NovelToon NovelToon
Pengantin Untuk Calon RI 1

Pengantin Untuk Calon RI 1

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Murni / Romansa
Popularitas:13.3k
Nilai: 5
Nama Author: Sirchy_10

Seorang Duta Besar Republik Indonesia yang bertugas di Belanda, diperintahkan pulang oleh pimpinan Partai, untuk dicalonkan sebagai Presiden pada Pemilu 2023. Dialah Milano Arghani Baskara. Pria mapan berusia 35 tahun yang masih berstatus single. Guna mendongkrak elektabilitasnya dalam kampanye, Milano Arghani Baskara, atau yang lebih dikenal dengan nama Arghani Baskara, diminta untuk segera menikah. Tidak sedang menjalin hubungan dengan wanita manapun, Argha terpaksa menerima Perjodohan yang diatur oleh orang tuanya. Dialah Nathya Putri Adiwilaga. Wanita muda berumur 23 tahun. Begitu Energik, Mandiri dan juga Pekerja keras. Nathya yang saat ini Bekerja di sebuah Hotel, memiliki mimpi besar. Yaitu melanjutkan pendidikan S2 nya di Belanda.

Akankah cinta beda usia dan latar belakang ini bersemi?
Mampukah Nathya menaikkan elektabilitas suaminya dalam berkampanye??

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sirchy_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

chapter 29

Setelah mengikuti rangkaian acara di ADK yang menurut Nathya, hanyalah acara pamer Harta dan Tahta tubuhnya merasa lelah luar biasa. Padahal ia tidak macul seperti saat di Lampung ataupun menyisiri pasar tradisional yang becek dan semrawut. Ia hanya duduk mendengar dongengan MC mengenai prestasi dibidang Sosial yang sudah diukir komunitas tersebut.

Entah itu benar murni prestasi atau hanya sebuah Simbolis yang wajib dilakukan istri- istri pejabat, biar kesannya baik, ramah dan suka menolong. Tapi paling tidak, donasi itu benar adanya dan benar tersalurkan dengan baik, meski nama donatur tertulis besar sebesar harapan Nathya untuk mimpinya melanjutkan S2 ke Belanda.

Apa karena kebohongan yang sudah Nathya rangkai, membuat pikirannya semrawut dan berefek pada tubuhnya? Bisa jadi.

Sesampainya di rumah tante Riana yang biasanya kepo, julid bukan main, tidak bertanya padanya mengenai hal apa saja yang sudah di perbuat Nathya disana. Sama seperti ketika ia pulang dari Lampung kemarin. Apa tante Riana insaf tiba- tiba? Entah lah.

Bodo teuing ma. Yang jelas sekarang, Nathya ingin segera mandi air dingin untuk menyegarkan diri. Setelah ini rebahan dan bermalas- malasan menjelang suami kontraknya pulang.

Disaat sedang sibuk bermain ponsel di daerah kekuasaannya di sofa panjang, seseorang membuka pintu tampa mengetuk. Atensi Nathya pun tertuju pada yang baru masuk. Siapa lagi kalau bukan suami kontraknya.

"Thy, besok kamu mau ikut ke solo gak?"

Argha yang baru masuk ke kamar, langsung menanyai kesanggupannya untuk mengikuti jadwal politik ke Solo.

Hei bapak Argha yang terhormat, bisa tidak kasih salam dulu sekedar berbasa- basi atau minimal bertanya, bagaimana acara ADK tadi? Hal apa saja yang terjadi disana? Sudah dapat kenalan? Bisa kan?

Jangan langsung main todong seperti itu. Bikin kesal saja anda ini.

Dan Nathya yakin Argha bukan menanyai kesanggupannya, melainkan hanya memberitahu namun dikemas dengan sebuah pertanyaan basa- basi. Jelas hal itu tidak boleh ia tolak.

"Ok," balas Yang muda kelewat datar tampa minat.

Tidak ada sahutan lagi setelah itu. Mereka berdua betul- betul memiliki batas setinggi langit di angkasa lapis ke tujuh.

Tidak lama kemudian, Argha berdiri di hadapan cermin untuk membuka pakaian atasnya. Nathya memilih untuk pura- pura tidak peka kala menyaksikan Argha kesulitan membuka simpul dasi yang menjerat lehernya dari pagi.

