Lihat saja, aku bersumpah, aku akan membuatnya memohon untuk menikah dengan ku kurang dari 100 hari ini.
Luna mengucapkan sumpah di depan sahabatnya, Vera yang hanya menganga menatap ke arahnya, merasa sumpahnya itu konyol dan takkan pernah terjadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RatihShinbe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29
Abel terbangun, di tertidur di perut Luna. Kepalanya mendongak menatap wajah Luna yang terpejam.
"Cantik! " gumam Abel.
Kemudian, Luna terbangun seraya meringis.
"Pakkk! " seru Luna.
"Hmmm? " Abel menjawab.
"Pak Abel itu berat tahu! " keluh Luna yang susah untuk bangun.
Abel baru tersadar dan bangun perlahan. Dia juga memberikan tangannya untuk Luna bangun.
Dia hendak menyentuh tangan Luna yang terluka, tapi Luna menepisnya.
"Tidak usah.... nanti pingsan lagi! " ucapnya seraya mengusap kepalanya yang terbentur tadi.
Abel bingung harus bagaimana.
"Sudah, Pak Abel kesana saja, aku akan urus diriku sendiri" ucap Luna sembari mendorongnya keluar dari kamar.
Abel tertegun di depan pintu kamar Luna, merasa tak berguna, bahkan untuk mengobati lukanya saja.
#
Makan siang, Luna mengetuk pintu kamar Abel.
"Pak..! " seru Luna.
Abel baru bangun, menggeliat dan menatap jendela.
"Sudah siang" gumamnya.
"Pak..., waktunya makan siang! " seru Luna lebih keras.
Abel berjalan membuka pintu, matanya masih setengah tertutup, tapi bisa melihat Luna yang merias diri, hingga dia membulatkan matanya.
"Aku.... " Abel terpesona.
Luna merengut karena Abel belum mandi, dia sudah lapar.
"Sebentar aku ganti baju dulu" ucap Abel paham dengan raut wajahnya.
Luna menutup pintunya kemudian menunggu di depan.
Matanya menatap hilir mudik orang berjalan hendak ke pantai.
"Apa tidak panas? Gue malah kepanasan gini" gumamnya.
"Tidak" ucap Abel yang sudah ada di belakang nya.
Luna berbalik, menatap Abel yang sudah rapi. Dia cukup terkagum, karena meskipun tak mandi, Abel masih sangat wangi.
"Kita harus jalan ke restorannya, tidak apa-apa kan? " tanya Abel.
Mereka berjalan keluar dari motel.
"Hmm, tidak apa-apa, sudah biasa" jawab Luna.
Luna yang berjalan di belakangnya, sibuk memeriksa pesan dari Vera.
\=Luna, entah kenapa aku jadi ingat tentang sumpah mu, apa yang terjadu setelahnya? \=
Luna sibuk menjawabnya hingga tak tahu kalau Abel berhenti berjalan, dan membuatnya akhirnya menabrak punggungnya.
Abel memejamkan matanya sejenak, kemudian dengan refleks tangannya meraih tangan Luna agar dia tak jatuh.
"Maaf Pak! " ucap Luna.
"Kau ini..., lama-lama punggung ku penyok karena kau tabrak terus tahu! " keluh Abel kemudian berbalik.
"Masa punggung penyok Pak, ada-ada aja pak Abel ini" Luna menjawabnya.
Abel menyempitkan matanya.
"Pesan dari siapa? " tanya Abel.
"Hmmm? " Luna masih menatap ponselnya.
Abel mengambil ponselnya, kemudian membaca pesannya.
"Paak...! Tidak sopan membaca pesan orang lain" ucap Luna seraya berjinjit hendak meraih ponselnya dari tangan Abel yang panjang.
"Sumpah? " Abel terheran kemudian menatapnya.
Luna berhasil mengambil ponselnya dengan berpegangan pada baju Abel, hingga membuatnya sedikit membungkuk. Wajah mereka berdekatan dan saling menatap.
'cantik, semakin hari semakin cantik' ucap hati Abel.
Tapi...
'jangan sampai dia tahu ini sumpah tentang nya' ucap hati Luna.
"Hmm, sumpah tentang.... " Luna tak punya ide untuk menjawabnya.
'ayolah Luna berpikir, apa yang akan kau katakan tentang sumpah itu... ' ucap hatinya.
Abel masih menunggu nya dengan tatapan curiga.
"aku yang tidak akan me.... " Luna ragu.
"Apa kau mengatakan soal hubungan ku dengan Clara pada Vera? " tanya Abel curiga.
"Tidak.... tentu saja tidak Pak! " Luna takut.
