NovelToon NovelToon
Binar Cakrawala

Binar Cakrawala

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Cintapertama / Cintamanis / Teen School/College / Romansa / Slice of Life
Popularitas:4.4k
Nilai: 5
Nama Author: And_waeyo

Binar jatuh cinta pada kakak kelasnya sudah sangat lama, namun ketika ia merasa cintanya mulai terbalas, ada saja tingkah lelaki itu yang membuatnya naik darah atau bahkan mempertanyakan kembali perasaan itu.

Walau mereka pada kenyataannya kembali dekat, entah kenapa ia merasa bahwa Cakra tetap menjaga jarak darinya, hingga ia bertanya dan terus bertanya ..., Apa benar Cakrawala juga merasakan perasaan yang sama dengannya?

"Jika pada awalnya kita hanya dua orang asing yang bukan siapa-siapa, apa salahnya kembali ke awal dimana semua cukup baik dengan itu saja?"

Haruskah Binar bertahan demi membayar penantian? Atau menyerah dan menerima keadaan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon And_waeyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 20. Ajaib

Binar berusaha tersenyum. Ia mengangguk sekali, lalu berdiri. "Aku pergi, semoga Kak Cakra cepat sembuh," katanya.

Tanpa menunggu tanggapan Cakra, gadis itu sudah berbalik dan melangkah.

"Mbak Sena." Binar tersenyum saat melewati perawat UKS.

"Kak Sasha, tolong pastiin kak Cakra makan makanan sama minum obatnya ya," kata Binar.

Gadis itu tersenyum sebentar, kemudian buru-buru pergi keluar dari UKS sebelum melihat anggukan ragu dan tatapan heran dari Sasha.

Binar kini melangkah di koridor. Tidak apa-apa, ia rasa tak perlu merasa sedih hanya karena Cakra tak mau ia berada di dekat lelaki itu. Tidak apa-apa jika Cakra lebih ingin ditemani Sasha daripada dirinya, sungguh. Selama Cakra bisa baik-baik saja. Gadis itu mengepalkan kedua tangannya erat, tanpa sadar, kedua matanya sudah mengembun.

Jika seandainya bisa, ia tidak akan meminta tolong pada Sasha untuk memastikan lelaki itu memakan makanan yang ia bawa dan minum obat. Tapi, Binar tidak punya pilihan lain yang lebih baik agar Cakra tidak kenapa-napa.

Binar sangat menyayangi Cakra. Tidak tahu kenapa. Sesayang itu sampai dia bingung sendiri bagaimana cara membendungnya.

Gadis itu berusaha menekan ego, cemburu, dan juga rasa sedih. Ia berusaha mengikhlaskan apa yang terjadi. Andai itu bisa semudah membalikkan telapak tangan. Binar menyeka sudut air matanya yang berair.

***

Ketika Binar menemui Cakra ke kelas lelaki itu untuk makan bersama, Cakra bersikap cuek. Ketika mereka duduk bersisian, lelaki itu malah mengajak Sasha untuk ikut makan bersama. Meski Sasha menolaknya. Kemudian, Cakra mengajak Garuda untuk makan bersama lelaki itu. Yang tentu saja, tanpa tahu situasi dan kondisi, Garuda terima dengan senang hati.

Binar mengira Cakra tak mau berduaan dengannya, makannya mengajak orang lain. Ia mengira Cakra sangat marah. Niatnya, ketika selesai makan, ia mau berbincang perihal waktu Senopati memintanya agar dipertemukan dengan Cakra. Tapi melihat lelaki itu bersikap cuek, mengungkitnya saja ... Binar ragu. Dan akhirnya tak jadi, hingga memilih kembali ke kelas.

Binar kira setelah insiden di bawah hujan dimana keduanya jatuh, Cakra sudah tidak marah. Namun hari ini, lelaki itu kembali bersikap cuek. Ia tak mengerti kenapa Cakra seperti itu.

Binar selesai menceritakan apa yang terjadi padanya kemarin sesingkat-singkatnya. Alasan ia bersikap murung setelah kembali dari kelas Cakra. Pelangi menyimak saksama dengan kening yang sesekali berkerut.

"Oh ... jadi gitu ya."

Binar menganggukkan kepala. "Hari ini, kak Cakra lebih milih ditemani sama Sasha daripada gue di UKS. Dia nyuruh gue pergi, Na. Gue ngasih dia syarat, bakal pergi kalau dia mau makan obat sama makan makanan yang gue bawa. Soalnya Sasha bilang, kak Cakra nggak mau makan. Akhirnya ... kak Cakra setuju dengan syarat yang gue ajukan. Mau nggak mau gue harus pergi, biar kak Cakra mau makan sama mau minum obat. Supaya dia cepat sembuh."

Pelangi mengusap-usap bahu Binar sambil tersenyum menguatkan. "Sampai segitunya, sayang lo sama kak Cakra emang nggak kaleng-kaleng. Gue rasa kak Cakra orang paling beruntung karena dapat cewek kayak lo."

"Masa? Lo nggak bohong kan?"

"Iya, Binar Arabella. Ambil positifnya Bi, siapa tahu kak Cakra nyuruh lo pergi supaya lo nggak ikutan sakit juga, takut ketularan mungkin? Lo tahu nggak sih? Kalau kalian tuh ... benar-benar cocok karena mood dan sikap kalian yang sama-sama mudah berubah?"

"Maksudnya?"

