Halo semua nya. Ini novel author yang ke 3. Di novel ini pemeran utama nya agak berbeda dengan dua pemeran utama di novel author yang lain.
Selamat membaca, dan semoga kalian suka.
Setelah di selingkuhi, dan di tinggal nikah oleh sang kekasih, Mawar di jodohkan dengan anak dari majikan Bapaknya. Bukan nya Mawar tidak mau, hanya saja laki-laki itu bertingkah layak nya wanita. Bapaknya yang seorang supir keluarga itu, terpaksa menerima perjodohan Mawar dan Angga. Banyak yang di harapkan dari pernikahan mereka berdua. Entah bagaimana nasib Mawar selanjutnya.. Selamat membaca. ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uul Dheaven, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Laki-laki setengah wanita itu hanya tersenyum menanggapi perkataan Mawar. Ia hanya melihat Mawar dari atas hingga ke bawah.
"Kenapa liatin aku kayak gitu?" Tanya Mawar.
"Mau lihat, seberapa susah nya kamu di Make over."
"Maksud nya gimana ini? Aku mau diapain lagi?"Tanya Mawar pada Angga.
"Nggak di apa-apa kan kok. Ini kan salon. Jadi aku mau kamu menikmati semua fasilitas yang ada di sini. Mulai dari pijatan, luluran, creambath dan lain-lain. Jadi, silahkan nikmati semua yang ada di sini."
"Tahu gini, aku nggak mandi dan dandan dulu tadi. Kan udah kebuang percuma. Aku sampe luluran sendiri tadi di rumah."
"Ciyeeee yang mau ketemu calon suami sampe luluran dulu." Ucap Angga sambil menggoda.
"Kan,, kan,, gitu kan. Buat sebal tahu nggak. Awas kamu ya. Itu rambut jangan sampai aku botakin."
Sang pemilik salon merasa merinding melihat Mawar yang berani berbicara santai kepada Angga. Sekeren itu Mawar bisa membuat Angga tidak berkutik di depan nya.
Selama ini yang ia tahu Angga adalah laki-laki dingin yang sulit di dekati siapapun. Ia merubah diri nya menjadi cantik, agar tidak ada satu wanita pun yang mencoba mendekati nya.
Namun, itu adalah salah satu hal yang membuat Angga merubah diri nya menjadi cantik. Ia merasa dunia tidak adil pada diri nya.
"Emang bisa kamu botakin aku? Belum apa-apa udah kalah duluan." Angga pun semakin menggoda Mawar.
Bagi nya sekarang, hal terasyik adalah membuat Mawar kesal. Karena ketika kesal, Mawar akan mengeluarkan banyak kalimat yang panjang.
"Kamu Angga, kalau masih banyak bicara, silahkan bicara aja sama teman mu itu. Aku mau pulang aja." Ucap Mawar.
"Eeh,, jangan ngambek dong."
"Bukan ngambek. Tapi kesal."
"Yaudah, aku minta maaf. Kamu di sini aja seharian ya. Dan juga boleh cobain apapun yang kamu mau."
"Tapi, aku nggak mau di pegang sama dia. Walaupun dia manusia setengah jiwa."
"Setengah jiwa?"
"Kayak kamu. Maka nya kalian jadi best friend kan."
"Tenang aja, nggak mungkin aku membiarkan laki-laki lain menyentuh mu duluan. Kamu itu milik aku."
Setelah berkata seperti itu, beberapa pegawai wanita datang dan membawa Mawar untuk memanjakan diri nya di salon itu. Mawar bahkan merasa sangat rileks.
Selama ini, memang ia jarang sekali memanjakan diri nya seperti ini. Fokus nya hanya mencari banyak uang dan cepat pindah dari rumah masa kecil nya.
Akan tetapi, siapa sangka ia malah akan menikah dengan laki-laki dari masa kecil nya. Laki-laki yang menjadi anak majikan Bapak nya yang seorang supir.