Nathya tidak habis pikir. Kenapa suaminya ini tidak mampu membuka simpul dasi yang mudah itu. Sementara berdialog, melakukan negosiasi untuk perdamaian 2 negara yang sangat sulit, suaminya mampu? Tak terbayangkan bagaimana riweh nya Boni membantu Argha memasang dan membuka simpul dasi tersebut 5 tahun lamanya. Perkataan tidak ada manusia yang sempurna itu, nyata adanya.

"Thya," panggilan lirih itu terdengar tanda sang tuan juga frustasi akan aktivitasnya yang coba ia lakukan secara mandiri.

Nathya yang baik hati sebetulnya ingin jahat, namun membayangkan wajah tampan itu tidur hingga pagi dengan leher yang terikat dasi membuatnya kasihan. Bukan karena khawatir Argha akan mendadak berhenti bernapas lalu mati, namun kekonyolan ekspresi wajah tampan itu yang jadi fokus utama untuknya. Lucu juga membayangkan Argha tidur dengan piyama sutra mewah dengan dasi panjang dilehernya.

Nathya tertawa tampa sadar sembari mengeluarkan tubuhnya dari bungkusan selimut. Suara manis yang Nathya timbulkan jelas membuat yang dominan memberinya perhatian penuh. Argha pun berjalan mendekati yang muda yang masih duduk di posisinya. "Bisa bantu suamimu?"

Tawa Nathya terhenti setelah mendengar kata 'suamimu' dari bibir Argha. Sembari berdiri dari duduknya, Nathya mulai terfokus akan arti dari seorang Milano Arghani Baskara sebagai suami sah untuknya.

"Pak," panggil Nathya. Membuktikan bahwa ia masih belum bisa mengikis bentang jarak diantara mereka. Argha masih hening namun dirinya menarik kedua tangan Nathya untuk di letakkan dikedua bahunya.

"Bibirnya bisa lebih manis sedikit gak?" ucap Argha yang membuat Nathya kebingungan sendiri maksud dari ucapan tersebut.

Apa maksudnya itu? Apakah maksudnya ia perlu memakai lip balm yang mengandung gula? Dimana ia bisa mendapatkan itu? Merk apa? Apalah di Sephora menyediakannya? Tapi untuk apa Argha peduli manis atau tidaknya bibir Nathya? Memangnya pak Argha ingin mencicipi bibirnya?

"Lupakan," ucap Argha setelah itu. Bantu saya buka dasi ini."

Padahal maksud Argha sederhana. Ia hanya ingin di panggil lebih manis oleh si jelita bertubuh sintal. Jangan pak pak pak terus. Cukup bosan Argha mendengar panggilan itu.

Nathya masih dalam posisi tangan bertumpu pada bahu Argha. Sementara tangan Argha mulai bergerak menyentuh pinggang daun muda. Sayangnya, momen yang rencananya akan berlanjut ke tahap yang lebih dekat, di ganggu oleh dering ponsel laki- laki dominan itu.

Argha spontan membalikkan badannya lalu berjalan cukup tergesa menghampiri ponsel yang terletak diatas nakas. Seakan- akan mendapat panggilan dari presiden Joe Biden dan melupakan Nathya yang menatapnya penuh penasaran.

"Hallo?"

Nathya mencoba acuh. Kembali ke posisinya di sofa dan melanjutkan aktivitasnya bermain ponsel. Namun telinganya standby siaga satu, ingin mendengar pembicaraan Argha dengan si pemanggil.

"Oke. Kamu yang tenang. Aku kesana sekarang."

Argha yang sebelumnya terlihat santai, kini menjadi terburu- buru seakan mendapatkan berita kematian. Tampa menjelaskan pada Nathya apa yang terjadi, ia berlalu pergi begitu saja meninggalkan Nathya yang belum bisa memproses kejadian apa yang sedang melanda suaminya.

Kaki Nathya turut melangkah menyusul kepergian Argha yang tampa kata. Namun, langkah si dominan begitu cepat hingga tak mampu Nathya kejar. Nathya pun hanya bisa menarik nafasnya berat di tengah anak tangga.

