TAMAT 18 NOVEMBER 2024
Rahardian adalah luka bagi Nathalie, tiba-tiba saja suami tampan yang mengkhianatinya selama dua tahun terakhir justru memintanya hamil bahkan menata ulang pernikahan yang sudah hancur lebur.
Atas dasar cinta, Nathalie mau menuruti keinginan suaminya. Mereka berbulan madu ke Bali, dan kehamilan pun tak terelakan lagi.
Namun, di suatu malam, Nathalie tersadar akan sesuatu. Sadar, tentang tanda yang melekat di punggung suaminya bukanlah milik suaminya.
Cinta, obsesi, dendam, luka, intrik, dibungkus dengan indah dalam satu karya ini. Di mana pada akhirnya semua harus mengalah pada takdir yang telah digariskan sang maha esa.
Cerita romantis, tentang kekaguman, tentang kesetiaan, tentang kepemilikan, tentang keegoisan, tentang kepedulian dan tentang tanggung jawab versi Pasha Ayu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SPS DUA PULUH
"Selamat ulang tahun, dan selamat Natal, Nathalie yang cantik." Lembar demi lembar kartu ucapan dibukanya satu persatu.
Teman, sahabat, kerabat, semua mengirimkan kado spesial untuk Nathalie. Dan yah, ini tahun pertamanya merayakan Natal dan hari ulang tahun bersama Gama.
Rupanya, tahun kemarin menjadi natal dan ulang tahun terakhir bagi Rahardian mengirimkan kado untuknya.
Bahkan, hadiah yang Rahardian beli masih tersimpan rapi di dalam lemari. Ah, entahlah, kemarin, Nathalie merasa hadiah ini tidak ada artinya, hanya ritual biasa, ritual pemberian kado suami kepada istri yang tak dianggap.
Sekarang, semua tentang Rahardian menjadi sangat berarti setelah orangnya tiada. Bukan bahagia di hari raya, Nathalie justru meraung menangisi mantan suaminya.
Gama menepuk punggung wanita itu, lalu memeluknya. "Kau sadar tidak, aku hadiah terakhir dari suami mu."
Nathalie hanya tergugu-gugu. Dan sekarang, sudah ada dada Gama sebagai sandarannya.
Akta kematian Rahardian telah Nathalie genggam, kemarin Niko sudah resmi mengurusnya; Rahardian dinyatakan tiada dan Adhigama beridentitas sebagai putra lain Niko Dewantara yang baru ditemukan.
"Kita akan menikah, Nathalie." Gama kecup kening Nathalie lembut. Dengan adanya akta kematian Rahardian, mereka akan bisa secepatnya melangsungkan pernikahan.
Namun, jujur saja, Nathalie masih enggan untuk menyetujuinya. Rasanya, Gama masih pria asing baginya meski keduanya telah hidup di bawah atap yang sama.
...----°°••°°----...
Kehidupan berjalan seperti biasa. Gama masih bertahan di kursinya walau banyak kubu yang ingin menumbangkan dirinya.
Niko pada akhirnya bersuara ke media tentang siapa Gama. Berharap pembelaan itu membuat Gama luluh dan mempertemukan dirinya kembali dengan Aster.
Dari awal kehamilan sampai sudah mendekati hari perkiraan lahir, Gama selalu berada di sisi Natalie, pria itu bertanggung jawab seperti halnya harapan almarhum Rahardian.
Gama melindungi, meratukan, dan banyak hal lainnya. Termasuk, Gama tak pernah absen dari senam dan kelas kehamilan Nathalie.
Kemarin saat di-USG, bayinya terlihat sehat, semua itu tidak terlepas dari pengawasan Gama sendiri yang cukup telaten.
Hubungan mereka hanya tidak diikat payung pernikahan saja. Kalau untuk kasih sayang dan kepedulian, Gama juaranya.
"Gama--" Pria yang menyetir mobil SUV segera menoleh untuk panggilan wanitanya.
"Hmm?"
"Aku mau pipis lagi." Nathalie mengusap perut besarnya sambil meringis. "Kita berhenti di pom bensin depan, ya."
"Kamu yakin? Kemarin kamu tidak bisa pipis karena toiletnya jorok," peringat Gama.
Nathalie mendengus. "Tidak semua toilet di pom bensin jorok, Gama."
"Baiklah." Gama menurut untuk menepikan mobilnya ke arah pom bensin. Belum juga tiba, Nathalie sudah bernapas seolah lega setelah sebelumnya berapi-api menahannya.
"Gama--" Nathalie manyun menatap Gama yang meliriknya. "Sudah keluar pipisnya," ia berbisik-bisik seolah tak nyaman.
"Ya Tuhan." Gama mendengus, entah sudah ke berapa kali Nathalie pipis di mobilnya, akhir-akhir ini seperti menjadi kebiasaannya.
Semakin tua kandungan, semakin ada saja kelakuan Nathalie. "Kalau aku jadi nggak bisa tahan pipis. Ini juga karena ulah mu!"
Gama menghela. "Aku bahkan sudah lupa rasanya. Kau masih membahas akibatnya."
"Apa bau?" tanya Nathalie.
Gama terkekeh menyebalkan. "Yah, aromanya membuatku gerah. Aku lupa kapan terakhir melihat mu mengeluarkan yang lebih kental."
"Mesum!" umpat Nathalie. Gama hanya tersenyum kecil, lalu turun dari mobil setelah memarkirkan kendaraan tersebut.
