NovelToon NovelToon
Sang Penakluk! - Semalam Bersama Pria Asing

Sang Penakluk! - Semalam Bersama Pria Asing

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / One Night Stand / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Nathasya90

Berawal dengan niat baik untuk menolong membuatnya harus berurusan dengan seorang pria asing yang tanpa Marissa ketahui akan merubah hidupnya 180 derajat. Terlebih setelah insiden satu malam itu.

Kira-kira seperti apa tanggapan pria asing yang bernama Giorgio Adam setelah mengetahui kebenaran dari insiden malam itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nathasya90, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

MULAI POSESIF

"Kau tadi memanggilku dengan sebutan apa?" tanya Giorgio yang sempat mendengar Marissa memanggilnya. Walau samar tapi pria itu masih bisa mendengarnya.

"Gio … kau tak suka aku memanggilmu seperti itu?!" ucap Marissa menatap wajah tampan di depannya.

"Tidak, aku suka. Itu panggilan sayang dari orang terdekatku. Oma yang memanggilku Gio pada awalnya, tapi karena mereka sering mendengar panggilan itu dari Oma, pada akhirnya mereka pun memanggilku dengan sebutan," jelas Giorgio.

"Mereka?" tanya Marissa.

"Sahabatku. Roby dan tiga pria yang kamu temui di klub malam itu."

"Oh.. ya sudah, ayo bangun, ini sudah pagi. Kau bisa terlambat kalau tidak bersiap sekarang," kata Marissa dengan lembut sembari membelai wajah tampan di hadapannya.

"Aku bosnya. Kalau kamu lupa, Baby," jawab Giorgio lalu mengecup bibir yang menjadi candunya.

Sedikit kaget mendengar pengakuan Giorgio.

Jadi dia seorang bos? Apa artinya itu dia pemilik perusahaan? Ataukah hanya bos 'kecil' yang mengepalai satu bagian di perusahaan?

Kenyataan itu sedikit banyak membuat Marissa ragu. Apakah keputusannya sudah benar? Apa harusnya sebelum melangkah lebih jauh ada baiknya mencari tahu dulu mengenai pria yang akan bersamanya?

"Benarkah? Aku bahkan tidak tahu," tutur Marissa.

"Oh ya? Aku belum memberitahumu? Baiklah, nanti aku mengajakmu ke kantor," balasnya singkat lalu kembali mengeratkan pelukannya. "Aku ingin seperti ini terus," ucap pria itu menciumi ceruk leher wanitanya.

"Nanti sahabatku bisa melihat kita. Aku takut dia akan terkejut melihat kita bersama di atas tempat tidur seperti ini," ucap Marissa terkekeh.

"Baiklah, aku akan mandi." Pria tampan itu beranjak dan keluar dari kamar tanpa menutupi tubuh polosnya. Berjalan menuju kamar mandi yang letaknya terpisah dari kamar Marissa .

"Oh God … pria itu!" gerutu Marissa melihat kelakuan ajaib Giorgio.

Marissa lalu membuka lemari pakaian dan memakai baju rumahan lalu beranjak menuju dapur membuat sarapan untuk mereka berdua.

Bertepatan dengan Giorgio keluar dari kamar mandi, suara ketukan pintu terdengar. Dan hal itu membuat Marissa panik karena takut jika yang datang adalah Rossa, sahabatnya.

"Biar aku yang buka, itu pasti sahabatku," ujar Marissa saat melihat Giorgio hendak berjalan ke arah pintu.

"Stop! Tetap di sana dan tunggu di meja makan saja. Itu asistenku, Roby membawakan pakaianku. Tadi aku yang menyuruhnya datang," kata Giorgio menjelaskan.

Marissa mengangguk lalu duduk di kursi seperti apa yang diperintahkan pria itu.

Tak lama kemudian, Giorgio masuk dengan membawa sebuah paper bag ke dalam kamar Marissa .

Mereka kini sudah berada di meja makan. Menikmati sarapan berdua sebelum melakukan berbagai aktivitas di luar.

"Apa kau akan tetap akan bekerja di klub itu, Baby?" tanya Giorgio to the point.

"Kenapa? Apakah kau malu jika orang tahu hubungan kita?" balas Marissa menyelidik.

"Tidak. Aku hanya tak ingin tubuhmu dilihat apalagi sampai disentuh pria lain," ucap Giorgio dengan jujur seraya menatap wanita yang ada di depannya.

Marissa tersenyum. Bahagia mendengar jawaban dari pria itu. Paling tidak ia tahu jika pria yang sudah membuatnya hamil itu tak malu ataupun jijik karena pekerjaannya.

"Aku sudah resign dari sana. Seminggu yang lalu lebih tepatnya," jawab Marissa.

"Baguslah jadi aku tak perlu mengawasi mu 24 jam lagi seperti dulu," balas Giorgio lalu kembali melanjutkan sarapan sebelum berangkat kerja.

