Seorang pria muda bernama Adin Ahmad, ia lahir ditengah-tengah keluarga yang memprioritaskan dirinya menekuni ilmu agama, setelah ia menamatkan pendidikan s1 nya di bidang ilmu agama islam, kini ia berusaha menggapai s2 nya, jurusan ilmu sejarah islam, dan lika liku perjalanannya dimulai ketika ia hijrah dari Kota Serang ke Kota Tangerang. Awalnya ia ingin mengembangkan bisnis lalu melanjutkan pendidikan s2 nya dengan tenang.
Banyak wanita-wanita cantik di sekelilingnya yang tertarik padanya, baik dari ketampanannya maupun dari kejeniusannya. Salah satunya Syifa Fauziyah.
"Benarkah Ustadz Muda ini yang telah mencuri hatinya Syifa?"
"Terus kapan waktu terjadi pencuriannya itu?"
"Lantas kenapa Syifa tidak berteriak ketika hatinya di curi?"
"Apakah dia sengaja mebiarkan agar hatinya di curi dan diambil oleh Ustadz Muda ini?"
" Ayo mari kita simak kisahnya, semoga para sahabat terhibur !!"
"Tolong jangan sampai lupa!"
"Like, komen, share, dan subscribe"
"Kami nantikan dari anda!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aby Arsyil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28. Pemilik Rumah Sakit Datang
Sore itu keheningan serasa mencekam dan hembusan angin seolah meresap masuk menusuk ditulang. Umi Tiah yang kondisinya ikut-ikutan lemah selalu dijaga oleh suaminya Ustadz H. Furqon, dia merasakan betapa rapuhnya jiwanya ketika melihat adik laki-laki yang sangat disayanginya kini terbaring lemah di ranjang rumah sakit dengan keadaan yang sangat mengkhawatirkan. Dari mulutnya Umi Tiah selalu melafalkan doa-doa Syifa untuk kesembuhan dan keselamatan adiknya.
Setelah menenangkan para wanita yang berlari-larian dan mencegah mereka agar tidak memasuki ruangan tersebut. Dokter Sadia Putri dan dokter Kayla Putri langsung saja memasuki ruangan itu, dokter Sadia Putri memeriksa keadaan pasien dan dia sangat terkejut sekali dengan kondisi pasien yang sangat kritis.
Detak jantungnya tidak stabil, aliran darahnya kacau, pernafasannya juga tidak normal dan bibir pasien kini membiru bahkan denyut nadinya juga sudah melemah, dokter Sadia Putri segera memberikan suntikan dan mengganti infusan lalu dia memeriksanya lagi dengan teliti selang beberapa saat pasien kini sudah kembali tenang, detak jantungnya sudah kembali normal nafasnya juga sudah mulai teratur, aliran darahnya juga sudah lancar.
Lalu dokter Sadia Putri bertanya pada adiknya. "Adik Key, obat apa yang telah kamu berikan padanya?" Dokter Kayla bukannya menjawab tapi dia balik bertanya. "Emang kenapa kak? Aku tadi memberikannya obat-obatan ini!" sambil mengangkat tangannya dokter Kayla menunjukkan botol obat itu pada kakaknya.
"Apa...??? Apa kamu sudah gila Key? Ini obat-obatan sudah dilarang! Tidak boleh kita gunakan lagi." Jawabnya dengan sedikit emosi.
"Dilarang, dilarang bagaimana maksud kakak? bukan kah kita selama ini telah memakai obat-obatan ini karena efeknya sangat manjur" Dokter Kayla putri berusaha membela diri.
"Makanya kamu harus menghadiri rapat perkumpulan dokter-dokter yang setiap bulan diadakan, jangan cuma bisanya pacaran doank! Ingat bulan depan kamu harus menghadiri rapat itu" Dokter Sadia Putri menyindir dan mengingatkan adiknya.
"Kakak jangan ngomong begitu nanti didengar sama orang lain, kan aku jadi malu." Kata dokter Kayla Putri sambil memeluk kakaknya agar dia tidak lagi mengungkit-ungkit masalah pacaran ditempat ini.
"Sudah, sudah ah, aku tau akal-akalanmu. Sekarang lebih baik kamu bersiap-siap sholat ashar dulu, setelah itu baru kita akan melaksanakan operasinya." Kata dokter Sadia Putri sambil melepaskan pelukan adiknya.
Dokter Kayla Putri memang sangat berbeda sifatnya jika dibandingkan dengan kakaknya yang alim, sopan, lemah lembut dan baik hati, dia orangnya terbilang cuek, agresif, sedikit galak dan mudah marah tapi sebenarnya dia juga orangnya baik dan suka menolong.
Dia tidak suka kalau diatur-atur namun satu hal lagi kebiasaan buruknya yang sulit untuk diubah dia orangnya terlalu mudah jatuh cinta sehingga banyak sekali pacarnya. jika dia sudah merasa bosan dengan pacar yang ini dia akan mencari lagi yang baru dan sering kali berganti-ganti pacar. Untungnya dia selalu bisa menjaga kesuciannya, kalau ada lelaki yang tidak senonoh dengannya maka dia langsung saja memutuskannya tanpa harus berpikir panjang.