"Awas saja kalau kau mengatakan hal itu pada Vera, asal kau tahu, bahkan Devan pun tak tahu kalau Clara itu.... " Abel menatap Luna yang terlihat takut dengan ancamannya.
"Sudah, jangan dibahas" Abel berbalik dan berjalan lagi.
Luna menyusul, dia tak membalas pesan Vera.
Sampai di restoran, mereka makan. Luna yang lapar, melahap semua makanan yang dia pesan.
Abel sudah tak aneh dengan sifatnya yang suka makan, dia malah senang jika Luna bersikap apa adanya di hadapannya.
Abel melihat Luna sudah selesai makan, kemudian melihat orang lain makan ice cream berdua.
"Kau mau ice cream? " tanya Abel.
Mata Luna membulat, sedikit malu karena dia sudah makan banyak.
"Tidak Pak, tidak usah" ucap Luna tersenyum malu.
"Aku ingin ice cream itu, tapi kurasa ukurannya terlalu besar, kau mau kan makan itu juga, jadi kita makan berdua" tunjuk Abel ke meja di belakang Luna.
Luna menoleh, itu ice cream strawberry kesukaannya. Dia berbalik perlahan kemudian tersenyum.
"Apa boleh makan berdua? " tanya Luna sembari melipat bibir seperti anak kecil.
"Boleh" jawab Abel.
Akhir nya mereka memesannya.
#
Malam saat pulang, kali ini Luna yang berjalan terlebih dahulu karena mereka berjalan di tepi pantai.
Luna membuka sepatunya dan memegangi nya. Abel juga sama, dia memegangi sepatunya sendiri.
Luna berlarian mengejar ombak kemudian menjauhi ombak. Abel tersenyum melihat tingkahnya. Teringat juga saat mereka makan ice cream berdua. Abel semakin suka padanya.
"Hati-hati nanti kau jatuh! " seru Abel.
Luna tersenyum, dia sangat senang. Dia berjalan menghampiri Abel.
"Terimakasih Pak! " ucap Luna.
Abel membulatkan matanya.
"Untuk apa? " tanya Abel.
"Sebenarnya, aku tahu, seharusnya anda mengajak pak Devan kemari, tapi malah mengajak saya karena saya sangat ingin ke sini" seru Luna merasa semua keinginannya selalu dia penuhi.
Abel tersipu, dia meraba wajah Luna yang tersorot lampu jalanan yang remang dengan tatapannya.
"Itu karena aku sangat menyukai mu" ucap Abel.
Debur ombak membuat ucapannya tak terdengar oleh Luna.
"Apa? " Luna berteriak.
Abel tersenyum.
"Itu karena aku tahu kau mau kemari! " seru Abel.
Abel berjalan melewati nya.
"Pak, makan malam.... " Luna menyusulnya.
Abel berbalik sambil berjalan mundur.
"Hei... kamu sudah lapar lagi? " tanya Abel tak percaya tubuh sekecil itu ternyata banyak makannya.
Luna melipat bibirnya. Abel tertawa.
"Baiklah, makan malam di restoran dekat motel" ucap Abel.
"Terimakasih, terimakasih Pak Abel yang tampan! " Luna berjalan mundur melewatinya.
"Hati-hati! " Abel takut dia terjatuh.
#
Selesai makan, mereka kembali ke motel.
Di dalam, Abel sedikit mengeluh karena seharian tak mandi. Dia berendam air hangat untuk menghilangkan penatnya.
Sesekali tersenyum mengingat bagaimana Luna begitu senang.
"Hufthh, bagaimana caranya untuk mengatakannya? " gumamnya.
Kemudian dia tertidur di bathtub.
Luna sendiri baru selesai mandi dan sudah memakai pakaian santai untuk tidur. Tapi, sebuah pesan membuatnya terkejut.
Vera mengabari bahwa Novel, adik Abel menggugat cerai Clara istrinya.
Luna langsung keluar dan mengetuk pintu kamar Abel.
"Pak! " seru Luna.
Pintunya tak di kunci, Luna terheran tapi masuk untuk memeriksa.
"Pak...! " panggilnya lagi.
Dia melihat lampu kamar mandi menyala, dia berpikir Abel masih mandi.
Dia menunggu beberapa saat, tapi tak ada suara dari dalam seperti seseorang mandi atau percikan air sedikit pun.
Luna menempelkan telinganya di daun pintu kamar mandi.
"Dia sedang apa? Tidak ada suara" gumam Luna.
Tapi kemudian Abel yang datang dari arah luar menatapnya.
"Sedang apa kamu? " tanyanya.
Luna terperanjat, dia menatap kearah Abel dengan tangan memegangi dada.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=>>