Hidup Naura sudah berantakan, semakin berantakan lagi ketika ia diperkosa dan diharuskan menikah dengan brandalan bernama Regan Januar. Kejadian mengerikan itu terpaksa membuat Naura mengundurkan diri dari pekerjaannya, berhenti kuliah, dan berbohong kepada ibu dan sahabatnya. Tidak ada ekspektasi berlebih dengan pernikahan yang didasari dengan alasan menyedihkan seperti itu. Namun, apakah pernikahan mereka akan berjalan baik-baik saja? Atau malah sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon macarhd, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Diusir?
Seperti yang Tessa katakan sebelumnya, malam hari ini Naura akan ikut kumpul dengan keluarga itu untuk membicarakan acara pernikahannya. Setelah makan malam, ia bersama dengan Tessa berjalan menuju ruang keluarga, menyusul Regan dan Papanya yang sudah pergi lebih dulu beberapa saat yang lalu.
Kali ini Naura tidak melihat Bagas di sana. Dari siang hari sampai saat makan malam pun, ia tidak melihat adanya cowok itu.
Entah ke mana. Biasanya dia selalu ada di sini.
"Keluarga kamu sudah siap semua?"
Naura yang duduk sendiri di sofa single, menganggukkan kepalanya ketika ditanya seperti itu oleh laki-laki yang duduk tepat di samping Tessa. Papanya Regan. Namanya Ardy, Tessa yang memberitahunya. "Sudah, Om," jawabnya.
"Kalau begitu, kita perlu bicarakan bagaimana konsep pernikahan kalian nantinya." Ardy menatap satu persatu mata yang duduk di sana. Dari Tessa istrinya, Regan, kemudian Naura. "Kalian ingin pernikahan yang seperti apa?"
Naura tidak tahu apakah pertanyaan itu ditunjukan olehnya atau kepada yang lain. Sebab, kata 'kalian' umum, kan? Selain tidak berani menjawab, Naura juga tidak memiliki jawaban atas pertanyaan itu.
"Mama sudah bicara dengan Naura siang tadi, katanya Naura ikut saja bagaimanapun pernikahannya nanti. Iya, kan, Sayang?" Tessa berucap seraya melihat ke arah naura, memastikan kalau apa yang ia ucapkan barusan itu benar adanya.
"I-iya, Ma," jawab Naura.
Selain membahas konsep pernikahan, ada sesuatu yang lebih menarik juga daripada itu. Yang pasti, membuat Naura terkejut, seperti yang dikhawatirkan oleh Tessa sebelumnya. Sesuatu yang belum bisa Naura jelaskan sekarang. Sesuatu yang sedikit tidak mengenakan, namun Naura tetap tidak bisa berkomentar apa-apa, apalagi sampai membantah.
"Kalau kamu, ingin pernikahan yang seperti apa, Regan?" Ardy beralih menatap Regan yang diam saja di tempatnya. Berbeda dengan Naura tadi, nada bicara juga tatapan matanya terlihat berbeda kepada anak laki-lakinya itu. Terkesan tegas dan penuh penekanan. Seperti orang yang tengah memendam kebencian.
Sedangkan Regan yang ditanya seperti itu, menghela napas panjang di tempatnya. Sebenarnya ia malah untuk duduk dan berkumpul seperti ini, apalagi membahas hal-hal yang tidak menarik bagi dirinya. Pernikahan seperti itu harusnya dilangsungkan secara kekeluargaan saja. Maksudnya tidak perlu pakai konsep-konsep segala. Asalkan sah di mata semuanya, itu sudah cukup, kan?
Selain tidak ingin ribet, Regan juga tidak mau kalau nantinya harus bersandiwara di hadapan semua orang. Hal itu amat melelahkan baginya.
"Yang nggak neko-neko, Pa. Kalau bisa, cukup keluarga aja yang dateng. Nggak usah pake acara gede-gedean."
"Itu tidak mungkin." Ardy membalas ucapan Regan dengan cepat, bahkan nyaris tak berjeda setelah anak laki-lakinya itu mengakhiri ucapannya.
Apa yang diinginkan oleh anaknya itu sesuatu yang tidak mungkin untuk dilakukan. Akan bagaimana kabar berita di luaran sana ketika anak dari seorang pengusaha besar seperti keluarganya menikah, tapi tidak ada acara resepsi yang menghadirkan banyak tamu undangan?
Ardy tahu, mungkin Regan tidak mau ribet dengan urusan-urusan seperti itu, mengingat acara pernikahan ini diadakan secara dadakan. Namun, sebagai anak yang telah melakukan kesalahan besar, harusnya dia mengerti dengan apa sudah ia jelaskan barusan.
Tidak mungkin. Acara resepsi yang setidaknya menghadirkan ratusan undangan harus tetap dilakukan.