"Kamu kenapa?" tanya sebuah suara darj lantai satu, mengalihkan atensi Nathya pada sumber suara yaitu tante Riana. "Bertengkar?" sambung tante itu sarat memberi perhatian tiba- tiba.

Nathya hanya menggeleng sebagai jawabannya.

"Kenapa Milan pergi begitu kalau gak ada apa- apa?"

Sudah lah sangat malas meladeni wanita tua jelmaan iblis ini. Lagipula kepergian Argha tidak ada hubungan dengan dirinya.

"Kalau suami minta jatah itu dikasih. Jangan sampai jajan diluar. Gak guna Milan menikah sama kamu, kalau sampai mencari gundik di luaran."

"Tante. Mas Argha pergi setelah mendapatkan telepon. Saya juga gak tahu siapa yang menelepon di jam segini. orangnya gak bilang ke saya dan langsung pergi," jawab Nathya berani. Ia sudah cukup jengah di tuduh- tuduh tampa alasan seperti itu.

Ekpresi tante Riana langsung berubah tegang. Namun Nathya memilih abai dan meninggalkannya.

...----------------------...

Saat ini, Argha dan Nathya sedang berada di dalam mobil, sedang menuju Keraton Surakarta hendak memenuhi undangan Sri Susuhunan Pakubawana XIII yang merupakan pendukung kubu Argha, meski belum diumumkan secara resmi.

Sejak dari kediaman Baskara, hingga di atas pesawat dan sampai di Surakarta, suami istri itu tak tampak bicara. Terus diam seakan badai sedang melanda pernikahan mereka.

"Thy? Boni sudah kasih kamu kartu kredit?" Tanya Argha memecah keheningan suasana di dalam mobil, yang membawa mereka menuju Keraton Surakarta.

Nathya hanya menggeleng sebagai jawabannya. Gitu dong, nanya? batin Nathya. Argha cukup kaget mengetahui, Nathya yang belum juga mendapatkan haknya sebagai istri, selama dua bulan.

"Ya ampun si Boni. Kenapa gak bilang kalau belum ngasih kamu kartu kredit."

Argha sedikit kesal pada Asisten yang biasanya tidak pernah mengecewakannya. Nathya yang didiamkan pasti tidak akan berani bertanya. Selama dua bulan pernikahan, Nathya adalah tipe yang harus dipancing terlebih dahulu. Entah memang kepribadiannya yang ogah- ogahan atau karena masih takut untuk menuntut haknya.

Dengan segera Argha merogoh tas kecilnya. Mengambil dompet kartu berwarna hitam lalu memberikannya pada Nathya.

"Sorry gak bisa bikin kamu belanja. Kamu pegang ini dulu ya, sampai kartu kamu diurus. Masih ada isinya sekitar 100 juta. Kamu bisa beli keperluan pribadi kamu atau hangout bareng temen- temen kamu."

Nathya menatap dalam manik mata Argha. Seperti sedang memberi sarat kesakitan.

"Aku gak punya teman di Jakarta, mas," jawab Nathya seakan memberi tamparan keras pada sang suami.

Namun, Nathya tetap mengambil kartu itu. Yakali gak di ambil. Ia kan juga ingin membeli Pakaian baru, tas, sepatu, skincare dan perawatan. Semenjak pulang dari pertemuan ADK, Nathya sudah bertekad untuk mengupgrade penampilan. Tidak ingin terus ditindas dan dipermalukan. Akan ia perlihatkan pada manusia- manusia berwawasan dungu itu, jika ia bisa juga jadi cantik. Karena modalnya sudah ada.🤣

Beberapa saat kemudian, mobil yang membawa Bakal capres dan istrinya sampai di Keraton Surakarta. Cukup banyak orang berpakaian adat khas Surakarta yang menyambut kedatangan mereka yang membuat Nathya bangga dan gugup dalam waktu bersamaan.

"Selamat datang pak Argha dan ibuk Nathya."

"Terima kasih Gus atas sambutannya," jawab Argha seraya menebar senyuman begitu juga dengan Nathya.

Orang yang di panggil Gus itu hanya mengangguk dan mengantar mereka ke tempat pertemuan.

