Ayu Lestari, seorang wanita yang harus rela pergi dari rumahnya saat warga mengetahui kehamilannya. Menghabiskan satu Malam dengan pria yang tidak di kenalnya, membawa petaka dan kemalangan pada Ayu, seorang wanita yang harus rela masa depannya terenggut.
Akankah Ayu menemukan siapa ayah bayi yang di kandungnya? bagaimana reaksinya saat mengetahui bahwa pria yang menghamilinya adalah seorang pria yang di kenal culun?
Penasaran kan? yuk ikuti terus kisahnya sampai akhir ya, jangan lupa tambahkan subscribe, like, coment dan vote nya. 🤗🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ayah?
Raja berlari menghampiri seorang pria yang tengah berdiri di depan sebuah toko, dia memandangi wajah pria itu dengan seksama dan batinnya mengatakan bahwa dia adalah ayahnya. Merasa di perhatikan, Gibran menatap kearah Raja tanpa curiga melihat w ajahnya yang sama persis dengan wajah dirinya.
"Hei, adek kecil. Kau sedang mencari siapa?" Tanya Gibran berjongkok di hadapan Raja, dia membenarkan kacamatanya saat menatap pria kecil yang lucu dan menggemaskan.
"Paman, boleh kita berkenalan?" Tanya Raja dengan yakin, ia tampilkan senyum manisnya yang mampu menghipnotis Gibran.
Tangan Gibran terulur mengelus pipi tembem Gibran, ia tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Dalah hati, Raja bersorak sebab kemauannya di iyakan oleh Gibran.
"Namaku Gibran, nama kamu siapa?" Gibran menjawab pertanyaan Raja, ia juga mengajukan pertanyaan yang sama seperti yang Gibran tanyakan padanya.
"Namaku Raja Maheswara, panggil saja Raja. Oh iya, paman pasti punya nama lengkap bukan? Boleh aku tahu, nama lengkap paman? Karena nama Gibran itu pasaran. Jadi, kalau aku tahu nama lengkapnya kan enak manggilnya, gak cuman paman Gibran saja di saat orang yang memiliki nama yang sama dengan paman itu berada di satu lingkungan yang sama."Cerocos Raja.
Sikap cerewet Raja mampu membuat Gibran terkekeh, tangannya terulur mengusap pucuk kepala Raja dengan lembut.
"Aakh, paman jangan rusak rambutku." Protes Raja dengan wajah masamnya.
"Memangnya kenapa?" Tanya Gibran.
"Kata ibu, kalau rambutku rusak kadar ketampananku pasti menurun." Jawab Raja sambil merapikan kembali rambutnya menggunakan jemari mungilnya.
"Pasti ibumu juga cerewet ya, sama kayak anaknya." Ucap Gibran di iringi kekehan yang keluar dari mulutnya.
Gibran yang merasa bosan pun, seperti mendapat hiburan dengan kedatangan Raja di sisinya. Ibunya yang bernama Widya, sampai saat ini masih tak kunjung kembali dari toko barang branded.
-'Semoga saja, benar. Aku tahu ibu selalu saja menghindar setiap kali aku bertanya soal ayah, mungkin saja ibu sedang bertengkar dengan ayah.' Batian Raja yang menduga-duga.
"Ibuku memang cerewet paman, tapi aslinya dia baik." Ucap Raja.
"Oh iya, kau ingin tahu nama lengkapku bukan? Nama lengkapku, Gibran Nurmansyah Wiratma." Ucap Gibran kembali membahas topik yang tadi tengah Raja bahas padanya.
"Wow, so embagus namanya." Puji Raja mengacungkan kedua jempol mungilnya.
Gibran kembali terkekeh, di matanya Raja sangatlah menggemaskan dan lucu. Sekilas, Gibran melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Sepertinya sang ibu masih lupa diri, dia memutuskan untuk mengajak Raja pergi membeli sebuah es krim yang letaknya tak jauh dari tempatnya berdiri. Saat Gibran mengajak Raja pergi, anak itu bersorak antusias karena ia sangat menyukai makanan manis dengan berbagai varian rasa itu.
Di tengah kebahagian Raja, justru Ayu tengah kebingungan mencari anaknya kesana kemari di tengah banyaknya orang yang berlalu lalang.
"Ya Allah, maafkan ibu nak. Kamu kemana sih? Jangan bikin ibu khawatir." Keluh Ayu dengan wajah cemasnya.
Ayu kembali melanjutkan pencariannya, dia merasa bersalah karena telah mengabaikan Raja dan sibuk dengan ponselnya.
Raja dan Gibran tengah duduk di sebuah meja, mereka menikmati es krim stroberi dengan tampilan yang sama. Keduanya bercerita layaknya seorang teman, sesekali mereka tertawa terbahak dengan kelucuan yang di perlihatkan oleh Raja.
