NovelToon NovelToon
Akan Ku Balas Hinaan Kalian Dengan Caraku

Akan Ku Balas Hinaan Kalian Dengan Caraku

Status: tamat
Genre:Tamat / Balas Dendam / Selingkuh / Cerai / Ibu Mertua Kejam
Popularitas:3.3M
Nilai: 4.8
Nama Author: LaQuin

Lastri selalu di injak harga dirinya oleh keluarga sang suami. Lastri yang hanya seorang wanita kampung selalu menurut apa kata suami dan para saudaranya serta ibu mertuanya.

Wanita yang selalu melayani keluarga itu sudah seperti pembantu bagi mereka, dan di cerai ketika sang suami menemukan penggantinya yang jauh berbeda dari Lastri.

Namun suatu hari Lastri merasa tidak tahan lagi dan akhir mulai berontak setelah ia bercerai dengan sang suami.

Bagaimana cara Lastri membalas mereka?
Yuk simak kisahnya...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LaQuin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23. Pembohong

Bab 23. Pembohong

POV Lastri

Aku mengeluarkan handphone ku dan menunjukan gambar Mas Hendra kepada lelaki itu.

"Apa yang Mas maksud Hendra yang di bicarakan tadi adalah yang ini, sepupu Saya?"

Lelaki itu pun mengamati foto di layar hape ku.

"Iya ini Pak Hendra."

Deg,

Kakiku mendadak lemah hingga membuatku sedikit terhuyung ke belakang. Jantung ku berdetak keras seakan tabuhan genderang perang meminta untuk segera di mulai.

Jadi, Hendra yang di bicarakan ternyata benar-benar Hendra suamiku?! Ya Tuhan...

"Mbak tidak apa-apa?" Tanya lelaki itu.

Mungkin aku terlihat syok di matanya. Siapa yang tidak syok mendengar suami diam-diam sudah menikah lagi. Ya Tuhan... Hatiku sakit sekali, perih hingga ketulang-tulang. Tetapi aku tetap harus bersandiwara di depan lelaki ini. Kuat kan aku Tuhan...

"Tidak apa-apa Mas. Saya dari kampung tadi jadi mungkin kecapekan saja, sengaja datang mau ngasi kejutan buat Mas Hendra. Oh ya, Mas Hendra tugas dimana ya Mas?" Tanyaku mencoba menyelidiki.

Ku tekan dulu perasaan campur aduk ini untuk menuntaskan rasa keingintahuanku terhadap Mas Hendra.

"Tugas? Maksudnya bagian divisi?"

"Masih di kantor ini ya Mas?"

"Tentu lah Mbak, mau kerja di mana lagi dia." Jawab lelaki itu sambil terkekeh.

Disini? Bukannya Mas Hendra dinas ke luar kota? Jadi Mas Hendra sudah bohong padaku?! Mas Hendra benar-benar keterlaluan. Sebaiknya aku coba pancing lagi. Sepertinya, lelaki ini mudah bicara.

"Oh, kirain keluar kota. Soalnya kan kalau naik jabatan biasanya orang di tugaskan ke luar kota."

"Mana ada begitu Mbak. Kecuali kantor ini ada kantor cabangnya mungkin iya. Lagian Pak Hendra sudah lama kok naik jabatan. Sudah satu tahun kayaknya."

Deg,

Lagi-lagi aku di buat terkejut oleh jawaban lelaki di hadapan ku ini. Dasar Mas Hendra pembohong!

"Oalah, Saya kira bakal pindah tugas. Kerja disini gajinya besar kayanya ya Mas."

"Nah, Mbak kan baru datang dari kampung, pasti jarang ketemu Pak Hendra. Boleh tu minta traktir sama dia. Gajinya besar Mbak, dua puluh jutaan."

Mulut ku spontan menganga lebar. Kali ini kepalaku rasanya benar-benar seperti di hantam palu besi. Satu persatu kebohongan Mas Hendra di ungkapkan oleh pria di hadapanku yang tidak ku tahu siapa namanya. Yang jelas saat ini hati ku remuk redam, hancur berkeping-keping oleh kebohongan Mas Hendra.

