Cinta memang tidak pandang usia. Seperti itulah yang dialami oleh seorang gadis bernama Viola. Sudah sejak lama Viola mengangumi sosok adik kelasnya sendiri yang bernama Raka. Perbedaan usia dan takut akan ejekan teman-temannya membuat Viola memilih untuk memendam perasaannya.
Hingga suatu kejadian membuat keduanya mulai dekat. Viola yang memang sudah memiliki perasaan sejak awal pada Raka, membuat perasaannya semakin menggebu setiap kali berada di dekat pemuda itu.
Akankah Viola mampu mengungkapkan perasaannya pada Raka disaat dia sendiri sudah memiliki kekasih bernama Bian. Mungkinkah perasaannya pada Raka selamanya hanya akan menjadi cinta terpendam.
Simak dan kepoin ceritanya disini yuk 👇👇👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fajar Riyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3 : Boleh nunggak kelas gak?
Bagaikan sedang berada di dalam sebuah drama, saat ini Viola seakan melihat sang arjuna datang untuk menolongnya. Meski usianya masih sangat muda, perawakan dan wajah rupawan Raka sangat mirip seperti penggambaran CEO-CEO dalam sebuah novel. Keren bukan? Kalau gak keren gak mungkinlah Viola sampai tergila-gila. 😆
"Mata gue gak salah lihat kan? Kalau ini mimpi, gue berharap gak usah bangun selamanya," dalam keadaan genting, Viola masih sempat-sempatnya bermonolog seperti itu. Matanya berbinar begitu melihat sang pujaan hati datang untuk menolong.
"Dasar bocah, sialan!! Ganggu aja kalian," gertak preman itu pada Raka dan beberapa pemuda lain dibelakang. Namun seketika wajahnya berubah seperti tikus yang melihat kucing ingin memakan mangsanya saat beberapa pemuda yang berdiri di sekitar Raka memainkan benda-benda yang mereka bawa ditangan mereka.
Bagaimana tidak takut, masing-masing dari mereka ada yang memegang pisau, batu, bata merah, tongkat bisbol, gunting, seakan mereka sangat niat sekali ingin menghabisi nyawa dua preman itu.
"Breng-sek, ayo kita pergi!" Ajaknya pada temannya. Keduanya kembali menaiki motor dan berlalu pergi meninggalkan tempat itu.
"Hehh__ udah gitu doang?" Viola dibuat melongo dengan kaburnya dua pria bertato. Dia pikir bakal ada adegan action seperti di film-film laga.
"Kamu gak apa-apa?" Tanya Raka yang sudah berdiri di depan Viola. Hampir saja mata Viola dibuat melompat dari tempatnya saat melihat wajah Raka sedekat sekarang.
"Sempurna ___" monolog Viola saat melihat salah satu makhluk Tuhan yang bisa dibilang cukup sempurna di mata Viola.
Raka mengibaskan tangannya saat melihat Viola hanya bengong tanpa menjawab pertanyaannya. "Hei__"
Seketika Viola langsung tersadar dari lamunannya dan menggeleng dengan cepat, "Gak kok, gak apa-apa. Makasih ya?"
Raka tersenyum sembari mengangguk Dan senyumnya itu bisa mengalahkan manisnya madu. Hati Viola benar-benar meleleh dibuatnya.
"Oya, aku kawal ya? Sampai rumah." Raka menawarkan diri.
"Eehhh____" sontak kedua bola mata Viola langsung membulat, mencerna kembali baik-baik apa yang barusan dia dengar. Jangankan kawal sampai rumah, sampai pelaminan juga gak apa-apa. Viola siap lahir batin.
"Eh gak ada maksud apa-apa kok, mau mastiin aja kalau dua preman tadi gak gangguin kamu lagi," ujar Raka mengklarifikasi ucapan sebelumnya. Takut Viola salah paham.
"Ohh___" Viola sempat kecewa sih, kirain karena Raka juga suka sama dia. Ternyata cuma takut preman tadi balik lagi.
Pak Wawan yang sudah ditolong beberapa pemuda lain berjalan menghampiri Viola dan Raka. Beberapa pemuda yang sudah menolong langsung pergi meninggalkan mereka bertiga setelah memastikan semuanya baik-baik saja.
"Pak Wawan gak apa-apa?" saking asyiknya memandang paras tampan sang arjuna, Viola sampai lupa jika supirnya sudah dibuat babak belur.
"Gak apa-apa, Non. Mari Non, kita pulang," ajak pak Wawan. Jika tak mengantar Viola pulang tepat waktu, Nyonya Tamara bisa nyerocos sepanjang rel kereta api. Maklum, Viola anak perempuan satu-satunya dan harus selalu dalam pengawasan.
Viola menatap ke arah Raka seolah meminta persetujuan sebelum naik ke dalam mobil.
"Gak apa-apa, naik aja, aku ambil motor aku dulu ya disana," ujar Raka kemudian dia berlalu pergi menuju ke arah motor matic-nya yang terparkir sedikit jauh dari sana.
