Flowlin Queen Arkanza, merupakan gadis kampung yang hidup sebatang kara.
Kejamnya dunia tak menggoyahkan semangat gadis tersebut untuk bertahan hidup.
Demi sesuap nasi ia bahkan rela bekerja keras, banting tulang. Ia tak pernah mengeluh akan hidupnya.
Hingga suatu hari ia bertemu dengan seorang wanita paruh baya, yang mana pertemuan tersebut akan merubah hidupnya.
Hal apa yang akan merubah hidupnya? apakah ia bisa merubah hidupnya? bagaimana kisah selanjutnya? ikuti cerita selanjutnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siska Marcelina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Draft
Saat ini Rangga masih tidak tahu bagaimana caranya ia untuk meminta maaf pada Flow, ia begitu gengsi karena selama ini ia hanya memikirkan pekerjaan tidak pernah berhubungan dengan wanita manapun, bukannya ia tidak laku, tapi ia malas menghadapi tingkah laku perempuan-perempuan yang mendekati nya. mereka selalu menempel padanya seperti melihat makanan enak.
Akhirnya ia memanggil sang asisten, ia menelpon melalui telepon kantor yang bisa langsung terhubung telepon kantor Bima.
Tuut,,, tuut,,, tuut,,, (menandakan telepon masuk)
triingg,,, triiingg,,, triiiiingg,,,
Bima mengangkat telepon kantornya, "Hal---" belum selesai Bima mengucapkan salam langsung di potong sama Rangga.
"Keruangan ku sekarang!" titahnya.
Tok,, tok,, tok,,
"Masuk!"
"Tuan memanggil saya?"
"Hmmm"
"Ada apa tuan?"
"Tidak usah formalitas, sekarang cari tahu dimana Flow dan apa kegiatan nya!"
"Baik tuan, saya permisi undur diri."
Bima langsung mencari tahu perihal Flow, ia kebingungan lagi mencari keberadaan Flow dimana.
"Kenapa ga dia ini setiap di cari selalu tidak ada bahkan aku begitu sulit untuk menemukan jejaknya," ucapnya gusar karena bingung hendak mencari Flow kemana lagi.
.
.
.
"Bagaimana keadaan putri saya, Dok?"
"Iya Dok, apa putri kami bisa di sembuhkan?"
"Harap Bapak dan Ibu bersabar, kami masih berusaha dengan semampunya."
tak tak tak
Terdengar langkah kaki yang begitu cepat, sepertinya seseorang tengah berlari menuju ke arah meraka,
Tok tok tok
"Dok, saya membawa pesan Dokter Farah," ucap seseorang di depan pintu, yang mana merupakan salah seorang perawat yang menjaga Rere di sana.
"Masuk!"
"Maaf Dok, kata Dokter Farah, 'ia membutuhkan bantuan Dokter sebab pasien kejang-kejang setelah percobaan ke 7 Dok." bisiknya pada Dokter Daniel.
"Baiklah, sampaikan pada Dokter Farah, aku akan kesana."
"Baik Dok, kalau begitu saya undur diri Dok, permisi."
"Hmm." jawabnya sambil mengangguk kan kepalanya.
"Maaf pak, buk, sepertinya saya harus meninggalkan bapak dan ibu terlebih dahulu, nanti akan kami kabarkan bagaimana kemajuan pengobatan putri kalian."
"Oh, baiklah dok, terimakasih dokter, kami titipkan putri kami ya Dok."
"Permisi!" ucapnya sambil berlalu meninggalkan sepasang suami istri itu.
"Pah, kenapa kita tidak bisa melihat Rere, pah? Apakah Rere baik-baik saja pa? Aku khawatir sama anak kita pah."
"Tenanglah mah, Rere pasti baik-baik saja. Mama jangan nangis lagi, kita percaya kan Rere sama mereka ya mah."
"Hmm, iya pah. Tapi kenapa perasaan mamah jadi tidak enak ya pah? Mama kepikiran Rere terus pah."
"Itu karena mamah merindukan anak kita itu, sudah mah jangan menangis lagi, lebih baik sekarang kita pulang."
.
.
.
"Kenapa dengannya Far?" tanya Daniel yang heran dengan keadaan Rere, karena tadi perawat memberi tahu nya jika sang pasien kejang-kejang, tapi sekarang kelihatan nya sudah agak membaik.
"Aku mencoba memasukkan racun kalajengking hitam untuk mencoba melihat apakah benar dia lumpuh karena racun atau tidak, tapi aku yakin ini racun, racun yang sangat langka." ucapnya yakin.
"Sepertinya untuk kali ini penelitian mu sudah ada kemajuan, kau sudah mempunyai solusinya?"
"Hmm, kau tahu! lihatlah dia, betapa menyedihkan keadaannya. Tapi aku yakin dengan racun ini dia bisa kembali pulih hanya saja aku harus menyesuaikan dosisnya, makanya aku memberikan dosis sedikit demi sedikit terlebih dahulu."
"Baiklah aku yakin, kali ini dia pasti akan menjadi mainan keberhasilan mu."