"Kau mengawasi ku? Sejak kapan?!" cecar Marissa yang tak menyangka jika gerak geriknya selama ini ternyata dipantau oleh pria itu .

"Sejak malam itu. Aku tidak ingin wanitaku disentuh pria lain," jawab pria itu posesif.

"Jadi, saat aku di restoran waktu itu pun kau sudah tahu?!" tanya Marissa dan pria itu menggeleng.

"Tidak. Tapi itu benar-benar suatu keberuntungan untukku karena pada akhirnya kau mau menerimaku," sahut pria itu dengan senyum mengembang, meraih tangan Marissa lalu mengecup punggung tangannya yang bebas.

Setelah menyelesaikan menghabiskan sarapannya. Giorgio pamit ke kantor dan mengatakan jika dia nanti akan meneleponnya.

"Hati-hati," ucap Marissa pada Giorgio saat berada di depan pintu.

"Hem, aku pergi dulu. Jika kau membutuhkan sesuatu, pakailah kartu yang kusimpan di meja samping ranjang." Giorgio pamit lal mengecup bibir dan kening wanita itu dengan singkat.

Wajah Marissa tersipu saat mendapat perlakuan hangat dan mesra dari seseorang. Bukankah adegan itu sudah seperti adegan pasangan suami istri ketika suaminya hendak bekerja?

Beruntung kondisi kosan miliknya berada di lantai dua dan di kiri dan kanan kosannya pun sedang kosong tak akan ada yang melihat kejadian tadi. Termasuk saat mereka bercinta semalam.

Marissa kembali ke meja makan untuk membersihkan meja lalu membawa alat makan kotor yang mereka pakai. Setelah mencuci peralatan makan dan minum, Marissa masuk ke dalam kamar untuk membersihkan kamar yang sudah seperti kapal pecah.

"Akhirnya beres juga" Marissa naik ke atas kasur dan berbaring di atas sana. Badannya sedikit remuk setelah percintaan panasnya bersama Giorgino.

TOK TOK TOK

Pintu kosannya diketuk seseorang dari luar.

"Apakah itu Rossa?" tanya Marissa pada diri sendiri lalu beranjak dari ranjang dan berjalan menuju pintu.

"Banyak banget belanjaan mu, Ros?!" Marissa terkejut saat melihat beberapa paket yang dibawa Rossa. Bahkan wanita itu sampai kesulitan membawanya.

"Biarkan aku masuk dulu, Ris. Ini berat tahu!" keluh Rossa lalu menyimpan kotak-kotak itu di atas meja makan. Kemudian berjalan ke arah dapur dan mengambil air dingin di dalam kulkas lalu meminumnya.

GLEK GLEK GLEK

Wanita itu lalu menyimpan gelas bening yang sudah dipakai diatas meja.

"Sekarang bertanyalah. Aku siap menjawabnya," ucap Rossa tergelak.

"Ini paket apa? Kenapa bisa banyak begini? Kau shopping online lagi?" Marissa dengan berondong pertanyaannya menatap beberapa paket yang ada di depannya.

"Bukan, bukan aku yang belanja. Kata bu kos, ini dikirim atas nama Marissa Patricia, bukankah itu namamu? Malahan aku kira kau yang shopping!"

"Iya ya, namaku ternyata. Tapi aku tidak shopping kok." jawab Marissa setelah membaca namanya yang tercantum di paket-paket tersebut.

"Jadi kalau bukan kamu, siapa dong?" tanya Rossa lagi.

Marissa mengedikkan bahu tanda dia tak punya jawaban dari pertanyaan sahabatnya itu.

Tak berselang lama, ponsel milik Marissa berdering.

"Tunggu, Ros. Aku ambil ponsel dulu!" Marissa beranjak dan masuk ke dalam kamar lalu mengambil ponsel yang diletakkan di atas kasur lalu kembali lagi menuju meja makan.

Keningnya berkerut saat melihat nama yang ada di layar ponsel.

MY LOVE CALLING!

"Sejak kapan aku simpan nomornya di ponselku?" gumam Marissa, merasa tidak pernah memasukkan nomor ponsel Giorgio di ponselnya.

"Ya, halo," jawab Marissa.

"Aku sudah sampai di kantor. Kau pasti kaget nomorku ada di ponselmu bukan? Aku yang menambahkan di kontakmu saat kau tidur. Dan ya, jangan mengubah nama id ku. Okey, Baby?" sambung Giorgio lalu menutup sambungan telepon tanpa menunggu jawaban dari wanitanya.

"Dasar menyebalkan!" decak Marissa kesal seraya mengumpati layar ponselnya. "Eh, tapi kok dia tahu apa yang kupikirkan. Apakah dia paranormal?"

Tak berapa lama ponselnya berdering kembali namun kali ini bukan telepon melainkan bunyi pesan.

TING

"Aku menyuruh Roby membelikan beberapa barang untukmu, apakah sudah sampai?" tulis Giorgio di pesan itu.

