Juliet Laferriere, gadis muda asal Prancis yang berakhir menjadi tawanan seorang mafia asal Italia.
Bermula saat Matteo Baldovino Dicaprio, pria dari keluarga mafia dengan kekuasaan terbesar di Italia, berlibur ke kota Paris, Prancis.
Pria dengan marga 'Dicaprio' itu mengalami kecelakaan mobil saat berada di kota Lyon. Kota beribu momentum dan lampu yang menghalangi cahaya bintang. Tepat saat kecelakaan terjadi, Juliet muncul seperti malaikat dan membantu pria berdarah dingin itu keluar dari mobil yang berasap.
Namun, kebaikan yang dia lakukan untuk menyelamatkan hidup seseorang, malah berakhir menghancurkan hidupnya sendiri.
"Rantai ini untuk mengingatkanmu, bahwa kau adalah milikku."
Bagaimana cara Juliet melarikan diri dari seorang Predator gila? Lalu, apa pria itu akan luluh dan membebaskannya dari ancaman? Yuk ikuti kisah mereka, dan jangan lupa beri dukungan kalian!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elsa safitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rusia
Saat pikirannya terus di penuhi ingatan memalukan, dia melihat Matteo keluar dari kamar mandi. Pria itu memakai baju mandi dengan handuk kecil di atas kepala. Saat mata mereka bertemu, Juliet memalingkan wajahnya dengan cepat.
"Kau sudah memakan supnya?"
Saat Matteo bertanya, Juliet tidak membuat tanggapan. Pada akhirnya, Matteo mencari jawaban sendiri dengan melirik sup itu di meja.
"Pergilah bersiap sekarang. Kita harus pergi."
Lagi-lagi Juliet tidak menyahut. Hal itu semakin membuat Matteo kesal. Kenapa gadis itu terlihat sangat menghindarinya sekarang ini? Apa yang salah sebenarnya?
Karena tidak tahan dengan kebisuan Juliet yang tiba-tiba, dia mendekat pada gadis itu untuk memastikan apa yang sebenarnya terjadi padanya. Sadar Matteo berniat menghampirinya, Juliet bangkit dengan cepat.
"... Kemana kita akan pergi?"
Dia akhirnya menjawab setelah menghabiskan beberapa waktu tenggelam dalam ingatan memalukan. Sementara itu, Matteo melanjutkan langkahnya dan mendekat.
Dia memindai setiap ekspresi dari wajah Juliet yang terus berubah-ubah. Setelah melihat Juliet yang gugup, dia menyimpulkan sesuatu dengan senyuman liciknya yang familiar.
"Jadi kau sudah ingat ya?"
Juliet semakin di buat gugup. Wajahnya berubah menjadi merah dalam waktu yang sangat singkat. Sementara itu, Matteo terus mengejek dengan memberinya senyuman yang sama terus menerus.
Saat Juliet mencoba memalingkan wajahnya lagi, Matteo mencengkram dagunya dan kembali menarik pandangan Juliet. Dia mendekat dan semakin mendekat. Bahkan, Juliet bisa dengan mudah menggigit pangkal hidung pria itu karena kedekatan mereka.
"... Jadi, nona Prancis. Kau tahukan siapa yang memulai duluan?"
"Aku mabuk, jadi--"
Sebelum Juliet berhasil menyangkal, suara ponsel yang berdering mengganggu fokus mereka. Matteo melirik ke arah meja dan menemukan nomor Alexander di dalamnya. Dia enggan beranjak pergi, namun sepertinya panggilan itu sangat penting mengingat rencananya yang akan pergi ke Rusia.
Pria itu akhirnya pergi untuk mengangkat telepon. Juliet menghela nafas lega saat mereka memiliki jarak yang cukup jauh. Saat Matteo mulai berbicara pada seseorang dalam panggilan, Juliet pergi untuk mandi dan bersiap.
*
*
*
Setelah semua siap, Matteo membawa Juliet keluar dari kamar hotel. Dia tidak mengatakan kemana mereka akan pergi. Sebaliknya, dia hanya mengatakan, "Apa kau sering mengalami mabuk kapal?"
Juliet terkejut dengan pertanyaan yang tiba-tiba. Dia tersenyum sombong, seolah memberi jawaban bahwa itu tidak mungkin terjadi.
"Tentu saja tidak. Apa kau meremehkanku?"
Matteo tidak membuat tanggapan setelahnya. Dia melanjutkan perjalanan dengan mobil, sampai tiba di pelabuhan.
Sementara itu, Juliet semakin di buat terkejut. Dia menoleh pada Matteo seolah bertanya tentang apa yang terjadi dan kemana mereka akan pergi dengan sebuah kapal?
Matteo menoleh dengan senyuman liciknya. Dia tahu apa yang ada dalam kepala gadis itu, namun dia sengaja tidak membuat penjelasan.
Sebaliknya, dia menarik tangan Juliet dan masuk ke dalam kapal. Di saat terdapat tiga kapal besar yang siap berlayar. Seolah memang menunggu kedatangan Matteo, mereka mulai berlayar setelah pria itu masuk.