"Lihat disana paman, kenapa banyak perempuan pipinya dan bibirnya merah? Apa mereka badut?" Tanya Raja menatap kearah sekelilingnya, dimana banyak wanita memakai riasan tebal bahkan terlihat mencolok.
Gibran mengendikkan bahunya, mana tahu dia soal wanita. "Tidak tahu, mungkin saja begitu." Jawab Gibran.
"Begitu ya, ibu tidak seperti mereka." Ucap Raja.
"Ya karna ibumu bukan badut." Ucap Gibran sekenanya.
"Iya ya." Ucap Raja.
Keduanya pun terkekeh bersamaan, selesai memakan es krimnya. Gibran mengajak Raja pergi ke tempat dimana ibunya berada, di tengah perjalanan seseorang menarik tangan Raja dan orang tersebut yang tak lain adalah Ayu.
"Ya Tuhan, kamu ini ibu cari kemana-mana taunya disini." Omel Ayu.
"Ya habisnya, ibu sibuk sama hp terus." Ucap Raja membela dirinya sendiri.
"Ayo pulang, ibu ada kerjaan mendadak jadinya gak bisa main dulu." Ucap Ayu dengan wajah menahan marah.
Tanpa menunggu jawaban dari sang putra, Ayu langsung menarik tangan Raja meninggalkan Gibran yang tengah menatap keheranan pada Ayu. Di benak Gibran, ia seperti pernah mendengar suara Ayu, tapi ia tidak tahu kapan dan dimana. Tepukan di pundak Gibran membuat lamunannya buyar seketika, Widya menatap heran pada putranya yang terlihat tengah memikirkan sesuatu.
"Kamu kenapa Gib?" Tanya Widya menelisik wajah Gibran.
"Gapapa ma, udah belanjanya?" Jawab Gibran seraya melemparkan kembali pertanyaan pada ibunya.
"Udah, nih." Jawab Widya dengan wajah berseri menunjukkan barang belanjaannya pada Gibran, beberapa peper bag dengan ukuran yang berbeda.
"Yasudah, ayo pulang." Ajak Gibran pada ibunya.
Gibran dan Widya pun pergi meninggalkan area mall, selama di perjalanan Gibran selalu memikirkan Raja karena ia baru sadar bahwa wajahnya memiliki kemiripan pada bocah itu.
.
.
Ayu membawa Raja pulang menaiki angkot, dia harus segera kembali ke panti asuhan karena di restoran tempatnya bekerja membutuhkan banyak karyawan untuk persiapan acara penting. Berulang kali Ayu meminta maaf pada Raja, tentu saja karena ia tidak bisa menepati janjinya membawa anaknya bermain di mall. Dengan santainya, Raja tersenyum dan mengatakan bahwa ia tidak masalah karena tidka bisa bermain.
'yang penting, aku bisa bertemu dengan ayah ' Batin Raja.
Saat angkot berhenti tepat di depan gerbang panti, Ayu langsung membawa putranya turun dari dalam mobil. Wajah Raja tetap berseri tak seperti biasanya, dia berjalan memasuki kawasan panti sambil menggandeng tangan ibunya.
"Kamu keliatan bahagia banget, padahal kan kita gak jadi main?" Tanya Ayu heran melihat Raja.
"Ibu, kepo." Ledek Raja.
"Awas ya! Udah berani ya ledekin ibunya," Ucap Ayu sambil berkacak pinggang.
Raja hanya terkekeh melihat raut wajah ibunya, Ayu lantas menggelitiki perut Raja sampai tertawa cekikikan. Kepala panti menghampiri Ayu, dia mengajak keduanya untuk masuk karena Ayu kedatangan tamu yakni keluarganya. Ayu pun menghentikan aksinya, dia menggendong tubuh Raja masuk ke dalam rumah dan masih terdengar sisa tawa Raja yang mana membuat Ayu ikut tersenyum.
'Raja, anak ibu. Ibu minta maaf, dulu ibu hampir saja melenyapkanmu. Ibu janji, ibu akan berikan yang terbaik untuk Raja meskipun ibu harus banting tulang kesana kemari mencari rezeki untuk masa depan Raja.' Batin Ayu.
Menjadi Ayu bukanlah hal yang mudah, saat ia harus kehilangan mahkotanya. Ayu di usir dari tempat tinggalnya sendiri, keluarganya juga harus menerima hinaan dan cacian dari para tetangganya yang lain, belum lagi ia harus berjuang dimana ia mengandung tapa adanya suami, dan yang lebih parahnya ia tidak tahu seperti apa rupa lelaki yang menodainya malam itu.
Satu dulu upnya ya, gak keburu waktunya 🙏🙏🙏
/Slight//Slight/