TAMAT 03 FEBRUARI 2024
Demi bisnis Mahesa yang hampir bangkrut, ia harus mau menikahi anak gadis milik konglomerat yang dulu pernah menjadi tunangannya: Snowy.
Sekarang, karena ulah menolaknya dahulu, Snowy menjadi membencinya. Menjadi tak lagi respect padanya.
Tugas pertama Mahesa setelah menikah adalah, harus mengatasi banyak lelaki yang masih berstatus sebagai pacar Snowy White Rain.
Sialnya lagi adalah, Mahesa mulai menyukai gadis bermata biru itu. Gadis bodoh yang memiliki banyak pria bodoh di hidupnya.
Snowy mungkin tidak sadar, jika dia sedang dimanfaatkan para kekasihnya, diperdaya para lelaki yang mengincar sesuatu darinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DUA ENAM
Malam ini Mahesa berada di hotel Millers- corpora. Sang mertua mengajak dirinya meeting, tak mau pulang ke penthouse lebih dulu, dari Surabaya ia langsung ke ke sini.
Mahesa kesal dengan ulah Snowy yang masih saja berselingkuh. Sayangnya selain ibu dan istri dia alergi pada wanita, kalau tidak, mungkin sudah menyewa perempuan untuk membalasnya.
Lupakan soal itu, Mahesa dan Putra tengah berada di ruang meeting dengan pakaian formalnya. Menunggu Rega Rain yang masih dalam perjalanan.
Mereka akan membahas soal kelangsungan Estrella kedepannya. Kemarin, Rega memberi penawaran terbaik dan alhasil Mahesa setuju untuk datang ke sini.
"Jalan terbaik, aku mundur." Mahesa duduk di kursi itu, sementara Putra menatapnya sambil berdiri mencondongkan tubuh. Di sisi mereka ada tiga orang lagi yang akan ikut meeting.
"Lalu kami?" tanya Putra.
"X-meria yang menaungi!" kata Mahesa. Papi Rega sendiri yang berjanji akan memberikan pekerjaan pada karyawan Estrella.
"Bisa-bisa bisnis kita ditutup Bos! Pasti lahan strategis Estrella akan dijadikan hotel sama mereka! Aku yakin." Putra berapi-api.
Tak lama mereka terdiam mendengar derap langkah kaki seseorang. Diiringi bawahan, Rega datang dengan sejuta wibawanya.
Mahesa sempat berdiri menyambut kedatangan sang mertua. Kemudian, sepuluh orang yang melingkar itu duduk di masing- masing kursinya.
"Kamu mundur?" Rega melirik menantu yang akhir-akhir ini dekat dengannya. Bahkan, Mahesa selalu berunding untuk urusan ini.
Rega lebih suka sikap transparan Mahesa, awalnya dia mengira Mahesa cukup terpaksa menikah dengan Snowy, rupanya tidak, Rega tak melihat adanya keterpaksaan.
Hanya saja ... Sayangnya mereka sedang dihadapkan pada kerugian besar akibat kacaunya pengolahan uang Estrella. Dan karena bangkrut yang terjadi, Rega harus ambil jalan yang mudah saja.
"Kalau begitu tetap keputusan awal yang kita ambil, X-meria akan menutup Estrella!"
Putra dan beberapa karyawan berjabatan penting di Estrella tak ikhlas. Mereka sudah menyukai pekerjaan itu, ini cukup sulit.
"Beberapa lokasi Estrella, akan dibangun ulang menjadi tempat yang lebih berfaedah," imbuh Rega kemudian.
Akan Rega jadikan lahan Estrella menjadi bangunan real estate. Yah, minimal rumah atau gedung perkantoran yang disewakan.
Dia tidak handal untuk urusan bisnis bar atau sebagainya. Lagi pula, beberapa bisnisnya sudah cukup menyita waktu, Kimmy food juga X-meria dua duanya lumayan merepotkan.
Tadinya Rega membiarkan Estrella dikelola Mahesa sepenuhnya karena dia yakin Mahesa handal untuk urusan itu.
Namun, kemarin malam Mahesa mengatakan ingin pasrah saja setelah melihat kekacauan yang terjadi hampir tak bisa diselamatkan.
Keuangan yang tersisa di Estrella, hanya cukup untuk mengganti gaji karyawan saja, setidaknya Mahesa tenang, mereka sudah kumpulkan bukti-bukti korup, dan sebentar lagi akan mengirim polisi untuk menjemput seluruh karyawan yang terlibat.
"Kami kerja apa Pak?" Putra protes. Kalau ditutup, belum tentu dia dapat pekerjaan yang nyaman seperti di Estrella.