"Tidak perlu bertanya pun harusnya kamu sudah tahu alasannya, Regan," sambung Ardy, ketika melihat wajah Regan yang seperti keheranan di tempatnya.
Seperti yang Regan duga sebelumnya. Percuma bertanya kalau ujung-ujungnya memilih keputusan sendiri. Sedari awal harusnya jangan bertanya ingin konsep pernikahan yang seperti apa kalau jawaban yang ia berikan tidak disetujui untuk dilakukan.
"Kalau gitu, terserah, Papa," ucap Regan pada akhirnya. Ia menatap kedua orang tuanya bergantian, dengan tatapan yang terlihat seperti tengah menahan kekesalan. "Kalian urus saja semuanya, Regan ikut aja."
Karena mau mengusulkan apa pun, sepertinya tidak akan ada gunanya bagi kedua orang tua itu.
"Kalau gitu, acara akan kita adakan hari Minggu besok, konsep pernikahan kita serahkan ke wedding organizer, bagaimanapun konsepnya, kalian harus menerimanya." Ardy mulai mengucapkan apa yang ada di dalam kepalanya. List tamu yang akan kalian undang, lalu serahkan ke Bagas. Naura, kalau bisa, keluarga kamu sudah ada di sini besok, biar lebih jelas nantinya. Saya akan mengundang banyak tamu, tentu kalian harus saya beri arahan."
Semua yang ada di sana, hanya bisa mengangguk tanpa bisa membantah apa yang telah diucapkan oleh Ardy. Naura sendiri merasa bingung di tempatnya, bingung harus dengan cara apa ia membujuk ibunya yang bahkan sampai sekarang belum memberi kabar juga. Kalau ibunya tetap tidak mau, bagaimana?
Bukan hanya merasa tidak enak dengan keluarga Regan, Naura sedikit merasa malu juga.
"Berita pernikahan kalian akan tersebar mulai besok malam. Ini mendadak, tentu akan ada sedikit skenario agar semuanya berjalan dengan lancar. Di sini saya tidak akan membeberkan alasan pernikahan kalian yang cukup memalukan. Kalian tinggal diam saja, semuanya akan berjalan dengan lancar." Ardy menghela napas sejenak, memberi jeda agar ketiga orang yang duduk di dekatnya itu memahami apa yang baru saja ia bicarakan. " Acara kita adakan di gedung yang sudah Papa siapkan. Mulai besok keluarga dari Papa maupun Mama akan datang, dan mulai besok juga semuanya akan sibuk dengan tugas masing-masing."
Dari banyaknya kalimat yang diucapkan oleh Ardy, hanya satu yang membuat hati Naura sedikit bergetar. Bukan karena senang atau terharu, melainkan merasakan sakit karena telah mendengar itu. Alasan pernikahan yang memalukan. Itu memang kenyataan.
Naura sendiri tidak membantah kalau hal itu mungkin menjadi aib bagi keluarga ini, sama dengan keluarganya juga. Naura juga menerima semua hal yang mungkin sudah direncanakan oleh keluarga Regan. Karena selain diam dan menerimanya, Naura bisa apa?
Hanya saja, perasaannya sedikit sakit ketika mendengar kenyataan itu. Hanya sakit, tidak sampai marah apalagi ingin membantah.
"Naura?"
Semua mata menatap Naura dan gadis itu mendongakan kepalanya. "Iya, Om?"
"Mulai besok kamu sudah harus tinggal di sini. Saya kasih kamu waktu dari pagi sampai sore untuk menyelesaikan semua urusan kamu di tempat tinggal yang lama, setelah itu saya harap kamu bisa melupakan semuanya dan tinggal bersama kami di tempat ini. Maksud saya sampai pernikahan kalian selesai, nanti."
Tunggu, ada beberapa hal yang membuat Naura bingung mendengarnya. Pertama, Ardy yang menyuruh Naura untuk meninggalkan semua urusan di tempat tinggal yang lama. Maksudnya apa? Apakah Naura benar-benar harus lepas dengan semuanya? Masalah kuliah, Naura sudah setuju dengan hal itu, tapi bagaimana dengan pekerjaan dan sahabatnya?
Yang kedua, Naura sedikit keliru dengan kata 'sampai pernikahan kalian selesai', itu maksudnya bagaimana? Apakah nanti-setelah pernikahan itu selesai-Naura tidak akan tinggal di tempat ini lagi?
Bukan, bukannya Naura berharap untuk menetap selamanya di tempat yang amat nyaman ini, hanya saja ia sedikit bingung dan penasaran dengan hal itu.
Pikiran tidak baik, tapi lewat dalam kepala Naura begitu saja. Apakah setelah menikah ia akan diusir dari tempat ini?
lebih milih orang lain dari pada anak keluarga nya