beberapa hal yang harus kita bicarakan, hal yang tidak bisa kita abaikan begitu saja.” pinta Malika dengan lembut.

Manaf menghela napas dalam-dalam. Dia tahu bahwa ini akan terjadi cepat atau lambat, dan dia sudah menyiapkan hatinya untuk menghadapi pertanyaan-pertanyaan dari kedua orang tuanya.

“Aku mengerti, Mama. Aku siap mendengar apapun yang kalian ingin bicarakan.” ucap Manaf dengan nada tenang.

Manna, yang duduk sedikit jauh dari mereka, akhirnya angkat bicara. Suaranya terdengar berat, seolah dia sedang memikirkan kata-kata yang tepat untuk disampaikan kepada anaknya.

“Manaf, Papa dan Mama tahu bahwa kamu mencintai Mahreeen. Kami bisa melihat itu dari caramu memperlakukannya, dari bagaimana kamu bicara tentangnya. Tapi kami juga harus memastikan bahwa kamu benar-benar serius dengan hubungan ini.” ucap Manna dengan nada serius.

Manaf menatap ayahnya dengan pandangan penuh keyakinan. Ia merasa bahwa sekarang adalah saat yang tepat untuk memperjelas segalanya, untuk menunjukkan bahwa perasaannya pada Mahreeen bukan main-main.

“Papa, Mama… aku sudah memikirkan ini dengan sangat serius. Aku tahu apa yang aku rasakan pada Mahreeen bukanlah sekadar perasaan sesaat. Aku mencintainya, dan aku tidak akan pernah meninggalkannya.” ucap Manaf dengan tegas.

Malika menatap putranya dengan perasaan campur aduk. Di satu sisi, dia bisa merasakan ketulusan dalam kata-kata Manaf, namun di sisi lain, sebagai seorang ibu, dia masih merasa khawatir akan masa depan anaknya.

“Manaf, kami tidak meragukan perasaanmu. Tapi Mahreeen bukan hanya seorang wanita yang kamu cintai. Dia seorang ibu, dia punya tiga anak yang harus dia besarkan. Kami hanya ingin memastikan bahwa kamu benar-benar siap untuk tanggung jawab ini.” ucap Malika dengan nada lembut namun tegas.

Manaf mengangguk, memahami kekhawatiran ibunya.

“Mama, aku sudah siap. Aku tahu ini tidak mudah, tapi aku akan melakukan apapun untuk membuat Mahreeen bahagia, juga anak-anaknya. Aku tidak akan lari dari tanggung jawabku.” ucap Manaf dengan penuh keyakinan.

Manna, yang sejak tadi mendengarkan dengan cermat, akhirnya memutuskan untuk bertanya lebih jauh. Dia ingin memastikan bahwa Manaf benar-benar paham konsekuensi dari keputusan ini.

“Manaf, ini bukan tentang perasaanmu saja. Ini tentang masa depan Mahreeen, masa depan anak-anaknya, dan masa depanmu sendiri. Kamu harus memastikan bahwa kamu bisa memberikan mereka kebahagiaan yang pantas mereka dapatkan. Jika niatmu hanya untuk bermain-main, lebih baik tinggalkan semuanya sekarang.” jelas Manna dengan nada serius.

Manaf menatap ayahnya dengan penuh keyakinan. Dia tahu bahwa ini adalah momen penting, dan dia tidak boleh membuat keputusan yang setengah-setengah.

“Papa, aku sudah memutuskan. Aku tidak akan pernah meninggalkan Mahreeen, dan aku tidak akan pernah menyakiti dia atau anak-anaknya. Aku mencintai mereka, dan aku akan selalu ada untuk mereka.” ucap Manaf dengan tegas.

Malika merasa tersentuh oleh ketulusan putranya. Dia bisa melihat bahwa Manaf benar-benar serius, namun sebagai seorang ibu, kekhawatiran tetap menghantui benaknya.

“Manaf, Mama percaya padamu. Tapi tolong, jangan buat Mahreeen terluka. Jangan biarkan dia merasakan sakit seperti yang pernah kamu rasakan dulu.” ucap Malika dengan lembut.

Manaf tersenyum tipis, menyadari bahwa ibunya mengingatkan kembali pada masa lalu yang kelam. Masa ketika dia pernah dikhianati dan merasakan luka yang begitu dalam. Namun kini, dia merasa bahwa cinta yang dia miliki untuk Mahreeen jauh lebih kuat dari apapun yang pernah dia rasakan sebelumnya.

