Balas dendam seorang perempuan muda bernama Andini kepada mantan suaminya yang pergi karena selingkuh dengan janda muda kaya raya.
Tapi balas dendam itu tidak hanya kepada mantan suaminya, melainkan ke semua lelaki yang hanya memanfaatkan kecantikannya.
Dendam itu pun akhirnya terbalaskan setelah Andini membunuh dan memutilasi semua pria yang coba memanfaatkannya termasuk mantan suaminya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tresna Agung Gumelar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Sementara Andini malam ini sedang merencanakan sesuatu di dalam kamarnya.
"Sepertinya besok aku harus mulai bergerak. Aku harus menemui Sandy secepatnya. Dia harus sesegera mungkin mati di tanganku."
Andini berkata sambil mempersiapkan peralatan seperti obat bius, sajam dan lain sebagainya yang dia perlukan kemudian dia memasukkannya ke dalam tas.
Saat mengambil dompet di dalam tasnya, Andini sempat menemukan foto Sandy yang ternyata masih tersimpan di selipan dompetnya.
Tanpa ragu dengan sangat kesalnya dia pun langsung mengeluarkan Foto tersebut kemudian menusuk-nusuk foto itu dengan pisau yang kini dia genggam.
Sampai tak sadar Andini sudah merusak tempat tidurnya karena dia menusuk foto tersebut di atas tempat tidur.
"Arghh. Mati kau Mas harus mati!"
Dengan sangat emosi Andini menghancurkan foto tersebut dan tempat tidur yang menjadi berlubang karena tusukan pisau.
Keesokan harinya.
Siang ini Jaka di perintahkan oleh Andini untuk memantau kegiatan Sandy seharian.
Karena siang ini Sandy sedang mengantar Fika menuju stasiun kereta, Jaka pun kini mengetahuinya bahwa Fika akan pulang ke kampung halamannya.
Jaka memantau mereka berdua dari kejauhan di dalam stasiun, karena bila Jaka tidak hati-hati Jaka bisa di ketahui keberadaannya oleh Fika.
Terlihat jelas oleh Jaka dari kejauhan, Fika yang sedang berpelukan dengan Sandy sambil berpamitan.
Jaka pun mendokumentasikannya dan langsung mengirimkan kepada Andini.
"Mas, janji ya kamu akan menyusul?"
Tanya Fika setelah memeluk Sandy.
"Iya sayang secepatnya. Kamu baik-baik ya di sana salam sama Ibu dan adik-adik kamu!"
"Iya pasti aku sampaikan. Kamu selalu hati-hati ya! Kalaupun nanti usahamu gagal kamu pulang saja susul aku, saat ini aku sungguh tak memperdulikan statusmu. Aku usahakan akan menerima kamu apa adanya."
"Sungguh kamu bicara seperti itu?"
"Iya aku sungguh-sungguh Mas."
"Tapi Fika, Mas akan usahakan semuanya ini berhasil, Mas akan melakukan semuanya untuk kamu sayang. Mas nggak mau membawamu dalam kesusahan nantinya."
Ucap Sandy sambil membelai rambut Fika.
"Aku percaya ko sama kamu."
Fika membalas belaian Sandy dengan senyuman manis.
"Baiklah Mas, Aku tunggu di sana ya!. Aku pergi dulu."
"Iya sayang silakan."
Fika pun masuk ke dalam gerbong sambil membawa satu buah koper yang lumayan besar.
Sandy hanya bisa melambaikan tangan sambil tersenyum melihat Fika pergi.
"Yes. Akhirnya."
Ucap Jaka dari kejauhan yang senang karena Fika tak memperpanjang kejadian waktu kemarin.
Setelah kereta berangkat, Sandy pun pergi meninggalkan stasiun. Sandy sempat melewati Jaka yang sedang berpura-pura melihat handphone. Sandy juga sempat menatap Jaka tapi dia tak begitu memperdulikannya karena dia tak pernah mengenal Jaka sebelumnya.
Kemudian Jaka mengikuti Sandy kembali di belakang mobilnya. Dan Sampai akhirnya Sandy langsung menuju kantor sedangkan Jaka seperti biasa memantau dari pinggir jalan sambil menikmati segelas kopi.
"Jaka ini apa maksudnya?"
Isi chat Andini kepada Jaka yang baru di buka oleh Jaka.
"Itu Fika mbak Andin, dia sepertinya pulang ke kampung halamannya. Tadi saya lihat sih keretanya jurusan ke Surabaya."
"Oh, yaudah kalau begitu kamu sekarang lagi di mana?"
"Saya lagi di depan kantor. Setelah Mengantar Fika, Sandy langsung berangkat ke kantornya. Dan sekarang dia lagi ada di dalam. Mobil Lita juga sudah ada di sini mbak."
"Oke deh. Kamu pantau terus ya Jaka!"
"Siap mbak Andin, kalau ada info pasti langsung saya kasih kabar."
"Sip. Makasih ya Jaka."
"Iya sama-sama Mbak."
Suasana di dalam kantor.
Sandy yang langsung masuk menuju ruangan Lita, dia mencoba basa basi sambil memberanikan diri untuk mencium pipi Lita.
"Pagi sayang."
Sambil mendekatkan wajahnya untuk mencium Lita.