Rasanya aku ingin segera berlari meninggalkan tempat ini. Ingin teriak sekencang-kencangnya dan menangis sejadi-jadinya. Tapi lagi-lagi aku harus bersabar. Sabar sampai aku benar-benar melihat dengan mata kepalaku sendiri.

"Mas, makasih ya infonya. Nanti ketemu Mas Hendra mau minta traktiran deh seperti kata Mas. Tapi jangan bilang Mas Hendra ya, kalau Saya datang. Biar kejutan, hehehe..."

Semoga senyum palsu ini masih mampu mengelabui lelaki di hadapanku. Yang nyatanya senyum hanyalah kamuflase dari hatiku yang terluka parah oleh Mas Hendra.

"Gampang. Saya masuk dulu ya?"

"Oh ya, silahkan Mas."

Lelaki itu perlahan melangkah dan semakin menjauh. Begitu bayangannya sudah tidak terlihat, air mata ini pun jatuh tanpa diminta. Tangis ini pecah tanpa mampu aku tahan.

"Las, Lastri? Ada apa Las?" Mbak Yuli terlihat cemas melihat ku menangis.

"Mbak bisa kita pergi dulu dari sini. Nanti menjelang sore kita balik lagi untuk melihat Mas Hendra pulang."

"Loh, Hendra ada disini? Bukannya katamu dia dinas ke luar kota?"

Aku menggeleng.

"Nanti aku jelasin kalau kita sudah keluar dari tempat ini." Ujar Ku sambil menepiskan air mata yang tak hentinya jatuh ke pipi.

"Ya sudah. Ayo... Kasihan kamu Las...".

Mbak Yuli membawaku ke sebuah taman umum yang tidak jauh dari kantor Mas Hendra. Disana tangisku benar-benar pecah sambil memeluk Mbak Yuli. Ku ceritakan apa yang baru saja aku dengar dari lelaki tadi kepada Mbak Yuli.

"Yang sabar ya Las, ini cobaan dan ujian buatmu. Setelah ini jangan mau lagi di tindas mereka. Kamu harus bisa membuktikan pada mereka, kalau mereka telah salah membuang berlian yang belum di asah seperti kamu."

"Aku harus gimana bilang ke Diah Mbak? Anakku itu sangat menginginkan kasih sayang Ayahnya."

"Oalah, tidak usah pusing Lastri. Kakeknya pasti cukup memberikan kasih sayang untuk anakmu. Kamu ingin Pak Hendra memberikan kasih sayang? Dalam bentuk bagaimana sedang dia saja seperti itu. Jangan nambah kekecewaan dalam hati mu. Stop rasa mu untuk suami tidak bertanggung jawab seperti Pak Hendra."

Aku menangis sampai mata ini sembab. Mau marah tapi entah ke siapa. Aku juga yang salah, terlalu percaya suami yang jelas-jelas tidak pernah mengharap ku dan Diah. Selalu berpikir positif kalau suatu hari Mas Hendra akan menerima kami dengan tangan terbuka yang nyatanya tidak akan mungkin pernah.

Lama aku dan Mbak Yuli berada di taman itu. Sampai perasaan ku sedikit tenang dan bersiap kembali mencari tahu Mas Hendra lagi. Ku bersihkan wajahku yang lecek dengan tisu, dan mempersiapkan hati untuk badai yang sebentar lagi akan terjadi. Aku harus kuat demi Diah..

"Ayo kita kembali Mbak. Aku tidak mau kecolongan kesempatan untuk melihat kelakuan Mas Hendra."

"Kamu yakin sudah kuat Las?"

"Mau gimana lagi Mbak. Sudah terjadi dan aku tetap harus kuat kan."

"Ya sudah kalau gitu. Mbak siap membantu mu menghajar Hendra."

Kembali aku dan Mbak Yuli menuju kantor Mas Hendra. Sampai di sana aku menunggu di area parkiran yang tidak jauh dari pohon. Sengaja aku tidak masuk ke dalam kawasan kantor agar lebih mudah membuntuti Mas Hendra. Kantor yang di pagari besi di sekeliling itu memudahkan aku untuk melihat area di dalamnya.