Pembicaraan Argha dan pemimpin keraton sangat membuat Nathya bosan. Ia tidak tahu harus bagaimana atau hal apa yang harus ia lontarkan sehingga memilih diam membisu. Lalu menjawab seadanya apabila ditanya. Harap maklum, daun muda ini masih butuh bimbingan. Namun orang yang seharusnya memberi bimbingan dan arahan justru sedang sibuk sendiri.

Entah sudah berapa kali Nathya menahan kuapnya mendengar pembahasan yang menurut Nathya aneh. Apa korelasinya pembangunan negara oleh Presiden Jaka Widoyo dengan pembangunan jalan raya Anyer- Penarukan?

Auh ah gelap. Bikin pening jika dipaksa berpikir sejauh itu.

Agenda Argha di Keraton tersebut tidaklah lama. Kira- kira hanya sejaman bertukar pikiran dan berdiskusi kasual. Istilahnya meminta doa restu pada sosok yang dianggap berpengalaman lebih ala- ala pejabat yang akan naik tahta.

Setelah berpamitan pada tuan rumah, Argha membawa Nathya untuk menyambangi sebuah panti asuhan. Sebuah panti yang rutin Argha kirimkan bantuan setiap bulannya. Tidak- tidak bukan Argha, tapi mama Dewina. Mengingat Argha sedang berada di Surakarta, mama Dewina menitipkan hadiah untuk anak- anak panti.

Keceriaan suara dari anak- anak menaikan mood Nathya kembali, setelah terjun bebas akibat pembicaraan politik antara Argha dan pemimpin Keraton Surakarta barusan.

"Mrs. Thya cantik."

Suara gadis cilik membangunkan Nathya dari pikiran ributnya.

"Makasih pujiannya. Kamu juga cantik. Namanya siapa?" balas Nathya tulus.

"Aku bunga," jawab gadis cilik itu antusias.

"Nama yang cantik persis orangnya."

Tetiba saja gadis cilik itu memetik bunga dan memberikannya pada Nathya. Entah bagaimana prosesnya, Bunga menjadi dekat begitu saja dengan Nathya. Bunga tertawa kala Nathya menceritakan cerita lucu. Lalu mengajak gadis berusia 23 tahun itu berlarian di sepanjang taman, sembari mengejar kupu- kupu. Hingga beralih ke ruang yang diperuntukkan untuk istirahat seraya menyesap Ice Cream yang Nathya bawakan tadi.

"Sudah pantas dapat satu atau dua ya Dik, Thya," ucap ibu panti bernama ibu Rahayu.

"Bisa aja ibu Ayu," Balas Nathya agak tidak ikhlas. "Duduk sini buk," tawar Nathya setelah itu.

"Mau es cream buk?"

"Tidak, terima kasih."

"Dik Thya, sepertinya dik Argha juga tidak sabar jadi ayah. Coba lihat kesana."

Ibu Ayu memberi kode dengan kilatan matanya ke ruang tengah, dimana Argha berada dalam posisi setengah bersandar dengan mata terpejam sembari memeluk seorang anak panti yang berusia dua tahun, diatas tubuhnya.

Di sekeliling Argha pun, tampak anak- anak lainnya. Mereka semua tertidur setelah menonton film kartun. Argha sudah seperti seorang ayah yang sedang diberi tugas menidurkan semua anak- anaknya.

Posisi Argha yang demikian seolah memberi konfirmasi bahwa laki- laki dominan itu memang sudah pantas menjadi seorang Ayah.

Nathya mendadak mendapatkan perasaan aneh yang didasari suasana sentimental. Padahal, ia sudah berkomitmen teguh pada kontrak yang sudah di tanda tangani. Tidak bertanggung jawab atas perasaan masing- masing.

Perasaan itu terus memeluk hatinya hingga pasangan sah itu sudah berada di Airport.

Nathya harus selalu siap akan agenda serba singkat yang Argha miliki. Baru pagi ini Nathya tiba di Yogyakarta Internasional Airport, namun kini ia sudah berada di dalam pesawat yang membawanya ke Bali. Ia tidak tahu agenda apa yang Argha miliki di daerah kelahirannya itu.

Bisa jadi untuk berkampanye! Mengingat Bali merupakan basis suara partai yang mengusung Argha. Dan setelah itu, mereka akan terbang kembali menuju Kalimantan selatan lanjut ke NTT lalu ke timur lagi dan berakhir di Papua Nugini.

