Novel ini adalah sekuel dari Novel pertama ku yang berjudul Suami Penyembuh Luka.
Dimas yang akhirnya merelakan wanita yang sangat di cintainya menerima tawaran Ibunya untuk menikah lagi dengan wanita yang sudah di pilihkan untuknya.
Adalah Kasih Permata, seorang gadis yang ceria yang sedikit centil. Kasih yang awalnya menolak pun akhirnya menerima tawaran untuk menikah dengan laki-laki yang sejak awal sudah menyatakan tidak akan pernah memberikan dirinya pada Kasih.
Mampukah Kasih membalut luka yang masih basah di hati Dimas. bagaimana Kasih melindungi keluarga kecilnya saat keluarga mantan Istri Dimas ingin membalas dendam pada Dimas.
Bagaimana juga jika mantan istri Dimas kembali datang dan mengusik rumah tangganya?
Apakah ketulusan Kasih bisa menggerakkan hati Dimas dan membuka hatinya menerima kehadiran Kasih...?
Happy reading ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yunis WM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Sekarang Kasih hanya tinggal berdua saja dengan Dimas. Wanita itu merasa sangat canggung Dimas ada di sampingnya dan tidak beranjak dari tempat duduknya.
“Aww…” Dimas mengalihkan pandangan dari layar tabletnya pada Kasih.
“Kau mau apa?” Dimas berdiri dengan cepat melihat apa yang istrinya butuhkan.
“Aku mau ke kamar kecil,” ujar Kasih. Dimas dengan sigap memapah istrinya ke kamar mandi. Saat berada di dalam kamar mandi, Dimas memapah Kasih sampai duduk di kloset.
“Apa yang Kak Dimas lakukan?” tanya Kasih melihat Dimas masih berdiri menungguinya.
“Menunggumu,” jawab Dimas dengan enteng. Kasih membulatkan matanya, menunggunya? Apa tidak salah. Masak sih Dimas melihatnya buang air kecil.
“Tidak perlu, aku akan memanggil Kak Dimas kalau sudah selesai,”
“Kenapa aku tidak boleh menunggumu, aku ini suamimu kalau kau lupa.” Karena sudah terlanjur kebelet, Kasih pun tidak lagi meladeni Dimas. Sambil menahan sakit akibat bekas jahitan Kasih bangun, Dimas dengan sigap memapahnya kembali ke tempat tidur.
“Terima kasih,” ujar Dimas saat Kasih sudah merasa nyaman di atas tempat tidur. Kasih mengkerutkan keningnya, harusnya kan dia yang bilang terima kasih Dimas sudah membantunya.
“Kau mengorbankan dirimu untuk menolongku dan Aurel. Aku tidak tahu bagaimana cara membalas kebaikanmu padaku,” ujar Dimas menjelaskan maksud dari permintaan maafnya.
“Sudah tugasku melindungi keluargaku,” jawab Kasih yang secara tidak langsung menusuk di jantung Dimas.
“Kau sangat baik, aku merasa menjadi orang jahat yang tidak tahu terima kasih dengan memperlakukanmu seperti kemarin.”
Akhirnya sadar juga.
“Apa aku masih punya kesempatan memperbaiki kesalahanku?” Dimas sepertinya tidak ingin membuang waktu lagi untuk memperbaiki hubungannya dengan istrinya. Meski bukan waktu yang tepat, tapi Dimas sudah memang ingin mengatakannya sejak kemarin.
“Maksud Kak Dimas?”
“Aku ingin memulai semuanya denganmu, sebagai suamimu.” Kasih menaikkan alisnya, sungguh dia tidak mengerti apa yang Dimas maksud dengan memulai semuanya dari awal sebagai suami.
Dimas menggenggam tangan Kasih yang tidak terpasang selang infus, dia menatap dengan lembut wajah pucat polos Kasih.
“Ayo membesarkan Aurel bersama-sama, menjadi Ibunya dan menjadi istriku,”
“Bukannya selama ini aku melakukannya,”
“Kau melakukannya dengan baik, sekarang ijinkan aku melakukan peranku sebagai suami. Kau mau? Memberiku satu kesempatan?”
“Aku tidak mengerti.” Dimas tersenyum, menyelipkan rambut Kasih yang berjatuhan menutupi pipinya. Dia bangkit dari duduknya dan mendekatkan wajahnya ke wajah Kasih. Lalu dengan lembut Dimas menyatukan bibir mereka. Menciumnya lembut. Sementara Kasih tiba-tiba menjadi patung diam dan tidak bergerak sama sekali.
Dimas menarik bibirnya dan mencium kening Kasih.
“Seperti itu maksudku.” Dimas tersenyum melihat reaksi Kasih yang diam seperti patung.
“Tidurlah, sudah malam.” Dimas membaringkan Kasih dan memperbaiki selimutnya.
“Lalu wanita itu?” tangan Dimas berhenti bergerak. Dia menatap Kasih. Dimas tahu wanita yang di maksud Dimas adalah Mia. Wanita yang hingga kini masih terkubur di dalam hatinya.
“Bagaimana Kak Dimas bisa memulai dengan ku kalau masih ada dia di dalam hati Kak Dimas.” Gantian Dimas yang terdiam. Bagaimana dia bisa menjawabnya jika dia tidak punya jawabannya.