Dimana-mana, tidak ada keluarga kaya yang mau menjodohkan anak nya dengan anak pembantu. Tapi kali ini, berbeda.
Keluarga Hartawan memang kaya tapi mereka tidak lah sombong. Mereka akan sangat menghargai orang-orang yang setia terhadap keluarga mereka.
*****
Sementara itu di rumah kediaman keluarga Reno, Maharani merasa aneh dengan tangan dan bau parfum yang berbeda dari suami nya.
Tidak mungkin Reno mengganti parfum nya tiba-tiba. Karena itu tahu, suami nya itu sangat lah perhitungan.
Tangan itu semakin lama semakin masuk ke dalam baju nya. Tangan itu juga mulai memainkan dua gunung kembar yang menantang itu.
Maharani seakan lupa dan semakin terlena dengan tangan yang tidak ia ketahui siapa. Lepas dari itu semua, ia juga sudah lama tidak di belai seperti itu oleh Reno.
Reno tahu nya hanya memasukkan saja. Ia tidak tahu cara memanjakan wanita dan membuat nya bahagia. Setelah ia terpuaskan, Reno langsung mengabaikan Rani yang belum terpuaskan.
"Aah,,," Maharani mulai merasa aneh dengan tubuh nya.
Tidak sengaja ia melihat siapa yang ada di belakang nya melalui cermin.
"Aaaaaa...."
Maharani menjerit sekuat tenaga. Membuat semua orang yang sedang makan pun berdatangan karena suara nya itu.
"Sayang, apa yang terjadi? Kenapa kamu berteriak. Dan Papa, apa yang Papa lakukan di sini bersama istriku?" Tanya Reno penasaran saat melihat Papa nya lebih dulu berada di sana.
"Papa tadi ada di luar kamar mandi saat Istri mu berteriak. Jadi Papa langsung dobrak. Takut istri mu kenapa-napa. Apalagi dia sedang mengandung cucu Papa."
"Nggak usah lebay deh Pa. Biasa nya kamu nggak begini dengan ku dulu." Ucap Mama nya Reno.
"Ya dulu dan sekarang kan beda, Ma. Yaudah, Papa ke kamar dulu ya." Ucap Papa nya Reno dan langsung pergi begitu saja.
Reno menatap Maharani yang sudah memucat. Ia tidak pernah melihat istri nya seperti itu sebelumnya.
"Sayang, kok nggak di jawab sih. Kamu itu kenapa?"
Maharani masih saja diam. Ia seperti orang yang habis melihat setan.
"Kamu bawa aja dia ke kamar. Mungkin dia ngantuk." Ucap Mama nya Reno.
"Aku mau pulang." Ucap Maharani dengan suara yang tercekat.
"Rani, nggak bisa gitu dong. Kan kita udah janji mau nginap di sini malam ini. Besok kita pulang ya. Gimana?"
Maharani tidak menanggapi ucapan Reno. Ia langsung mengambil tas nya. Ia juga mengambil ponsel milik nya dan memesan taksi online. Ia tidak berbicara banyak.
Reno yang melihat kondisi istri nya merasa aneh. Ia pun memilih untuk mengantar istri nya pulang.
"Ma, Reno pulang dulu ya. Nanti Reno balik lagi setelah mengantar Rani."
"Biarkan saja ia pulang sendiri. Pasti itu akal-akalan dia aja supaya nggak menginap di sini."
"Ma, Rani kan lagi hamil anak Reno. Mungkin saja ada hal yang membuat nya tidak nyaman."
"Kamu selalu saja membela nya. Istri kamu itu benar-benar membuat Mama tidak bisa berkata-kata. Pergi lah. Mama tidak perlu anak yang pembangkang."
"Ma, jangan begini. Nanti Reno transfer lima juta deh untuk jajan."
"Tambahin dua juta lagi."
"Iya. Iya.."
Maharani yang mendengar percakapan Ibu dan anak itu merasa muak. Tujuh juta dalam sekejap melayang. Diri nya saja selama menikah belum pernah merasakan uang jajan sebanyak itu dari Reno.