Sedari tadi, Nathya tidak banyak berucap. Hanya menjawab seadaanya pertanyaan Argha dan terkesan menutup segala Akses untuk mengakrabkan diri dari suaminya. Padahal, baru beberapa menit yang lalu, saat masih berada di Panti Asuhan senyuman tulus itu terus terlukis di wajah manis sang jelita.

Kursi business class menemani perjalanan Argha dan Nathya, membuat jarak semakin terasa diantara mereka. Padahal perjalanan merek ke Bali ini merupakan hadiah Argha untuk sang Jelita. Argha berinisiatif mengambil hari tenang 3 hari untuk menghibur rasa resah gundah gulana yang tercetak besar di raut wajah sang Jelita.

Argha merasa bersalah melihat bagaimana alam semesta menunjukkan padanya betapa tersiksanya sang jelita. Aura gelap dan kesedihan selalu saja menemani langkah Nathya kemana pun, seakan- akan memberi Argha tamparan bahwa Nathya dalam siklus, hidup segan mati pun enggan.

...----------------...

Pagi itu, mata Nathya perlahan mulai terbuka akibat bunyi alarm yang kurang ajar menusuk hingga ke gendang telinga. Tidak mengingat apapun iris bening itu mulai mengedarkan pandangan, menilai kondisi yang mampu ia tangkap.

God! Ia berada di kamarnya yang bernuansa earth- tone. Terlihat juga beberapa hiasan dinding yang ia custom sendiri. Tumbuhan samblung menjalar sehat dengan pot aesthetic tergantung di atas meja komputer dan figura besar berisi dirinya ketika wisuda. Kepalanya menunduk dan mulai mengambil kesimpulan akan kondisinya saat ini.

Tungkai panjangnya langsung menendang selimut, merasa tidak lagi membutuhkan benda itu. Tidak lupa melakukan sedikit selebrasi karena ia pikir, apa yang sudah ia alami ini hanyalah,-

"Mimpi. Ya semua yang aku alami itu pasti mimpi."

Nathya meyakinkan sekali lagi, bahwa yang terjadi padanya saat yang lalu adalah mimpi.

"Terima kasih Tuhan penguasa alam semesta, alam atas, alam bawah, alam suci dan alam kotor. Terima kasih Dewa Zeus, Dewa Hades, Dewi Bulan, Dewi Persephone, Dewi Demerter dan Dewi Kwan In. Terima kasih semuanya," ucap Nathya kepalang senang

Ternyata kehidupan yang penuh penderitaan, air mata, kebingungan, keblunderan, kebohongan dan statusnya sebagai pasangan pak Argha hanyalah mimpi!

Terima kasih juga atas mimpi ringkas yang membuat Nathya tahu bahwa, kehidupan mewah yang ia dapati secara instans adalah sarat duka lara, jika memutuskan menikah dengan Argha. Sekarang ia yakin, untuk menolak Argha hingga akhir hayatnya.

Saking bersemangatnya pagi ini, Nathya sampai berlari turun ke lantai bawah untuk menyapa semua penghuni rumah.

"Selamat pagi penghuni khayangan, Ratu Orion, polisi Bulan sabit dan Pokemon Arceus."

"Morning juga sayang."

Nathya berpegangan erat pada pembatas tangga, kala telinga mendengar suara yang amat familiar dan mata menangkap bayangan laki- laki dominan tampan yang tengah duduk berdua dengan ayahnya, seraya menikmati kopi dengan menggunakan cangkir mahal yang bundanya miliki.

Narayu yang juga baru keluar dari kamarnya, memandang kakaknya heran. Kenapa pula dengan si gila ini, pikirnya. Sementara bundanya, mengintip sebentar dari arah dapur setelah itu mengacuhkan tingkah gila putri kesayangan keluarga dan melanjutkan aktivitas memasaknya.

Nathya Spontan menatap pakaian yang ya ia kenakan dan bernapas lega ketika mendapati dirinya tidak sedang mengenakan piyama Frozen berwarna pink. Tapi seingat Nathya ia tidak memiliki piyama seperti yang ia kenakan saat ini? Kapan belinya ya?

Ah sudahlah, itu tidak penting. Yang penting saat ini adalah menjawab ajakan menikah dari yang terhormat tuan Argha.