Ustadz H. Furqon menyarankan kepada Kiyai H. Lutfi Hakim dan Kiyai Mukhlisin Mukhtar untuk melakukan doa bersama, meminta kesembuhan dari Allah SWT untuk adik iparnya yang sebentar lagi akan menjalani operasi. Usulan itu disambut dengan sangat baik oleh dua kiyai sepuh, bahkan H. Syukri Mashuri pamannya sangat mendukungnya dan semua orang yang mendengarkan usulan dari Ustadz H. Furqon, juga tidak mau ketinggalan untuk mendukung usulan tersebut.
Akhirnya setelah Rempug mengadakan musyawarah dadakan itu Kiyai H. Lutfi Hakim dan Kiyai H. Mukhlisin Mukhtar sebagai orang yang paling dituakan diantara mereka mencapai kata sepakat dan segera diputuskannya bahwa mereka semua akan mengadakan doa bersama setalah melaksanakan sholat ashar berjamaah di masjid rumah sakit ini dengan para jamaah yang tadi ikut bersamanya yang sekarang masih menunggu diluar, dihalaman rumah sakit ini.
Bapak H. Syukri Mashuri mengusulkan pendapat yang lain tentang masalah tempat untuk diadakannya doa bersama ini kepada Kiyai H. Lutfi Hakim dan Kiyai Mukhlisin Mukhtar serta kawan-kawan yang ikut dalam musyawarah dadakan tersebut, dia menyarankan kepada mereka agar doa bersama ini di gelar ditempat yang luas misalnya seperti masjid agung atau di lapangan terbuka seperti alun-alun atau dihalaman rumah sakit, agar para jamaah para jamaah bisa ikut serta.
"Pak Kiyai, bagaimana kalau kita mengadakan doa bersamanya dilapangan rumah sakit ini saja, karena aku melihat banyak sekali para jamaah pengajian yang datang jauh-jauh kesini untuk melihat kondisinya Ustadz Adin dan mendoakannya juga. Bagaimana menurut pendapat anda Pak Kiyai?" Bapak H. Syukri meminta pendapat dari dua kiyai sepuh itu.
Kiyai H. Mukhlisin Mukhtar menganggukkan kepalanya dan berkata. "Ana sih setuju, pak H. Syukri! Tapi bagaimana dengan ente, Kiyai Lutfi?" Kiyai H. Mukhlisin Mukhtar meminta jawaban dari Kiyai H. Lutfi, sedangkan orang yang ditanya masih diam dan sedang mempertimbangkan antara baik dan buruknya.
"Sebenarnya Ana juga setuju sih usulanmu itu ji, tapi masalahnya kita harus meminta izin dulu dari yang punya tempat ini. Bagaimana cara kita mendapatkan izinnya, sementara kita juga tidak tahu siapa pemilik rumah sakit ini." Jawab Kiyai H. Lutfi Hakim rupanya masih dengan penuh pertimbangan.
Usulan dari Bapak H. Syukri ini memang terdengar agak sedikit berlebihan tapi tidak ada orang yang komplain atau pun mencelanya, bahkan ditanggapi positif oleh mereka dan disambut dengan baik pula. Mereka juga menyadari dengan banyaknya orang yang ikut mendoakan kepada Ustadz Adin, itu juga akan semakin lebih baik pula dan ada harapan besar doanya akan segera dikabulkan oleh Allah SWT. Karena doanya orang banyak itu akan dihadiri oleh para walinya Allah, seperti yang tertera dalam suatu hadis dalam setiap 40 orang jamaah yang hadir mendoakan, akan ada satu diantaranya walinya Allah yang hadir. Bayangkan kalau ada ribuan orang jamaah yang mendoakan maka akan ada banyak pula para walinya Allah yang hadir turut mendoakan nya.
Ditengah kebingungannya mereka, tiba-tiba terdengar ada suara langkah kaki yang nampak begitu tergesa-gesa menghampiri mereka yang sedang bermusyawarah dadakan itu.
"Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh" Sapa orang yang baru datang itu dan salam pun dijawab dengan kompak oleh mereka. "Waalikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh".
"Bapak H. Syukri, Ustadz H. Furqon, Bapak Kiyai Lutfi, Bapak Kiyai Mukhlisin Bapak Kades Wawan, Bapak H. Munir, Bapak Budi, Bapak Kasmin. Masyaallah, mimpi apa aku semalam? Sehingga semua orang besar berkumpul disini! Maafkan kedatanganku yang terlambat ini. Pak Kiyai, Pak Haji semuanya" Dengan basa-basinya. Dan rupanya orang yang baru datang ini, hampir mengenali semua orang yang sedang berkumpul disini. Seperti orang yang sedang melakukan rapat dewan saja.
"Oh, iya aku hampir lupa Pak Kiyai, orang inilah pemilik rumah sakit ini." Seru bapak H. Syukri Mashuri girang sambil menghela nafas leganya dan dia memberitahukannya kepada mereka semua, padahal mereka juga sudah mengenal orang ini, tapi mereka tidak menyangkanya kalau sebenarnya pemilik dari rumah sakit ini dialah orangnya, orang yang telah mereka kenal.
"Oh, ternyata ente ji yang punya rumah sakit ini? Kirain ana punya siapa?" Seru Kiyai H. Lutfi Hakim dengan nada khasnya.
"Hehehe...! Iya Pak Kiyai Lutfi." Jawab pemilik rumah sakit terkekeh dan menjawabnya dengan sopan.
Dia bernama H. Sholeh Alaydrus ayahnya dokter Sadia Putri Alaydrus dan Kayla Putri Alaydrus, sekaligus sahabat karibnya H. Syukri Mashuri dan H. Munir Said.