Tapi di sini Lita langsung mundur bahkan menyuruh Sandy untuk duduk.
"Duduk kamu di situ!"
Ucap Lita sambil menyuruh Sandy untuk duduk di kursi yang ada di depannya.
Sandy pun menurutinya dan duduk di depan Lita.
"Nih baca!"
Ucap Lita sambil melemparkan satu berkas kertas.
"Apa ini?"
Tanya Sandy yang sedikit bingung.
"Baca! Nggak usah banyak tanya."
Lita sedikit membentak Sandy sambil menyenderkan tubuhnya di senderan kursi kantor.
Sandy pun langsung membuka berkas tersebut dan dia langsung kaget ketika melihat isinya. Karena isinya adalah surat gugatan cerai.
"Nggak!"
Ucap Sandy sambil melempar kembali berkas tersebut ke atas meja.
"Nggak apanya hah?"
Tanya Lita sambil menegakkan kepalanya dan menaruh tangan di atas meja.
"Aku nggak akan pernah menceraikan kamu."
Jawab Sandy dengan nada tegas.
"Haha. Kamu jangan harap aku bisa seperti dulu lagi ya mas sama kamu. Nggak usah mimpi."
Lita berbicara sambil berdiri. Sementara Sandy masih duduk sambil mendelik menatap tajam ke arah Lita.
"Dulu, aku sangka kamu ini lelaki yang tulus mas mencintai aku, aku mengenalmu nggak sebentar mas, lama. Karena dulu Almarhum papa sangat suka dengan kinerja kamu di perusahaan ini. Tapi aku bisa terima mungkin ini adalah karma untukku. Karena dulu kamu rela meninggalkan istrimu demi menikahi aku. Aku bisa terima itu."
Lita kini berjalan mengelilingi Sandy yang masih duduk di atas kursi.
"Terus sekarang apa yang kamu mau Lita dari aku?"
Tanya Sandy sambil menatap mengikuti langkah Lita.
"Permintaan aku cuma satu. Kita cerai terus kamu pergi dari sini. Udah selesai. Simple kan?"
Ucap Lita sambil mendekatkan mukanya ke arah Sandy.
"Oke oke aku akan melakukannya, tapi aku juga punya satu permintaan untukmu."
"Permintaan apa?"
"Aku Ingin 50 persen saham perusahaan ini jadi milik aku."
"Hah? Apa kamu bilang 50 persen? Atas dasar apa kamu minta semua itu, sepeserpun semua aset yang aku miliki nggak ada yang akan jadi milik kamu."
Lita yang jadi melongo ketika mendengar permintaan Sandy.
"Ya wajar lah, sudah hampir 15 tahun aku ikut dengan papamu. Jadi banyak jasa-jasa aku dong di perusahaan ini."
"Hahaha lucu ya mas kamu ini. Kamu itu di sini kerja, tiap bulan kamu di gaji sama aku. Udah lah nggak usah mimpi, emang aku se bego itu apa."
"Oke oke kalau kamu nggak mau, aku bakal tuntut kamu di pengadilan ketika nanti kita bercerai."
"Tuntut? Heh mas aku ini orang hukum, tau apa kamu tentang hukum."
"Ya bisa saja kan pengadilan mengabulkan permintaan aku."
"Haha bego dasar. Mending mulai hari ini kamu nggak usah ke kantor ini lagi. Asal kamu tahu, kamu sudah bukan bagian dari perusahaan ini lagi sekarang. Setelah dari sini, kamu kemas barang-barang kamu yang ada di rumah. Kamu tinggalkan rumah aku termasuk mobil yang kamu pakai sehari-hari kamu simpan mobil itu di garasi di tempat semula!"
Prakk.
Sandy mendorong beberapa barang yang ada di meja hingga berjatuhan. Kemudian dia melangkah menuju ke luar ruangan.
"Eh mas tunggu!"
Sandy sempat menghentikan langkahnya ketika mendengar ucapan Lita.
"Uang pesangon kamu yang selama 15 tahun itu nanti aku bakal transfer, kamu nggak perlu takut. Aku profesional kok orangnya. Sama satu lagi, uang yang sudah kamu hambur-hamburkan bersama perempuan perek itu nggak perlu kamu ganti. Itu semua sudah aku ikhlaskan. Ok!"
Sandy langsung pergi dari tempat itu dengan penuh amarah sambil membanting pintu.
Sementara setelah Sandy pergi, Lita tersenyum lega sambil membereskan barang yang berjatuhan di bawah meja.
"Dasar manusia nggak tahu malu, udah di kasih kehidupan enak malah kurang ajar. Sandy Sandy."
Ucap Lita sambil menggelengkan kepalanya.
bisa saja. semangat./CoolGuy/
padahal di simpan disitu terus.
selama saya di perantauan, sakit di paksain sehat, lapar di paksain kenyang, ngantuk di paksain semangat,ada masalah di pendam, uang yang gak cukup di cukupin, dan berbagai hal lain./Frown/
tapi walaupun begitu saya mendukung Andini bijak, dan jujur tapi tidak terkejut juga karena alasan nya sama dengan saya.
tapi kecepetan alurnya, moga aja bisa sampe ratusan Bab./CoolGuy/
setelah di pikir-pikir Bab nya emang makin dikit, ya