Irene Jocelyn harus kehilangan masa depannya ketika ia terpaksa dijual oleh ibu tiri untuk melunasi hutang mendiang sang ayah. Dijual kepada laki-laki gendut yang merupakan suruhan seorang pria kaya raya, dan Irene harus bertemu dengan Lewis Maddison yang sedang dalam pengaruh obat kuat.
Malam panjang yang terjadi membuat hidup Irene berubah total, ia mengandung benih dari Lewis namun tidak ada yang mengetahui hal itu sama sekali.
hingga lima tahun berlalu, Lewis bertemu kembali dengan Irene dan memaksa gadis itu untuk bertanggung jawab atas apa yang terjadi lima tahun lalu.
Perempuan murahan yang sudah berani masuk ke dalam kamarnya.
"Aku akan menyiksamu, gadis murahan!" pekik Lewis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bucin fi sabilillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menonton
Di Rumah utama keluarga Maddison.
Ketegangan terlihat jelas ketika Mark dan Marisa bersitegang tentang hubungan Lewis dengan Clara.
"Sampai kapanpun, aku tidak akan mengakui ja*lang itu sebagai menantuku!" pekik Marisa membuat Mark menghela napas.
"Lalu apa?" tanya Mark sambil menatap dengan tajam. "Pernikahan mereka sudah terdaftar, dan Clara sudah pasti di anggap sebagai pelakor!" sambungnya.
Marisa hanya mengeram kesal. Ia tau apapun keputusan Lewis, tidak akan ada yang bisa menahannya.
"Jika kau ingin dia kembali mengundurkan diri, silahkan!" ucap Mark sebelum meninggalkan Marisa yang masih marah di ruang tamu.
Marisa menatap tajam kepergian suaminya. Ia tidak mungkin membiarkan ini semua terjadi begitu saja. Apalagi Lewis membatasi pergerakannya dan juga Clara.
Bahkan kini sudah ada aturan baru jika Clara tidak diperbolehkan untuk memasuki Perusahaan dan Mansion Lewis apapun alasannya.
Marisa memilih untuk datang ke rumah Lewis dan membicarakan hal ini dengan putranya. Selagi masih bisa dicegah, ia akan menempuh jalur apapun.
Mau taruh di mana mukanya nanti kalau semua teman-teman sosialitanya tau jika ia memiliki menantu yang tidak berkelas.
"Mau kemana kau?" tanya Mark ketika melihat pergerakan Marisa.
"Bukan urusanmu!" ketusnya.
Mark hanya membiarkannya pergi tanpa mencegah. Ia tau jika Marisa akan pergi ke rumah Lewis.
Ia memiliki harapan yang sama dengan Marisa, namun Lewis tidak semudah itu untuk diatur terutama tentang pasangan.
Marisa yang ragu untuk masuk ke dalam mansion Lewis, kini membulatkan tekad untuk menemui putra tampannya yang masih terlelap di dalam selimut.
Ia masuk dengan langkah tegap, menatap keadaan rumah yang terlihat sepi, hanya ada beberapa pelayan yang berlalu lalang membersihkan rumah.
Hingga pandangannya teralihkan ketika menatap seorang anak kecil yang tengah memangku botol minum besar dan beberapa cemilan di tangannya.
"Heh, anak siapa kamu?" sentak Marisa membuat Devon terkejut.
Ia membalikkan badan dan menatap nenek tua yang terlihat bingung.
"Nenek siapa?" tanya Devon dengan wajah datarnya.
Marisa terdiam dan terkejut ketika melihat paras wajah Devon yang terasa begitu familiar.
"Saya yang harus bertanya kamu siapa? Kenapa ada di rumah anak saya?" tanya Marisa ketus.
"Oh!" ucap Devon tidak peduli dan memilih untuk segera kembali ke kamarnya.
"Heh, berhenti kamu! Dasar anak tidak tau diri!" pekik Marisa berusaha untuk mengejar Devon.
"Mom!" panggil Lewis yang terganggu karena suara lengking Marisa.
"Lewis!" seru Marisa terkejut ketika melihat penampilan berantakan Lewis dan bekas percintaannya semalam.
Pria tampan itu hanya memakai boxer saja, sehingga terpampanglah dengan jelas lekuk tubuh Lewis di sana.
"Mom! Kalau hanya untuk membuat keributan, lebih baik Mom kembali dan beristirahat! Aku sungguh lelah karena tidak tidur semalaman. Jangan membuatku emosi!" ucap Lewis tegas.
Marisa terdiam. Ia menatap pintu kamar yang dimasuki Devon tadi. "Mommy melihat anak kecil tadi. Pelayan mana yang berani membawa anak-anak ke sini?" tanya Marisa membuat Lewis mengernyit.
"Jangan ganggu mereka!" tukas Lewis dan kembali masuk ke dalam kamar.
Marisa hanya terdiam, ia melangkah menuju kamar Devon dan membukanya. Namun sayang, pintu telah terkunci.