-
-
-
Sepanjang perjalanan Viola tidak bisa untuk tidak memandang ke arah belakang. Dengan motor matic-nya saat ini Raka sedang melaju motornya di belakang mobil Viola. Mirip pangeran yang sedang mengawal tuan putrinya dengan menaiki kuda putih.
"Pak, aku turun disini aja," ucap Viola saat mobil mereka hendak memasuki gerbang sebuah rumah.
"Tapi Non___"
Belum juga pak Wawan selesai bicara sudah ditinggal turun sama Viola. Gadis itu langsung berjalan menghampiri motor Raka yang baru saja berhenti. Raka membuka helmnya dan tersenyum pada Viola.
"Sekali lagi makasih ya?"
"Sama-sama," jawab Raka. Sedetik kemudian dia beralih memperhatikan penampilan Viola yang serba pink. Tas, bando, kaos kaki dan beberapa accesories yang melekat semuanya berwarna pink. "Suka warna pink?"
Viola mengangguk, "Suka."
"Suka banget apa cuma suka doang."
"Ya suka aja, kenapa emang?"
Raka tidak menjawab, dia menurunkan tas ranselnya dan mengeluarkan sesuatu dari dalam sana.
"Warna lain juga bagus loh." Raka turun dari atas motor dan berdiri di depan Viola.
"Wait__ wait__ Dia mau ngapain?"
Lagi-lagi Viola dibuat membeku saat Raka menurunkan bando miliknya dan menggantinya dengan sapu tangan berwarna biru muda yang diikatkan dikepala Viola dan memasangkannya seperti bando. Hembusan nafas pemuda itu bisa Viola rasakan dengan jelas diwajahnya.
"Cantik," gumam Raka begitu selesai dengan kegiatannya. "Oya, kamu mau dipanggil siapa?"
"Ehh___"
Kejadian dilapangan sekolah tadi pagi masih terekam dengan jelas dibenak keduanya. Saat dimana Viola menolak dipanggil kakak oleh Raka.
"Kamu mau dipanggil kakak atau___"
"Vio. Panggil Vio aja, biar lebih akrab. Lagian umurku gak tua-tua amat." Viola merasa panggilan kakak begitu keramat jika Raka yang menyebutnya. Apalagi jika panggilan itu ditujukan untuk dirinya.
"Ha-ha kamu lucu juga. Oke Vio, kenalin namaku Raka. Dan aku ini adik kelas kamu." Raka memperkenalkan diri. "Ya udah, aku balik dulu ya?"
Viola mengangguk, "Sekali lagi makasih."
Raka memakai helmnya kembali dan naik ke atas motor, menyalakan mesinnya dan melajukannya pergi meninggalkan kediaman Viola. Sampai bayangan Raka menghilang, Viola tak sedikitpun beranjak dari tempatnya berdiri. Viola menyentuh sapu tangan yang dipakaikan oleh Raka tadi dikepalanya. Hatinya begitu berbunga-bunga, dan kupu-kupu seperti sedang berterbangan di sekelilingnya.
-
-
-
"Vio__" Tamara menghampiri sang putri yang baru saja menginjakkan kakinya masuk ke dalam rumah.
"Mama." dengan senyuman mengembang Viola menatap sang mama yang menyambut kepulangannya. Tamara memperhatikan penampilan putrinya yang sedikit berbeda.
"Bando kamu dan__" pandangan Tamara turun ke bawah dan berhenti di lutut Viola yang diplester. "Kaki kamu kenapa sayang??"
Tamara sangat cemas sekali, barusan dia dari belakang untuk meminta bantuan mbak Asih supaya membantu mengobati luka pak Wawan. Supirnya itu sudah menceritakan tentang kejadian yang mereka alami saat di jalan pulang.
"Kamu diapain sama preman-preman itu?"
"Vio, gak diapa-apain, Ma. Vio baik-baik aja." Viola merentangkan kedua tangannya, memperlihatkan jika dia baik-baik saja.
Tamara menghela nafas lega, "Syukurlah, ya udah kamu ke kamar dan ganti pakaian kamu. Setelah itu kita makan siang ya?"
Viola mengangguk pelan, dia melangkahkan kakinya beberapa langkah maju ke depan, sesampainya di pintu tengah Viola membalikkan tubuhnya dan kembali menatap sang mama.
"Ma__"
"Iya, ada apa sayang?" tanya Tamara yang masih berdiri di tempatnya.
Viola tidak langsung menjawab, cukup lama dia terdiam dan nampak berfikir keras. Tamara mulai mengernyitkan keningnya, menunggu kiranya apa yang akan disampaikan oleh putrinya.
"Viola boleh nunggak kelas gak?"
"Heh___"
...🍁🍁🍁...
Demi masa depan kalian Vio...
emank gak mau punya suami yang sukses nantinya...
Vio gak rela di madu 3