"Aku katakan kepadamu jika kamu menyukai seseorang lebih dari 4 bulan itu artinya kamu mencintainya bukan lagi sekedar suka! "
seseorang telah mengatakan hal itu kepadaku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miyunli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Obrolan Random
"Apa menurutmu ini ada unsur kesengajaan?" Tanya Ahdi sambil makan cemilan.
" Mungkin, tapi kalo Yumi lebih teliti ini tidak akan terjadi" Balas Yumi yang masih melamun menatap sepedanya.
Yumi mengira-ngira siapa yang tidak suka dengannya sampai tega mencelakai dia. kalau memang ini ada hubungannya dengan lomba lari besok apa boleh Yumi menuduh Marsya?
"Kaki kamu gimana? Apa masih bisa lari besok? "
"Masih bisa, kan kakinya aman" masih melamun.
Clunting (pesan masuk)
Sebuah pesan masuk di HP Ahdi.
Mama : kenapa belum pulang? Main kemana dulu kamu?
Ahdi : sedang servis motor ma
Mama : tidak percaya
"Hufh" Menghela nafas sembari membalas pesan ibunya.
Ahdi mengirim gambar motor beserta montir yang menyervis motornya.
Mama : Ok percaya
"Mamah tau kamu anak yang jujur sayang, mamah hanya khawatir" Batin Anggi pada di rumah.
"Siapa? Pasti orang tua ya? " menatap Ahdi dan di balas dengan anggukan.
"Iya tapi aku sudah memberitahunya kalau sedang servis motor"
"baguslah, mereka pasti khawatir kalau anak prestasinya belum terlihat di rumah. apalagi tidak memberi kabar"
"Motormu besar sekali? Apa tidak berat? " tanya Yumi penasaran.
"Aku kan mengendarai nya bukan Mengangkatnya! " Menyeringai.
"Ck" Yumi berdecak.
"Jawaban orang irit memang beda. semua orang juga tahu kalau motor untuk mempermudah pekerjaan bukan menambah beban dengan mengangkatnya." batin Yumi kesal.
"Oh iya kenapa Ahdi tidak naik bus saja kan lebih santai, tidak kepanasan, tidak berdebu, bahkan bisa sambil belajar" melirik dengan tersenyum menggoda.
Ahdi melirik Yumi dengan tajam. Apa dalam pikiran Yumi kerjaan Ahdi hanya tentang belajar?
Melihat sorot matanya membuat Yumi menunduk.
"Maaf... " Menyesal telah bertanya.
"Ahdi ikut lomba apa besok? " Mengigit rotinya.
"Tidak usah bertanya besok juga tahu! " Menjawab dengan cuek.
"Oh.. Kalo divisi Tulip dari sini berapa menit? "
"Sekitar 25 menit kalo aku yang pergi"
"Memang beda? Kalo yang lain berapa? "
"Sama saja tergantung kecepatan kendaraan"
"Ah, udah serius juga" Batin Yumi kecewa.
Selama Yumi pindah ke Wilayah 2 dia belum pernah pergi ke Divisi mawar dan tulip. Hanya pergi di sekitar Divisi Anggrek saja. Jadi dia penasaran bagaimana suasana Divisi yang lain.
"Yumi tidak pernah melihat Ahdi dan Rezza ngobrol apa kalian tidak berteman? "
"Aku sih menganggapnya teman tapi tidak tahu kalau dia"
"memang bisa begitu? " keningnya mengkerut.
"coba saja kamu tanyakan dia besok, kalo jawabannya sama berarti kita berteman. "
"kalo beda? "
"ya berarti.... hanya 1 di antara kita yang menganggap hubungan ini layaknya teman. "
"Kalau teman terdekat di kelas siapa? "
"Agastya! "
"Oh.. Iya sih kalian kan duduk satu meja. Jadi sudah pasti dekat"
" Yumi pikir Ahdi dan Rara cukup dekat. Pasti kalian temenan dari kecil ya" Menebak.
"Iya kami tinggal di Divisi yang sama, jadi kami tumbuh bersama di sana"
"Kalo teman kelas yang susah di atur siapa? "
"Angga! "
"Angga? "
Mendengar nama Angga, Yumi jadi teringat tentang cerita Usna waktu itu. Dia adalah orang yang sudah menabrak Usna sampai terkena masalah.
"Iya Angga! Kamu juga tahu kan dia adalah murid yang paling sering di marahi di kelas. Meskipun dia cukup nakal tapi aku suka cara dia dalam mengekspresikan dirinya. Dia berani melakukan apapun yang dianggap baik menurutnya. Tapi sayang, prestasinya tidak bagus. "
"Mulai...mulai... Prestasi di sekolah sepertinya nomor 1 buat kamu ya pak ketua" Batin Yumi sambil menyangga dagu dengan kedua telapak tangannya.
"Ouch sakit" Rintih Yumi ketika lupa tangannya terluka.
"Bodoh" Dengan suara pelan.
"Wah.. Dia pikir Yumi nggak dengar apa? Terus saja, biar puas mengejeknya mumpung cuma berdua. Kalo rame Yumi yakin Ahdi nggak bakal berani"
"Ahdi ikut Olimpiade Matematika karena pengin atau paksaan? "
"Karena pengin dan terpaksa" menjawab tanpa pikir panjang.