Cinta? Dia belum memiliki itu sepenuhnya untuk Kasih, dia hanya mencoba membuka hati dan menerima takdirnya. Menerima bahwa wanita yang dia nikahi adalah wanita baik yang begitu tulus mengurusnya dan juga anaknya.
Mungkin masih terlalu dini untuk mengatakan tentang cinta, atau dia mungkin belum sepenuhnya menyadarinya. Tapi Dimas sudah berjanji pada dirinya kalau wanita yang saat ini bersamanya akan mendapatkan semua perhatian dan kasih sayangnya. Sedangkan masa lalunya akan tetap berada di dalam hatinya. Terkubur di tempat yang paling indah dan tidak akan terganti.
“Mari kita melupakannya, sekarang hanya ada kita saja. Mmm.”
“Apa aku bisa percaya pada Kak Dimas?”
“Tentu, kau harus peraya dan memberiku kesempatan,” Dimas dengan yakin mengatakannya. Kasih tersenyum dan menganggukinya. Dia rasa tidak ada salahnya memberikan Dimas kesempatan untuk membuktikan apa yang dia katakan hari ini.
Meskipun dia sendiri belum merasa yakin dengan apa yang Dimas ucapkan. Tapi tidak ada salahnya jugakan mencobanya.
Kasih akhirnya tertidur, Dimas masih setia berada di sampingnya. Dimas memandangi Kasih yang sudah terlelap. Dia yakin akan bisa membahagiakan istrinya.
Pagi sekali, Harlan datang menjemput Dimas sekaligus melaporkan pada Dimas bahwa preman yang menghadang mereka di parkiran mall sudah di amankan pihak yang berwajib hanya dalam waktu beberapa jam saja setelah kejadian.
“Apa mereka mengaku kalau mereka orang suruhan?” tanya Dimas.
“Mereka tidak mengakui kalau mereka orang suruhan, Pak. Mereka mengatakan kalau mereka benar-benar hanya ingin merampok saja. Dan kebetulan target mereka hari itu adalah anda.” Dimas mengepalkan tangannya, rahangnya mengeras.
“Gunawan benar-benar sangat licik. Dia pasti sudah mengatur apa yang harus mereka katakan jika tertangkap.”
“Mereka hanya akan di hukum sebagai perampok karena kita tidak punya bukti kalau semua ini sudah direncanakan.” Dimas meninju tembok, untung saja tangannya tidak sampai terluka. Meski tidak ada bukti yang bisa membuatnya menuduh Gunawan, tapi Dimas seratus persen yakin kalau Gunawan memang dalang di balik penyerangannya kemarin. Dan tujuannya jelas adalah mengambil Aurel.
“Apa yang akan Pak Dimas lakukan selanjutnya?”
Dimas diam memikirkan apa yang akan dia lakukan.
“Tentu saja aku akan membalas berkali-kali lipat. Istriku bahkan sampai terluka karena ulahnya, aku tentu tidak akan membiarkannya begitu saja.” Mata Dimas seperti menyala, dia pasti akan membuat Gunawan membayar apa yang telah dia lakukan hingga membuat Kasih harus terbaring di rumah sakit.
“Kak Dimas…” Dimas langsung kembali masuk ke dalam kamar begitu mendengar Kasih memanggilnya.
“Ada apa? Kau butuh sesuatu?” tanya Dimas dengan langkah cepat mendekati Kasih.
“Tidak, aku hanya mengira kalau Kak Dimas tidak ada di luar.” Jawab Kasih.
“Kak Dimas,” panggil Kasih.
“Mmm…” jawab Dimas menatap lembut istrinya.
“Yang kemarin itu apa sama dengan yang waktu itu, yang menghadangku dan Aurel?” Dimas tersenyum hangat, dia tidak mau lagi memperlihatkan kemarahan pada Kasih.
“Bukan, mereka hanya perampok. Mereka hanya ingin merampok saja, tapi karena kita melawan makanya mereka sampai melukaimu.” Kasih menghela nafas, dia tahu kalau Dimas sedang berbohong padanya.
“Kak, Kak Dimas tahu. Dendam tidak akan pernah ada akhirnya.” Dimas mengkerutkan keningnya.
“Apa maksudnya?”
Kasih tersenyum, “Jika kita membalas perbuatan seseorang kepada kita, seseorang itu pasti akan membalas kembali. Begitu seterusnya sampai salah satu dari kita ada yang hancur dan terluka. Dendam tidak akan pernah menyelesaikan masalah.”
Dimas membuang wajahnya ke arah tembok, sekarang dia mengerti maksud Kasih.
“Kau tidak perlu memikirkan itu, aku akan menjaga kalian dengan baik. Aku berjanji kau tidak akan pernah terluka lagi.”
“Kak Dimas tidak berniat melepaskan dendam Kak Dimas,” Dimas berdiri, sekarang wajahnya sudah tidak ramah.
“Kak Dimas tidak kasian dengan Aurel, seumur hidup dia akan hidup dengan rasa takut dan trauma.”
“Aku akan mengurusnya.” Dimas lalu meninggalkan Kasih sendiri di kamar.
Kasih hanya bisa menghela nafas, entah sampai kapan dendam Dimas bisa berakhir.
jgn tunggu diancam...
jgn serakah atau monika akan menyesal seumur hidupnya....