“Mama, aku tidak akan membiarkan Mahreeen terluka. Aku tahu betapa pentingnya dia dalam hidupku, dan aku akan melakukan apapun untuk melindunginya.” ucap Manaf dengan penuh keyakinan.

Manna dan Malika saling bertukar pandang, seolah mencari kepastian dari satu sama lain. Akhirnya, Manna menghela napas panjang dan berbicara dengan suara yang lebih lembut.

“Baiklah, Manaf. Papa dan Mama akan mendukungmu, tapi ingat, kami akan selalu ada di sini untuk memastikan bahwa kamu tidak menyakiti siapa pun. Jangan buat keputusan yang akan kamu sesali di kemudian hari.” ucap Manna dengan bijaksana.

Manaf mengangguk, merasa lega bahwa orang tuanya akhirnya mulai memahami keputusannya. Semuanya memang tidak semudah dan gampang apa yang di pikirkannnya. Perjanjian yang mengikat Mahreeen padanya, itu adalah salah satu cara agar Mahreeen tidak bisa menolaknya, namun seiring berjalannya waktu benih benih itu mulai tumbuh pada Mahreeen juga.

“Terima kasih, Papa, Mama. Aku tidak akan mengecewakan kalian.” ucap Manaf dengan lembut.

Mereka bertiga duduk dalam keheningan sejenak, masing-masing tenggelam dalam pikirannya. Malika kemudian menatap putranya dengan tatapan penuh kasih.

“Manaf, Mama hanya ingin kamu bahagia, tidak lagi menjalani pernikahan yang seperti dengan Farisa. Itu saja.” ucap Malika dengan suara lembut.

"Jaga dan bahagiakan Mahreeen dan ketiga anaknya, jika nanti kalian di beri kepercayaan untuk mempunyai anak sendiri. Pesan Mama, jangan bandingkan anaknya dengan anakmu," lanjut Malika mengingatkan Manaf.

"Akan aku ingat, Ma. Pesan Mama ini," jawab Manaf serius.

Benar, anakmu adalah anakku juga Mahreeen. Begitupun dengan calon anak kita nanti, tidak akan ada yang berubah. Batin Manaf.

Manaf tersenyum, merasakan dukungan penuh dari kedua orang tuanya. Namun, sebelum percakapan berakhir, tiba-tiba terdengar ketukan di pintu kamar hotel. Semua mata langsung tertuju ke pintu, dan perasaan penasaran membuncah di dada Manaf. Siapa yang datang malam-malam begini?

Malika berdiri dan membuka pintu, lalu terkejut melihat sosok yang berdiri di ambang pintu. Wajahnya seketika berubah, sementara Manaf bangkit dari tempat duduknya dengan raut wajah bingung.

Di depan mereka, berdiri seseorang yang tak pernah mereka duga akan muncul. Tatapan penuh rahasia dan senyum tipis yang terpancar dari wajah tamu tak terduga itu membuat jantung Manaf berdetak lebih cepat.

“Kau? Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Manaf dengan nada penuh keterkejutan.

...****************...

Hi semuanya, like dan komentarnya ya di tunggu.

1
ziear
siao kak
Dwi Agustina
ayo semangat up LG💪👍🙏
Dwi Agustina
aneh,knp mesti dikasih kesempatan LG🙄
ziear: belum selesai kak, masih ada kejutan lainnya di depan nanti.
total 1 replies
Enny Nuraeni
ok bgt
ziear: terima kasih kak
total 1 replies
dapurAFIK
lanjut Thor makin penasaran aza...
ziear: siap kak
total 1 replies
dapurAFIK
bertemu calon madu🤭
ziear: 😅 bener bgt kak
total 1 replies
dapurAFIK
peros manusia ga waras
ziear: cung yang setuju Peros ga. waras☝
total 1 replies
ziear
siap kak
bentar lagi up ya di tunggu
dapurAFIK
semangat mahreeen..... semoga ada jln terbaik...
ziear
Karya Mommy selanjutnya.
Yang suka boleh lanjut dan kasih bintang ⭐⭐⭐⭐⭐
Dan yang ga suka boleh skip aja ya.
Terima kasih para raiders ku.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!