"Hah? Gimana maksudnya? "
"Iya pengin karena nambah ilmu. Terus sekolah kita baru pertama kali ikut Olimpiade jadi Pak Anton dan Guru lain merekomendasikan aku supaya ikut. Mereka tahu siapa yang paling unggul di sekolah " Berbicara dengan lagak sombong.
"Hehehe sombong sekali anda! " tawa Yumi.
"Biarkan saja kalau kenyataan. Lagian aku juga tidak mengada-ada"
"Iya iya iya Pak ketua, kamu yang paling pintar di sekolah" Memuji.
"Kalau kamu sendiri, apa bakatmu? " Bertanya menghadap Yumi.
"Apa semua orang punya bakat? "
"Ck kamu saja tidak tahu apa bakatmu! "
"Kalau begitu lihat saja besok! Siapa tahu Yumi jadi atlet"
Ahdi menatap Yumi yang sudah percaya diri dengan kemampuannya. otaknya mulai berputar untuk mencerna jalan pikir Yumi.
"sebenarnya cita-cita kamu apa sih? apa menjadi atlet? "
"sebenarnya lari hanya hobi sih, kalo cita-cita.... Rahasia" tertawa menutup mulutnya.
"Besok kalo kamu menang juga pasti karena taruhan kan?
" Enggak! Yumi beneran pengin menang kok. Bahkan dari lubuk hati paling dalam menginginkan itu" Menjelaskan.
"Lakukan saja sesuka kamu, aku tidak begitu peduli meskipun kita satu kelas"
"Kalau begitu Ahdi pengin Yumi juara ber.... "
"1" Menjawab dengan cepat. Bahkan Yumi belum selesai bicara.
"Jadilah nomor 1, buat Marsya malu di kelas kita"
Yumi masih terdiam mendengarkan Ahdi berbicara sampai selesai.
"Bukankah dia sudah berani menantang mu? Kamu juga sudah meladeninya. Kalian sudah sepakat"
"Yosh.. Kalo Yumi bisa nomor 1 gimana? "
"Kamu minta apa aku bakal kasih selagi tidak merepotkan dan aku bisa memenuhi"
"Iya kah? Nggak ada tawaran nomor 2 atau 3 gitu? Beri keringanan hehehe" berani menawar kan aku.
Ahdi Menggelengkan kepalanya menolak, buat dia nomor 1 adalah nilai sempurna.
"Kalau kalah? "
"Aku tidak minta apa pun dari mu. Kan sudah ada Marsya yang mewakili" Menjawab dengan enteng.
***
Mereka cukup lama terdiam hanya menatap para montir bekerja. Ahdi sampai bingung dengan sikap Yumi yang tadinya cerewet jadi diam membeku kayak batu.
"kenapa diam? " tanya Ahdi yang mulai memulai obrolan kembali.
"pertanyaan Yumi habis! bingung mau tanya apa sekarang. Ahdi punya pertanyaan nggak buat Yumi?"
"tidak! " jawab cepat.
"Ya sudah sekarang kita diam saja"
Ahdi tersenyum ke arah lain melihat sikap Yumi yang sudah lesu. Dari tadi hanya Yumi yang memikirkan pertanyaan untuk mengobrol. Tugas Ahdi hanya menjawab pertanyaannya.
"Sepeda dan motornya sudah selesai mba dan
Mas" ucap salah satu montir.
"Bisa bayar debit nggak Pak? " Yumi bertanya.
"Tidak bisa mba, disini semua cash"
Ahdi sudah lebih dulu membayar tagihannya. Dia menghampiri Yumi yang masih menghitung uangnya.
"Ahdi bawa uang lebih nggak? Kalo ada Yumi pinjam" Dengan nada melas.
"Tidak ada, semua uangku Sudah habis buat bayar. Aku pulang duluan ya" pamit Ahdi.
Ahdi Pergi meninggalkan Yumi, Yumi tampak kecewa dengan sikap Ahdi yang pergi begitu saja. Bahkan dia tidak bertanya atau menawarkan bantuan ketika melihat uang Yumi kurang. Yumi masih menunggu balasan pesan dari Usna untuk meminjamkan uang. Karena Usna sedang dalam perjalanan pulang jadi bisa berpapasan dengan Yumi.
"Ini sepedanya dan ini nota nya" Seorang montir memberikan nota yang sudah di cap lunas.
"Lunas? "
"Iya biaya perbaikan sudah lunas di bayar mas Ahdi"
"Oh ok Pak Terimakasih banyak"
"Kenapa dia tidak bilang sih kalau sudah dibayar. Tau begitu kan aku tidak perlu nunggu"
Yumi segera menghapus pesannya sebelum Usna membacanya.
Ketika dalam perjalanan pulang Yumi benar-benar pusing memikirkan ekspresi Ahdi yang susah di tebak. Dalam kondisi apapun kenapa dia masih bisa bersikap datar? apa memang itu sudah bawaan dari lahir. Dari sekian banyak pertanyaan yang terlontar tidak ada sedikitpun ekspresi Ahdi yang bisa di tebak oleh Yumi. Semua jawaban yang di berikan Ahdi Baginya sama saja.
"apa aku yang bodoh ya? " menyalahkan diri sendiri.
terimakasih sudah membaca karyaku ☺