Cukup lama menunggu satu persatu karyawan kantor mulai keluar dari gedung. Aku pun mengamati satu persatu orang-orang disana.

Dengan perasaan yang berdebar-debar aku menunggu Mas Hendra muncul dari dalam sana, dan menguatkan diri meski ujung tanganku mulai dingin.

Sampai mataku menangkap sosok yang sangat aku kenal. Terkekeh dengan senyum manisnya sambil berjalan dengan seorang wanita yang tidak aku ketahui siapa namanya.

Apa dia, wanita yang di katakan menikah dengan Mas Hendra? Sama-sama karyawan kantor ini? Jahat kamu Mas! Kamu benar-benar jahat!!

Darahku berdesir. Hatiku panas, bahkan tubuh ini gemetar menahan emosi. Kuku tangan ku pun memutih karena kepalan tangan ku.

Mas Hendra dengan seorang wanita yang cantik tampak mesra memasuki sebuah mobil berwarna putih keluaran terbaru merek negara doraemon yang di sukai sejuta umat.

Lagi-lagi hati ku sakit semakin mengetahui kebusukan Mas Hendra. Ternyata benar mobil baru itu milik Mas Hendra dan dia tidak pernah dinas ke luar kota.

"Mbak ikuti mobil putih itu." Kataku pada Mbak Yuli.

Mungkin kurang ajar aku memerintah Mbak Yuli. Tapi aku benar-benar tidak ingin kehilangan jejak Mas Hendra.

Kami pun mengikuti kemana mobil itu pergi. Sampai tujuan akhirnya memasuki kawasan perumahan yang cukup bagus dan berhenti di sana.

"Kita sini aja ya Las. Kelihatan kan?"

"Iya Mbak, sini aja."

Kami berhenti agak jauh mengamati Mas Hendra. Mas Hendra dan wanita itu seperti sedang mengamati rumah yang hampir selesai di bangun. Di sebelahnya ada rumah mewah yang tampaknya ingin di jual oleh pemiliknya karena ada terpasang plang 'Di Jual' disana.

Rumah siapa itu? Apa rumah Mas Hendra dengan perempuan itu?

"Rumah siapa ya Las? Bagus bener."

"Aku tidak tahu Mbak."

Pikiran ku benar-benar kalut saat ini. Begitu banyak pertanyaan-pertanyaan di kepala ku dan menunggu jawabannya.

Bersambung...

Jangan lupa like dan komen ya🙏😊

1
Giantini
enak betul hidup Nilam..dah ngrusak rumah tangga kakaknya hidupnya berkelimang harta...gk ada karma gitu untuk Nilam
eva Sekayu123
kenapa setiap ngmong dlam hati trus aja kmu berbohong mas terlalu lelamaan
Giantini
Hendra sudah insaf..ini gantian Tatik masih ngeyel
Charles Bawengan
Luar biasa
Giantini
sampai kpan Lastri akan jdi bodoh klo menyangkut harga diri /perasaan orang lain...dasar lembek
Sumintiari Widiastuti
Luar biasa
Diah Ratna
seru,lanjut lastri
Giantini
gimna cerita nya kenapa nyiksa batin istri pertama.. mana yg judulnya membalas hinaan kalian...gk nyambung sama ceritanya
Giantini
nego lestari
Mbak Rina
hidup dengan pelacur, sukanya nggak seberapa..dosa sama menderitanya seumur hidupnya..
tambah keluarga toxic,menjijikkan jadi lelaki..
Hamidah Nasar
Najis bgt pemeran Hendra ini
Hamidah Nasar
mulai tenang deh
Hamidah Nasar
Gedeg bgt
Widya Asyanti
baru tau,rasakan
Widya Asyanti
mantap
Widya Asyanti
sekarang pelakor lbh galak dr istri pertama
Widya Asyanti
hamil
Widya Asyanti
keluarga biadab, tinggalkan saja
Putri Asmaradiana
Luar biasa
Titin Maryati
iya Thor kasian Lastri 🙏🙏😭😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!