Vindra adalah menantu yang tinggal di rumah keluarga istrinya dan selama itu juga, Vin selalu mendapatkan hinaan dan di rendahkan karena kastanya yang rendah.
Namun suatu hari, tanpa sengaja ia mendapatkan batu permata dan mengaktifkannya kembali yang membuatnya memiliki kemampuan medis dan berhasil menyelamatkan seorang anak yang berada diambang Kematian. Berkat pertolongannya membuat Vin mendapatkan black Card yang mampu mengubah hidupnya.
Bagaimana kisah Vindra, Mengubah hidupnya dari menantu hina menjadi Penguasa tak tertandingi bersama batu permata dan keahlian Medis yang dimilikinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dina Auliya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25. Membongkar Rahasia
Saat paman Dom membuka bajunya, beberapa orang yang ada tertegun melihat tanda yang ada di tumbuh paman dom dan mereka berfikir bagaimana cara Vin mengetahuinya.
Sedangkan Dom memperhatikan tanda itu semakin melebar dan membuat rasa sakit di tubuhnya semakin menjalar.
" Tuan Vin tolong bantu aku menghilangkan tanda ini. Ini terlalu menyiksa." pinta Dom
Jemari Vin terus menerus mengusap cincin batu permata yang berada di tangan kirinya.
"Baiklah paman, aku akan membantumu. Tapi ini akan sedikit sangat menyakitkan, aku harap paman bertahan." ucap Vin lalu segera bangkit dari kursinya dan menghampiri paman Dom
"Bagaimana caramu mengobati dengan tangan kosong seperti itu?" tanya Robi heran.
"Jika paman penasaran, cukup perhatikan apa yang aku lakukan." jawab Vin lalu segera menyentuh tanda tersebut.
Baru saja Vin menyentuhnya, paman Dom mengerang kesakitan. Tak perduli wibawanya sebagai seorang pimpinan, dia meluapkan apa yang dia rasakan. Dom mengepal kedua tangannya menahan rasa sakit itu.
Vin di bantu batu permata itu berusaha menarik semua energi negatif yang merasuk kedalam tubuh paman Dom. Perlahan namun pasti tanda itu mulai memudar dan akhirnya menghilang. Vin mengulanginya terus sampai semua tanda itu hilang dari tubuh paman Dom.
Yang melihat semua tercengang melihat semua tanda yang ada di tubuh paman Dom telah lenyap. Vin kembali duduk untuk memulihkan energinya yang sedikit terkuras setelah melakukan penyembuhan.
Paman Dom yang merasa rasa sakit di tubuhnya tiba-tiba hilang dan tubuhnya terasa lebih nyaman, ia pun menggerakkan seluruh anggota tubuhnya dan memang benar-benar rasa sakit itu sudah hilang, Paman Dom benar-benar sudah sembuh.
Ucapan terima kasih berkali-kali Dom ucapkan pada Vin atas pertolongannya.
"Tidak perlu berlebihan Paman, paman sudah membantu jadi wajar jika aku berbalik membantu paman, melihat paman lebih baik itu sudah membuatku senang." Jawab Vin sedangkan Robi masih tercengang.
Lidia yang masih tak bisa menahan diri untuk menghina Vin, kembali melontarkan kata-kata pedas. Padahal Paman Dom bahkan suaminya sudah menggertaknya namun sepertinya dia tidak perduli.
Rasa benci Lidia pada Vin di picu atas apa yang menimpa putranya Zen. Lidia menyalahkan Vin dan berfikir Vin sengaja menjebaknya.
"Aku masih tak percaya dengan apa yang dilakukan tuan Vin, pasti tuan Vin melakukan trik bodoh untuk mengelabuhi kita semuanya. Siapa juga yang percaya dengan apa yang dia lakukan, bagaimana bisa dengan tangan kosong bisa menyembuhkan? itu sangat mustahil dan aku tidak percaya itu. Lebih baik kita pergi saja pa, daripada terus menyaksikan kebohongan demi kebohongan tuan Vin," ucap Lidia.
"Jaga kata-katamu ma, hormati tuan Vin. Jika bukan karena dia mau memaafkan anak kita, mungkin saat ini anak kita kembali tinggal mayat." ucap Robi.
"Pa, kenapa papa membelanya, jelas-jelas kita sudah di permalukan olehnya. Aku yakin tuan Vin sengaja menjebak anak kita. Dari awal aku sudah tidak yakin kalau Zen melakukan hal buruk seperti itu." Saut Lidia yang kekeh tatap menyalakan Vin.
Braakkk!!!
Paman Dom ingin membalas kata-kata Lidia namun Vin mencegahnya. Dengan santainya Vin menjawab ucapan Lidia.
"Bibi, jika bibi tidak percaya itu urusan bibi, aku tidak memaksa bibi untuk mempercayainya. Tapi entah setelah ini apakah bibi akan percaya dengan kata-kataku. "Jawab Vin dengan santainya.
"Paman Robi, maaf jika aku mengatakan sebuah kebenaran untuk paman." ucap Vin.
"Apa maksud tuan?"
"Apakah paman waktu kecil pernah mengalami kecelakaan? Apakah paman tau jika paman tidak akan bisa memberi keturunan sepanjang hidup tuan?"
"Apa maksud tuan aku ini mandul? kalau begitu jika aku tik bisa memberi keturunan, itu artinya Zen bukan anak kandungku?" Robi syok dengan kebenaran yang di ucapkan Vin. Membuat Lidia kelabakan tak tau harus menjawab apa.
" Ayo kita pergi pa, tidak ada gunanya percaya dengan semua kebohongan yang dia buat." Lidia menarik paksa Robi untuk meninggalkan ruangan.
Belum sempat keluar, Robi mendorong tubuh Lidia hingga tersungkur. " Aku lebih percaya dengan kata-kata tuan Vin, karena apa yang dikatakan memang benar jika selama ini aku memang mandul dan Zen memang bukan anak kandungku. Aku diam karena aku tidak ingin menyakiti mu dan selama bertahun-tahun aku menahan rasa sakit atas penghianatan mu dan sekarang saat semuanya terbongkar kamu masih berusaha mengelak. Aku benar-benar kecewa denganmu." ucap Robi.
Lidia tak bisa berkata apa-apa, rahasia yang ia simpan selama ini terbongkar begitu saja dan lebih parahnya lagi ternyata suaminya sudah tau apa yang dia lakukan dan juga tentang Zen.
"Lebih baik kalian selesaikan masalah kalian di rumah. Setelah selesai baru kalian bisa datang untuk minta maaf atas sikap kalian yang meremehkan." ucap Dom mengusir. Mereka pun segera meninggalkan restoran.
Sebelum pertemuan Paman Dom dan Vin berakhir, paman Dom memberikan cek sebesar 10M kepada Vin sebagai biaya konsultasi. Vin menerimanya untuk diberikan kepada Sifa yang saat ini sedang membutuhkan dana.
To Be continued ☺️☺️☺️☺️