"Gabung di X-meria!" cetus Rega enteng.
"Masalahnya Bos, ijasah mereka masih banyak yang lulusan SMA." Antonie berbisik di telinga atasannya.
"Perusahaan kita butuh minimal S1 untuk di kantor pusat, sementara untuk lulusan SMA pasti akan ditempatkan di pabrik. Karyawan Estrella terbiasa kerja nyaman gaji besar. Dan, aku pastikan mereka banyak yang menolak."
Rega manggut-manggut, benar yang dikatakan Antonie. Karyawan Estrella pasti orang-orang yang suka dunia gemerlap.
Jauh sekali dengan karyawan X-meria yang memang sudah sedari awal bercita-cita ingin menjadi karyawan X-meria. Biasanya lulusan SMA yang baru saja bekerja akan lebih tekun.
Berbeda dengan karyawan sejenis karyawan bar dan lainnya. Bila pun harus ditempatkan di pabrik, bisa dipastikan mereka akan mudah jenuh lalu ujung-ujungnya resign.
Rega berunding dengan Antonie, juga beberapa direktur lainnya. 25 lokasi yang akan ditutup ini bukan perkara main-main.
Mahesa juga mulai bingung, ada banyak karyawan yang terancam menganggur setelah ini. Ada banyak keluarga yang mungkin mendapatkan dampak dari ini.
"Ehm!"
Mata legam Mahesa beralih fokus ke arah samping, menatap paha mulus wanita cantik yang duduk di sisinya. Snowy datang dengan senyum lebar yang dilempar ke arahnya.
Bukannya senang disatroni istri, Mahesa sebal karena harus melihat Snowy dengan pakaian yang mini. Blouse ala kimono berkerah rendah, juga bawahan pendek yang cukup mengekspos paha mulusnya.
"Nyonya." Putra menyapa dengan senyum dan dijawab anggukan senyum Snowy.
Mahesa yakin, Putra sedang membayangkan bagaimana Snowy mendesah. Terlihat dari mata redup dan bibir ternganga itu.
Mahesa melepas jas hitamnya, segera melempar ke paha Snowy. Tanda, jika dia ingin Snowy menutup paha jernih itu.
Snowy tak mau, dia membalikkan jas Mahesa dengan melempar balik. Lalu, terapan tajam Mahesa membuat Snowy kikuk.
Mau tak mau Snowy menyengir. Lantas menarik jas suaminya untuk ditutupkan ke paha dan dadanya.
Di tengah meeting yang penting ini, Mahesa diharuskan mengenakan dasi. Tapi lihat, Snowy hanya memakai baju satin ungu gelap itu.
"Ngapain ke sini?" Mahesa mendekati wajah Snowy dan bergumam agar tak terkesan dia sedang bicara dengan istrinya.
"Ikut meeting." Pelan, Snowy mengusap lembut paha hingga meremas milik suaminya. Jelas, hal itu membuat Mahesa membelalak dan terpaku.
Tak berani berontak karena di depan sana Papi Rega sedang bicara. Alangkah tidak sopan si anak nakal ini, yang justru menggodanya dengan sentuhan binal.
Snowy cengar-cengir terkadang menggigit bibir bawah yang ingin sekali tertawa melihat raut menggemaskan Mahesa. Terlihat, tangan lelaki itu terus menggenggam tangan Snowy agar tak berkenan lebih jauh lagi.
Sampai di ujung acara, Mahesa segera pamit lebih dulu. Menarik istrinya keluar dari ruang meeting yang di isi Om Om mata keranjang, bawahan Papi Rega.
Sedari tadi mereka terus melirik ke arah Snowy yang memang terlihat sangat cantik. Rambutnya yang terurai ikal membuat kesan seksi dan Mahesa sebal dibuatnya.
Masuk ke dalam lift, Snowy menanggalkan jasnya ke lantai, segera menyudutkan suaminya dengan dorongan sensual, lantas meremas sesuatu di bawah sana.
Mahesa terdiam pasrah bahkan sedikit mendongak ketika saja istrinya memagut kulit-kulit di lehernya, turun ke dada yang terhalang sesuatu.
"Tumben pake dasi?" Snowy menarik lelaki itu dengan dasinya. Setahu Snowy Mahesa paling anti dengan pakaian formal, padahal saat formal begini Mahesa lebih menawan.
"Satu bulan Snowy tunggu kamu!"
Snowy tahu ngambeknya Mahesa karena dia masih menemui Demian, tapi dia belum menjelaskan apa yang dia bicarakan dengan mantan kekasihnya itu.