"Ternyata dia yang ngirim!" seru Marissa pelan seraya memasukkan ponselnya ke dalam saku baju.

"Dia? Dia siapa, Ris?!" tanya Rossa yang mendengar ucapan sahabatnya.

"Dia … siapa?" kata Marissa berkelit. Bukannya menjawab pertanyaan Rossa, Marissa justru bertanya balik.

Rossa memicingkan mata menatap Marissa yang tampak menghindari tatapan matanya dengan melihat ke arah bawah.

"Katakan yang jujur, kau pasti sedang menyembunyikan sesuatu 'kan? Benar bukan!" cecar Rossa menebak.

Wanita itu lantas duduk di samping sahabatnya itu lalu menundukkan kepala karena ketahuan berbohong.

"Ayo, katakan siapa pria itu? Apakah dia ayah dari bayimu?!" tebak Rossa untuk kedua kalinya.

Marissa speechless melihat sahabatnya itu bisa menebak apa yang disembunyikan.

"Apa kau paranormal juga? Kenapa tebakan kalian semua benar?"

"Benar bagaimana? Lagi pula tidak perlu menjadi paranormal untuk tahu apapun yang terjadi padamu, Sweetheart," kekeh Rossa mengerlingkan mata.

"So sweet. Kau memang yang terbaik!" Marissa memberikan dua jempolnya ke atas.

"Ayo kita buka, aku penasaran apa yang dia belikan untukku," ucap Marissa dengan semangat.

Rossa tersenyum lebar melihat tingkah sahabatnya itu.

"Okay, let's go!" Akhirnya mereka membuka paket itu satu persatu dengan suka cita.

"Astaga, Ris, apa ini?!" kata Rossa tak percaya melihat barang yang dibelikan untuk sahabatnya itu.

Marissa terkekeh melihat peralatan makan set lengkap dengan merk yang wow. Belum lagi alat penyedot debu otomatis yang bisa bergerak sendiri. Dan jangan lupakan set peralatan mandi lengkap dengan handuk, bathrobe dan sabun, sampo, serta barang lainnya dengan merek yang terkenal pula.

Dan saat membuka paket terakhir, kedua mata wanita itu melotot dengan sempurna saat melihat beberapa lingerie seksi dengan berbagai macam bentuk dan warna serta parfum dengan merk terkenal di dalamnya.

"Ya Tuhan, Riss ....." Rossa menutup mulutnya saat melihat barang-barang mewah yang dikirim oleh pria yang menghamili sahabatnya itu. "Fix pria itu pasti kaya, Marissa! Lihat saja semua barang ini, semuanya barang mewah. Kau wanita yang beruntung, Sayang."

Rossa dengan semangat 45 mengeluarkan satu persatu barang di atas meja itu.

"Untuk apa membeli barang-barang rumah tangga ini? Seolah dia ingin mengatakan kalau ingin tinggal bersamamu," cicit Rossa dan Marissa tak menjawab.

"Wait!" Keningnya berkerut saat melihat sahabatnya diam.

"Jangan bilang yang aku katakan juga benar?" tanya wanita itu dengan tatapan menelisik.

Marissa mengangguk pelan lalu tersenyum melihat ekspresi wajah sang sahabat.

"Aaahh.. aku pasti akan merindukan setiap momen kebersamaan kita!" Rossa beranjak dari duduknya lalu memeluk sahabat baiknya itu.

"Aku juga pasti akan merindukanmu," balas Marissa memeluk erat sahabat yang sudah dianggap sebagai kakak.

"Kau yang pindah atau dia yang pindah ke sini?" tanya Rossa seraya melerai pelukannya.

"Entahlah, kita belum membahas sampai ke arah sana, Ros tapi dia bilang kalau pulang kantor akan kembali ke sini," terang Marissa .

"Jadi artinya kita akan berpisah sekarang?!" ucap Rossa dengan mata berkabut. Sedih karena sebentar lagi mereka akan berpisah.

"Hem, sepertinya," sahut Marissa sendu. Bagaimanapun juga Rossa adalah orang yang selalu ada untuknya. Tidak hanya saat senang, saat sedih pun sahabatnya itu selalu berada di sampingnya.

Rossa menangkup kedua tangan Marissa , "Are you happy, now!" tanya Marissa menatap mata sendu sang sahabat.

"Ya, tentu saja. Aku bahagia, sangat sangat bahagia. Terima kasih untuk semuanya," kata Marissa dengan mata yang berkaca-kaca.

"Hem, walau berat karena akan berpisah, tapi aku akan bahagia jika kamu juga bahagia," ujar Rossa menenangkan sahabatnya.

"Jangan bersedih lagi ya.. bukankah harusnya kita harus bahagia sekarang? Keponakanku akan punya ayah dan kamu akan segera menikah. Berbahagialah, Sayang.," sambung Rossa tersenyum.

1
Dewi @@@♥️♥️
coba mampir baca,,semoga bagus,,,
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!