"Hei anak kecil, buka pintunya!" ucap Marisa sembari mengetuk pintu.
Hingga beberapa kali ia memanggil, tidak ada satupun respon yang ia terima. Hening, seolah tidak ada kehidupan di dalam sana.
Marisa menyerah, ia duduk di ruang tamu dan menonton televisi sembari menunggu Lewis untuk membicarakan masalah ini.
Sementara di dalam kamar, Devon duduk di atas kasur sambil membuka Laptopnya.
Dengan dahi yang ditempeli plaster demam, Devon menatap CCTV yang tengah memperlihatkan nenek tua yang ia lihat tadi.
"Apa dia nenekku?" tanya Devon.
Ia melirik ke arah Diego yang masih terlelap dan membangunkannya.
"Dek! Lihatlah siapa yang datang pagi ini," panggil Devon membuat Diego terbangun.
Dengan mata yang masih buram, ia menatap seorang perempuan yang terasa asing baginya.
"Siapa dia kak?" tanya Diego sembari meminum air putih.
"Nenek kita!" ucap Devon.
Diego hampir saja tersedak, ia mengucek matanya dan menatap dengan lekat wanita tua yang tengah duduk di ruang tamu.
"Apa mereka akan mengusir kita?" tanya Diego mengernyit.
"Ibu tidak akan membiarkannya," ucap Devon.
Mereka terus menatap laptop dengan serius sambil memakan cemilan yang didapat dari dapur.
Hingga kedatangan Lewis membuat jantung mereka berdetak kencang. Akhirnya ayah badjingan mereka bisa berada sedekat ini.
Sementara itu di luar kamar, Lewis hanya menggunakan jubah dengan wajah yang sudah lebih segar.
"Kenapa Mom datang pagi-pagi seperti ini?" tanya Lewis.
"Apa benar yang dikatakan Daddymu semalam?" tanya Marisa.
"Benar! Bukankah aku sudah memperlihatkannya?" seru Lewis.
"Mommy tidak setuju kamu menikah dengan dia, Lewis! Dan anak-anak tadi, pasti anak haram dia kan?" tanya Marisa membuat Lewis mengernyit.
"Anak haram atau tidak, yang jelas sekarang mereka sudah menjadi anakku!" tegas Lewis membuat Marisa semakin geram.
"Kau menerima anak orang lain! Lewis buka matamu! Dia hanya seorang ja*lang! Sangat tidak pantas berada dalam keluarga kita!" pekik Marisa.
Wajah Lewis langsung menggelap. Ia hanya terdiam dan melirik kamar yang berada di sudut ruangan dimana Diego dan Devon berada.
"Setidaknya, dia lebih baik dari pada wanita itu! Dia juga ibu yang baik untuk anak-anakku nanti. Hati yang begitu lembut, penyayang, bahkan ketika anaknya sakit tidak sekalipun dia terlelap hingga pagi!" jelas Lewis berhasil membuat Marisa bungkam.
"Kau menyindirku?" tanya Marisa.
Lewis hanya mengedikkan bahunya dan memilih untuk kembali ke kamar.
"Pulanglah, Mom! Aku tidak akan menuruti permintaanmu kali ini!" ucap Lewis malas.
Marisa tidak langsung pulang. Ia akan menunggu hingga Irene atau kedua anaknya keluar dari kamar.
Ia akan langsung menghajar mereka tanpa ampun ketika Lewis tidak ada.
Diego dan Devon terdiam menatap perdebatan itu sambil memakan sarapannya. Terlihat sangat keren dan membuat mereka paham, ternyata Lewis tidak sebadjingan itu.
"Kak, dia mengakui kita sebagai anaknya! Dia juga sangat mirip dengamu," ujar Diego membuat Devon terdiam.
"Jangan terlalu mempercayainya! Dia pasti sudah membuat Ibu sedih selama di sini. Buktinya nenek itu dengan mudah mengatai ibu," ucap Devon membuat Diego mengangguk.
Mereka masih memperhatikan Marisa. Namun Seketika wajah tampan itu terlihat murung karena Lewis tidak pergi bekerja. Mereka tidak akan bebas bertemu dengan Irene nanti.
"Aku merindukan ibu," ucap Diego membuat Devon mendelik.
"Kita bisa bertemu ibu setiap hari, sampai nanti kita kabur dan menghilang dari hadapan ayah badjingan ini," ketus Devon.
Untungnya sarapan yang di dapat cukup banyak dan juga stok cemilan, membuat mereka betah di dalam kamar seharian.
"Eh ibu bangun, Kak!" sentak Diego membuat Devon menatap wanita cantik yang begitu mereka sayangi.
Namun, Lewis berjalan dibelakangnya dengan wajah datar dan itu merusak pemandangan.
"Kita akan beraksi setelah ini, Dek! Persiapkan dirimu!" ucap Devon dengan senyum jahat di bibirnya.
semangat kak☺
gila ya lewis nyari irene cuma pengen tubuh dia doang , ayo kasih karma lewis seenggaknya biar dia ga seenaknya lagi sama irene