Di lihat dari desain kapalnya, dua kapal lain terlihat seperti kapal pengangkut minyak dan bahan pokok. Juliet berasumsi bahwa dua kapal itu tidak terikat dengan Matteo.
...***...
Setelah menghabiskan waktu beberapa hari, mereka akhirnya tiba di Rusia. Setelah kapal mendarat di pulau Valdivostok, pelabuhan terbesar Rusia di Samudra Pasifik.
Yang mendarat hanya satu kapal yang di tumpangi Matteo. Sementara dua lainnya tidak di ketahui mendarat dimana.
Matteo pergi ke luar untuk memeriksa, sementara Juliet masih tertidur di dalam. Gadis itu menghabiskan waktu di sepanjang perjalanan hanya untuk tidur dan makan.
Setelah di rasa aman, Matteo membangunkan Juliet untuk membawa gadis itu pergi. Saat Juliet membuka mata, dia melihat Matteo tengah menatapnya di tepi ranjang.
"... Apa sudah sampai?"
Dia perlahan mengangkat tubuh bagian atasnya. Sambil mengumpulkan kesadaran, dia menggosok matanya berkali-kali.
"Sudah. Ayo bangun."
Saat Matteo menyahut, Juliet mengangguk dan bangun dengan cepat. Dia mengikuti kemanapun Matteo membawanya. Di dalam kapal ternyata terdapat Dulce dan Gabriel, namun di tempat yang berbeda.
*
*
*
Setelah mereka turun, beberapa mobil muncul dan berhenti di hadapan mereka. Dari dalam, turun Alexander bersama beberapa anak buahnya yang siap menjamu Matteo dan Dulce.
"Mari masuk. Aku sudah menyiapkan rute lain untuk pergi ke wilayahku."
Alexander mempersilahkan mereka untuk naik ke mobil miliknya. Mereka tidak membuat tanggapan dan bergerak dengan cepat. Mau bagaimanapun, jika mereka tetap berada di pulau itu dalam waktu yang cukup lama, beberapa pegawai negeri mungkin akan menghampiri dan menanyakan beberapa hal yang merepotkan.
*
*
Setelah menghabiskan beberapa waktu dalam perjalanan, mereka akhirnya tiba di sebuah bangunan yang terletak di tempat terpencil. Matteo, seorang pria yang alergi kemiskinan itu merasa tidak tahan dengan tempat tersebut.
"Apa ini wilayahmu? Benar-benar sangat buruk."
Dia setia menutup hidung untuk tidak menghirup bau di sana. Melihat tempatnya saja dia sudah menyimpulkan, bahwa di dalamnya pasti akan lebih kotor lagi.
"Tidak, ini hanya salah satu tempat persembunyianku."
Setelah memberi Matteo jawaban, Alexander mengajak mereka masuk. Namun ternyata, saat pintu di buka Matteo bisa melihat kenyamanan di dalamnya.
"... Apa ini trik untuk menipu polisi? Ck. Idemu boleh juga."
Alexander tidak membuat tanggapan. Dia tahu Matteo memang memiliki kepribadian paling buruk di antara mereka semua. Lebih baik terus mengabaikannya untuk saat ini.
Alexander mempersilahkan mereka untuk beristirahat setelah menempuh perjalanan jauh. Namun, Matteo yang tidak sabaran menolak akan ide itu. Menurutnya pekerjaan lebih penting dari kesehatan. Tidak masalah meski matanya harus terlihat buruk karena kurang tidur dan istirahat jika bayarannya uang dan kekuasaan.
"Langsung ke intinya saja. Beberapa narkoba itu sudah di kirimkan, jadi sekarang tinggal menemui Boris. Dimana dia?"
"Apa kau yakin akan langsung pergi tanpa istirahat? Aku sudah menyiapkan semuanya, jadi setidaknya duduklah dulu."
Matteo menolak sekali lagi. Dia tidak peduli tentang ini dan itu selain pekerjaan. Sementara itu, di balik pria yang terus bertukar kata, ada Juliet yang terus merasa gugup.
Dia tentu mengenal Alexander. Bagaimana tidak, saat itu dia pernah meminta bantuan padanya saat pertama kali di bawa ke Italia oleh Matteo. Namun, dia tidak menyangka Alexander ternyata seorang Mafia dengan anak buah yang melimpah.
*
*
*
Setelah mengahabiskan waktu untuk berdebat tentang Matteo yang bisa saja merusak rencana jika terburu-buru, dia akhirnya di izinkan untuk pergi menemui Boris. Pria asal Rusia yang memesan Narkoba dalam jumlah besar untuk di edarkan.
Boris juga termasuk salah satu Mafia dengan kekuasaan besar di sana. Namun, dia masih terus berada dalam bayang-bayang ayahnya yang lebih kuat. Mikhail Stepanov, Mafia dengan kekuasaan terbesar di Rusia. Dia tidak mudah di ajak bekerja sama atau bahkan di sentuh.