"Pak, saya gak mau," ucap Nathya random memecah kekhidmatan ayahnya dan juga Argha.

"Saya gak akan pernah mau menikah dengan pak Argha. Silahkan bapak pulang sekarang. Saya menolak semua fasilitas semewah apapun yang bapak tawarkan," sambung Nathya begitu percaya diri.

Bangun hei putri Adiwilaga. Jangan ngawur.

"Apa sih, kak? Gak jelas banget kamu," sahut Bundanya dari arah dapur.

Bundanya yang sedang memegang spatula kayu, rasanya ingin menggetok kepala putrinya agar segera sadar. Namun, Nathya acuh pada ucapan sang Bunda. Lalu berjalan mendekati Argha dan ayahnya. Sungguh, Pak Adiwilaga tidak menyangka anaknya jadi linglung begini, didepan suami lagi.

"Pak Argha, silahkan bapak kembali ke Jakarta. Apapun itu saya gak mau. Saya ulangi, saya gak mau pak, titik," sambung Nathya yang terus membahas ketidak mauannya pada sosok Argha.

Apakah si Jelita masih mengira statusnya saat ini, masih sama dengan 2 bulan yang lalu, dimana Argha tiba- tiba ada di kediamannya? Sepertinya iya. Otak si Jelita nge- set sendiri.

Laki- laki tampan penuh pesona itu berdiri dari duduknya. Raut wajahnya menyirat datar berkuasa, namun Nathya tidak terlihat gentar. Sepertinya Nathya benar berteguh pada prinsipnya, sebagai manusia yang teguh dan percaya pada kemampuan sendiri.

"Kamu kayaknya kelelahan, sayang."

"Enggak. Saya sehat," bantah Nathya kekeuh.

Argha mendekati Nathya lalu menyentuh Dahinya. Namun yang bersangkutan mengambil sikap mundur satu langkah, seperti enggan disentuh oleh Argha. Pokoknya Nathya akan menolak segala hal yang berhubungan dengan laki- laki ini.

"Kepala kakak konslet deh bun kayaknya," ucap Narayu ikut- ikut nimbrung.

"Kamu yakin gak apa- apa Thya sayang?" tanya Argha sekali lagi.

"Hah, maksudnya?"

"Oke, kamu kelelahan. Kita batalkan saja perjalanan ke Tenganan," ucap Argha membatalkan agenda hari itu.

1
sarytaa
kmn lh novel ni, gk up lg kh?
sarytaa
mna nih thya, gak up² dr kmaren.
nunggu loh ini
sarytaa
dasar nenek lampir kau selena. udh tua mau bandingin sma yg muda. 👵

ayo thya, kekep truss. jngan ksih celah buat mantan alias sidugong.

smngat thor, up trus.... hehe
sehat sllu. 💖💖💖💖💖
Purnama Pasedu
keren arga
sarytaa
cpet bnget deh habis nya.
dri kmrin kutunggu up
Fauziah Rahma
nunggu titik klimaks nya
LV Edelweiss
🤣🤣🤣🤣 bengek lah
sarytaa
hshshahhaahahah, nat nat...... wkwkwkkw.
double dong thor!?
pling kutunggu upnya
Purnama Pasedu
nath,,,,keselek ludah gitu
Fauziah Rahma
😂😂
Ririn Susanti
nathaya... kenapa bawa2 kutang segala/Facepalm/
LV Edelweiss
astaga,, apa-apaan ini 😆🤣
sarytaa
seneng bnget dpt notip up novel ini. cuma crita kk ini yg kutunggu upnya di NT skrang.

smoga kk othornya khilap up lg. hehehhe.
smngat kaka
sehat selalu 😍😍😍😍😍😍😍😍
LV Edelweiss: mampir di novel ku juga kk... 😁
total 1 replies
Purnama Pasedu
thaya nggak mau arga ingat selena
Fauziah Rahma
semoga ada peningkatan hubungan argha sama nathya
sarytaa
lgi..... lanjutkan.....
hehehe up
Purnama Pasedu
cuek aj thya
sarytaa
smngat up thor.
sarytaa
thya kamu kemna? kok engk up sih, dr kemaren loh blm ad up. kutnggu² nih.
Purnama Pasedu
Milan bohong y
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!