"Cih, kau ini. Tentu saja, dia akan ku jadikan alat untuk membalas pria itu, gadis ini pasti akan berhutang budi padaku."
"Semua terserah padamu, aku akan selalu mendukung mu apapun itu."
"Ah, kau memang yang terbaik Daniel. Apa kau menginginkannya?" ucapnya menggoda Daniel.
Daniel tanpa basa basi mendekati Farah, setelah sekian lama akhirnya mereka kembali dan meneruskan hal yang biasa mereka lakukan dulu.
"Ahh Daniel, Faster! Ahh...." des*han demi des*han terdengar di ruangan itu, Daniel tidak membiarkan Farah begitu saja, ia terus menghujani Farah dengan kenikmatan yang membuat Farah begitu melayang.
Mereka menghabiskan waktu yang lama di ruangan lab yang di saksikan oleh Rere secara tidak langsung.
Ya, Rere telah sadar kembali. Ia berhasil melewati kondisi kritisnya, namun saat sadar ia di suguhi suara yang membuatnya panas dingin, karena telah lama ia tidak mendapatkan terjangan di lubang mautnya.
Farah sama Daniel belum menyadari jika pasien nya telah sadarkan diri. Rere yang melihat ke arah suara-suara yang membuat nya juga ingin menengok secara perlahan ke arah mereka, ia melihat Daniel begitu hot dalam memuaskan Farah, roti sobeknya membuat darahnya berdesir apa lagi ditambah adegan-adegan itu, ia seperti nya juga menginginkan Daniel.
"Ah tidak, aku juga ingin merasakan pusakanya. Tapi badanku masih belum bisa di gerakkan semuanya." ucapnya dalam hati. "Ah, aku juga basah karena mereka. sungguh tidak enak sekali jika begini." ia sangat gelisah karena hasrat nya tidak bisa terpenuhi.
.
.
.
Saat sampai di mansion yang begitu megahnya tuan Koji langsung mencari sang kakek.
Ia tengah berada di ruang keluarga, tapi tidak melihat sang kakek di sana. Kembali ia memanggil seorang pelayan menanyakan keberadaan Kakek Barton.
"Kamu!" panggil tuan Koji sambil melambaikan tangan menyuruhnya untuk mendekat pada seorang pelayan yang sedang membersihkan setiap sudut dan sisi ruangan itu.
"Iya tuan, ada yang bisa saya bantu tuan?"
"Hmm, kamu tahu dimana Kakek saat ini?"
"Iya tuan, seperti biasanya tuan besar saat ini sedang ada tamu tuan, mereka saat ini main golf di lapangan tuan." jelas pelayan itu.
"Baiklah, terimakasih. Lanjutkan pekerjaan mu."
"Iya tuan, permisi."
.
.
.
Sedangkan sang kakek yang sedang di cari tuan Koji saat ini tengah bermain golf dengan seseorang.
Taakk,,,,
Shuuuuuttt,,,,
Klok....
"Hahahaha, sungguh permainan yang sangat bagus. Kau selalu menakjubkan."
"Tuan sangat memuji, saya tidak ada apa-apa nya di bandingkan tuan."
"Hahaha, kau bisa saja. Kau tahu, andai Koji bisa menemani ku bermain golf pasti aku akan sangat bahagia."
"Tuan tidak perlu khawatir, mulai saat ini biarkan aku yang akan menemani tuan bermain."
"Kau sangat baik sekali, aku pasti akan bahagia karena ada yang menemaniku, Hahahaha."
Tawa bahagia kakek Barton menggema di sepanjang lapangan itu, hingga terdengar oleh tuan Koji yang sedang mencarinya.
"Lexa, kau begitu baik dan cantik. Kau mau jadi cucu kakek?"
"Hehe, (sambil tertawa malu-malu) terimakasih kakek, kau juga sangat tampan sekali, apalagi di saat usiamu sudah tidak muda lagi, tapi orang-orang pasti tidak menyangka jika melihat mu, mereka pasti mengira kakek masih berumur 40 tahun." tutur manisnya sangat bisa membuat kakek Barton senang.
"Tidak tidak, tidak bisa di biarkan seperti ini. Kamu akan kakek jodohkan sama Koji, kakek sangat senang memiliki cucu seperti mu." ucapnya karena begitu ingin akan kehadiran cucu, ia begitu antusias untuk menjodohkan tuan Koji dengan Lexa.
Dengan malu-malu, "Kakek, hmm' aku mau." cicitnya. " Tapi, apa kak Koji mu sama aku kek?" sengaja untuk menarik simpati sang kakek.
Koji yang telah mendengarkan sedari tadi pu menghampiri mereka.
"Ehemm,,, Kek, ada yang hendak aku perlihatkan padamu." ucapnya memotong pembicaraan yang sudah terlalu jauh menurut nya.
"Kau--
Bersambung,
...----------------...
Jangan lupa seperti biasa jadikan favorit ya!!
Sekalian juga,
Like
Komentar sebanyak-banyaknya
Gift
Vote
Terima kasih banyak semuanya, sayang kalian semua,, 🥰😘😘🫶🫶