Sosoknya yang tersembunyi sulit untuk di tangkap. Saat ini, Matteo berniat untuk menemui Boris dan meminta akses untuk bertemu mikhail. Dia sangat terobsesi untuk bisa melawan seseorang dengan kekuasaan yang lebih tinggi.
Setelah mengemudikan mobil dan masuk ke sebuah desa terpencil, dia memarkir mobilnya di suatu tempat dan mulai menyusuri jalan. Dia juga membawa Juliet dan Gabriel dalam misi kali ini. Sementara Dulce dan Alexander masih membicarakan tentang kerja sama.
Sebenarnya cukup sulit menemukan Boris. Dia tidak mengerti kenapa pria itu begitu tersembunyi sampai harus tinggal di sebuah desa mati. Apa mungkin karena suatu alasan tentang Rusia yang ketat, atau karena Mikhail?
*
*
Setelah menempuh perjalanan beberapa menit, dia mencium bau darah dari salah satu rumah yang terletak di tempat paling ujung. Dia memutuskan untuk segera memeriksanya.
Saat mereka masuk, terlihat seorang pria tua yang mati dengan luka tembakan di dada. Sebagian dari darahnya sudah kering. Sepertinya pria itu sudah tergeletak di sana dalam waktu yang cukup lama. Karena pemandangan yang cukup mengerikan, Matteo menutup mata Juliet.
"Gabriel, bawa Juliet keluar."
Gabriel mengangguk dan membawa Juliet keluar. Setelah di pastikan Juliet jauh dari korban, dia mulai memeriksa tentang apa yang sebenarnya terjadi beberapa saat lalu.
Dia menggeledah setiap saku dari pria itu, dan mendapatkan kartu namanya. Ternyata pria itu bernama Damir Makarov, pria berusia 55 tahun yang bekerja sebagai seorang detektif.
Ini semakin membingungkan. Seolah sebuah kasus besar baru saja terjadi, dan Damir berhasil mendapat jawaban tentang kasus tersebut. Namun, itu tidak penting. Mau bagaimanapun, Matteo pergi untuk menagih uang dari Boris.
Siapapun Damir dan apa yang terjadi di desa itu, dia tidak mau tahu lebih banyak.
Saat dia bangkit dan berniat pergi, suara tembakan terdengar dari luar. Dia terkejut dan langsung menoleh untuk melihat siapa yang tertembak. Saat dia menoleh, Gabriel terjatuh dengan darah di perut.
"Sialan!"
Dia berlari dengan kecepatan penuh untuk menjauhkan Juliet dari tempat itu. Dan benar saja. Saat dia keluar, seseorang terlihat bersembunyi di balik semak-semak dengan senapan.
Juliet menoleh untuk melihat Matteo. Dia tampak sangat ketakutan. Saat gadis itu membuka mulut untuk bicara, senapan itu mengarah padanya. Matteo dengan cepat berlari ke arah Juliet. Kecepatannya hampir bebarengan dengan peluru.
"JULIET!"
Dia langsung memeluk gadis itu dengan sangat kuat dan peluru itu berakhir mencapai tangan bagian atasnya. Dia terjatuh dan menggelinding di tanah sambil setia melindungi Juliet dari peluru selanjutnya.
Setelah senapan itu berhenti melambungkan peluru, Matteo bangkit dan membantu Juliet berdiri. Di tangannya terus bercucuran darah yang semakin banyak. Sementara di bagian lain hanya terlihat begitu kotor.
"Tanganmu.."
Juliet dengan ragu meraih tangan Matteo. Sebelum tangan kecilnya sampai pada bagian luka, Matteo lebih dulu meraih tangan itu.
"Maafkan aku. Apa kau baik-baik saja? Aku seharusnya tidak membawamu kemari."
Juliet terkejut namun tidak membuat tanggapan. Sementara itu, saat Matteo sibuk menelisik setiap inci dari tubuh Juliet, suara langkah kaki seseorang terdengar di belakangnya.
Dengan naluriah dia menoleh. Dua pria dengan baju yang sama berdiri dengan penutup wajah. Itu baju agen elit milik Rusia.
Matteo menutupi tubuh Juliet untuk melindungi gadis itu dari dua pria tersebut. Dia merogoh saku dan bersiap untuk mengeluarkan pistol. Di antara waktu itu, salah satu pria dengan senapan di tangannya tiba-tiba membuka penutup wajahnya.
Satu di antaranya ternyata Nikolai Ivanovich Baranov, satu-satunya pria dari unit 3 di unit khusus Spetsgruppa alfa FSB.
Nikolai lalu melihat ke arah ponsel sambil berlagak seolah dia tahu bahwa dia yang paling kuat. Dia tersenyum licik saat melihat isi dalam ponsel tersebut.
"Matteo Baldovino Dicaprio, ya? Namamu cukup mengesankan. Tapi sayangnya kau seorang pengecut."
tar lanjut lagi sa kalo dokter nya udah pergi