"Ya begitulah. Kalian itu kayak ... kemarin musim dingin, sekarang musim kemarau, nanti musim hujan, besoknya musim semi. Bahkan ganti musimnya dalam sehari itu bisa berkali-kali. Tapi, menurut gue, sekarang lo lebih bisa ngendaliin diri lo, apalagi kalau itu ada sangkut pautnya sama kak Cakra. Karena setahu gue, ego lo itu agak tinggi."

Binar menghela napas pelan. "Gue nggak terlalu ngerti apa yang lo omongin. Tapi gue benar-benar senang jadi pacar kak Cakra, bahkan setelah semua ini ... gue tetap senang. Tapi gue juga bingung Na, gimana hubungan kami ke depannya? Apa kak Cakra juga senang?"

"Jalanin aja, Bi. Apapun yang terjadi nanti, lo akan selalu punya gue."

"Tapi gue tetap mau sama kak Cakra! Gue nggak mau putus!" kata Binar mulai ngotot.

"Ampun deh, lo udah berubah lagi."

Binar tertawa sesaat, ia tersenyum sambil menatap Pelangi. "Makasih ya Na, lo sampai nggak ketemu kak Bima istirahat kedua ini, cuma buat dengar keluh kesah gue," katanya.

"Sama-sama. Seperti yang gue bilang, panggil gue kapan pun lo butuh."

"Gue jadi ngerasa bersalah sama lo. Kalau gue ingat-ingat ... lo orang yang paling banyak menghadapi tingkah random gue, gue malah lebih banyak ngabisin waktu sama lo daripada keluarga gue di rumah. Lo selalu ada."

"Nah, baru sadar. Lo nggak mau balas perbuatan baik gue gitu?"

Binar tersenyum masam. "Sialan! Udah dipuji-puji juga."

Pelangi tertawa, Binar juga.

"Tapi benar deh Na, makasih. Kapan-kapan gue balas deh."

"Terserah. Gue sih nggak berharap karena tadi cuma bercanda. Tapi karena lo ngomong gitu, gue tunggu loh!"

Keduanya kembali tertawa. Binar memeluk Pelangi yang langsung dibalas juga oleh temannya itu. Binar merasa beruntung mempunyai teman seperti Pelangi. Ia rasa, setiap orang harus mempunyai sosok Pelangi Senjana di sisi mereka, seperti yang ia miliki.

***

Kapan terakhir kali Binar berjalan bersama di koridor dengan Pelangi waktu pulang sekolah? Kadang Pelangi harus bersama Bima, dan Binar ogah jadi kambing congek di antara mereka. Kelihatan miris banget jadinya.

Tapi hari ini tak masalah. Binar berjalan bersama di antara Bima dan Pelangi. Ia berada di tengah-tengah mereka dan hendak menuju ke parkiran.

"Ingat ya! Kalian dilarang mesra-mesraan selama gue sendiri ada di antara kalian. Pokoknya nggak boleh!"

Pelangi menggelengkan kepala tak habis pikir. Bima tertawa, ia tahu dari Pelangi soal Binar yang tidak pulang bersama Cakra lagi. Katanya, meski satu arah, Binar enggan merepotkan Cakra untuk pulang bareng. Walau sejujurnya, ia tak terlalu memercayai itu.

Pasti ... ada sesuatu yang terjadi pada Binar dan Cakra. Tapi entah apa.

"Kasihan deh, punya pacar tapi berasa jomblo!" ledek Bima.

Binar melotot sesaat, hendak marah namun tak lama setelah itu, ia malah telihat sedih dan mengerucutkan bibir. "Kak Bima jahat, aku nggak kasih restu sama Pelangi nih!" katanya sambil memeluk lengan Pelangi posesif.

Lelaki itu mengangkat alis. "Gue nggak butuh izin lo." jeda sesaat, lalu ia menatap Pelangi. "Ya kan, Na?"

Pelangi mengangguk saja.

"Nggak boleh! Na, kak Bima jahat sama gue. Jangan mau sama dia!" katanya berusaha memengaruhi.

"Kalau Nana nggak mau, gue paksa aja."

"Dih, jangan mau Na."

Bima beralih, lelaki itu melangkah dan kini berdiri di sisi kanan Pelangi. Sementara Binar di sisi kiri gadis itu. "Gue nggak kasih pilihan lain selain mau soalnya, nggak pernah. Ya kan, sayang?" katanya sambil merangkul Pelangi.

Pelangi mengangguk lagi.

Binar melepaskan pelukan pada lengan Pelangi. "Huek jijik," katanya pura-pura ingin muntah.

"Iri kan aslinya?" Bima semakin meledek.

Binar jadi mendorong pelan Pelangi ke arah Bima, membuat kedua orang itu kaget dan mereka berhenti melangkah.

"Yaudah deh nggak papa, aku kasih Kak Bima restu buat jadi pacarnya Pelangi Senjana punya aku. Jaga teman aku ini baik-baik ya. Dah, aku duluan!"

Dan begitu saja ... Binar kembali melangkah sambil melompat-lompat kecil, lalu menggumamkan sebuah lagu, meninggalkan mereka berdua yang diliputi keheranan melihat itu.

"Dia benar-benar ajaib," kata Bima seolah takjub sambil menggelengkan kepala sesaat.

"Aku udah biasa, dia gitu tiap hari." Pelangi menyahut.

1
anggita
biar ga cemburu terus, kasih like👍+iklan☝.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!