Gama meraih pakaian ganti Nathalie di bagasi belakang. Sudah siap di dalam tas, dan pakaian itu sengaja dibawa-bawa mengingat Nathalie sudah sering pipis sembarangan.
Gama menuju pintu Nathalie, membukanya kemudian wanita itu menerima tas dari pria berkemeja hitam dengan dua kancing atas yang terbuka.
Bila urusan macho, Gama penenang, tapi untuk urusan keseriusan, Gama masih abu-abu bagi seorang Nathalie yang sudah cukup mengalami kisah mind blowing.
"Terima kasih." Nathalie akan ganti baju sekaligus buang air kecil. "Kamu bersihin joknya dulu nggak apa-apa kan?"
"Hmm." Gama meraih kanebo juga spray pembersih. Yah, hal ini sudah sering dia lakukan akhir-akhir ini. "Aku tunggu di sini."
"Iya."
Nathalie masuk ke dalam toilet, berlanjut kepada bilik paling kanan. Beruntung, kali ini toiletnya cukup bersih. Ia menuntaskan buang air kecil kemudian mengganti pakaian.
Tak lama, Nathalie keluar lagi, mencuci tangannya di wastafel. Saat matanya melirik ke kiri, perempuan cantik dengan rambut pirang tersenyum lewat pantulan cermin.
"Hay...," sapanya ramah.
"Hay," sapa balik Nathalie. Sesama wanita yang memakai toilet yang sama, sudah hal yang wajar jika saling menyapa.
"Kehamilan pertama?" Dengan bahasa Inggris, wanita itu bertanya.
Nathalie sedikit paham alasan di balik ramah wanita itu. Bule tersebut mungkin sedang mencoba mencari teman ngobrol untuk bertanya-tanya sesuatu tentang Indonesia.
Mengetahui itu, Nathalie tersenyum lebih ramah dari sebelumnya. Seperti sambutan dari pribumi atas negaranya. "Benar, ini memang kehamilan pertama ku."
Wanita itu sendu seketika. "Aku juga menginginkannya. Sayangnya dulu bayiku langsung mengalami keguguran."
"Sayang sekali." Nathalia ikut prihatin.
"Kapan lahir bayinya?"
Nathalie masih ramah. "Kira-kira ... masih setengah bulan lagi dari sekarang."
"Semoga selamat bayinya."
Doa wanita itu Nathalie sambung dengan kata aamiin. Dan sekarang, Nathalie harus keluar, maka dia pamit untuk pergi.
Namun, rupanya wanita ramah itu juga ikut-ikutan keluar. Agaknya memang sudah selesai karena memang terlihat lebih dulu sampai.
"Gama--" Di depan sana, Gama tampak menyemprot parfum ke dalam mobilnya.
Seketika Gama menoleh, seketika itu juga, Gama mendelik melihatnya. Dan yang paling tidak Nathalie sukai dari Gama dimulai, yaitu saat-saat pria itu berlari untuk memeriksa keadaan tubuhnya dengan cemas berlebihan.
Bahkan, membolak-balikkan tubuh Nathalie seolah panik. "Kau ... Tidak apa-apa kan?"
Gama melirik sesekali ke arah wanita bule yang berdiri datar di sisi Nathalie, lantas memastikan kembali lengan-lengan Nathalie.
"Aku baik-baik saja." Nathalie mendengus, kemudian berjalan memasuki mobil Gama tanpa tahu jika Gama mengkhawatirkannya.
"Kebetulan sekali, ya, tadi aku bertemu dengan istrimu, dan ternyata benar. Dia sangat cantik." Wanita bule itu terkekeh.
Tatapan Gama seakan bicara bahasa kepanikan. "Aku tahu ini tidak kebetulan, Alexandra. Aku yakin kau sengaja."
"Jelas saja. Karena kau masih kekasihku. Dan seharusnya sudah dari dulu Alexandra datang ke sini untuk melabrak mu!" balas Alexandra.
Gama diam meredupkan rautnya. Sebelum, ia berani menyeletuk kata pedih. "Sudah aku bilang ... kita selesai, Alexa."
"Setelah bertahun-tahun kita berhubungan, kau mencampakkan aku?"
Bukan dari satu dua tahun saja, tapi, sedari masih remaja. Dan dengan mudahnya Gama bicara seolah dia ini tidak ada harganya.
Gama terenyuh. "Kau tahu, Nathalie akan melahirkan anakku bahkan hanya tinggal menghitung hari saja."
"Jangan seolah aku yang jahat dengan sesama perempuan, Gama!! Aku tidak sedang merebut suami wanita mu. Justru dia yang merebut mu dariku!!"
Alexandra memicing matanya. "Apa kau benar-benar berniat menikahinya, hmm?" cecarnya.
Kediaman Gama membuat Alexandra terkekeh samar. "Hebat. Kau bajingan yang sejati, Gama. Kau bajingan yang sempurna."
Alexa tertawa sinis. "Setelah sekian banyak budi baik yang keluarga ku berikan padamu. Kekuatan, semuanya, kau khianati Alexa!"
"Gama__" Nathalie membuka kaca jendela demi memanggil Gama yang tak kunjung masuk ke dalam mobil. "Are you okay?"
Alexa tidak menyalahkan wanita di mobil sana, Gama pelaku utamanya. "Pulang, dia hanya orang baru di hidupmu. Cukup sabar aku membiarkan ulah mu. Aku tunggu kamu pulang atau, dia akan menjadi sasaran ku."
"Aku mencintainya, Alexa."
bikin novel komedi aja Thor
engkau shangat kocaks