The Unloved Queen'S Revenge

Sung Im sedang memulihkan tubuhnya. Dia sudah kembali ke lembah Gwisin, tempat dimana markas Jin Sang berada. Sung Im menanyakan mengenai keberadaan sang pimpinan yang ternyata masih berada di ibu kota.

" Apa yang dilakukan pimpinan di ibu kota sehingga begitu lama?"

Sung Im berbicara sendiri sambil mengompres luka lebam yang ia peroleh. Ingatannya memutar ke hari dimana ia menyerang rombongan kerajaan.Sebuah hal yang menarik perhatiannya bahwa ratu negara Mae itu sangat cantik tapi ternyata dia bisa menggunakan pedang dengan begitu lincah dan terlatih. Meskipun ia berhasil melukainya tapi sang ratu tampaknya tidak merasakan hal tersebut sehingga ia masih bisa bertarung dengan sangat baik.

" Haish, beruntung aku bisa lari. Aku harap mereka setia dan tidak membocorkan mengenai Tuan Jin Sang serta lembah Gwisin."

Di sisi lain Jin Sang langsung bergegas kembali ke lembah Gwisin saat mendapat kabar mengenai kelompok penyerang yang ia kirim kalah bahkan tertangkap. Hal ini tentu tidak bisa dibiarkan. Dia tidak boleh diketahui dengan cepat. Jin Sang harus menyusun rencana untuk bisa menyusup ke istana. Ia harus bisa membawa Gyeo Wool keluar dari istana.

Menurut informasi dari Boram beberapa saat lalu, selain ratu sedang sakit gadis itu juga mengatakan bahwa ratu tidak disayangi oleh raja. Boram juga mengatakan bahwa pernikahan raja dan ratu sepertinya hanya karena sebuah keuntungan semata.

Membara lah hati Jin Sang untuk bisa mendapatkan Gyeo. Ia sedikit geram mengetahui kenyataan bahwa Gyeo adalah ratu yang tidak disayangi oleh Hyeon.

" Baiklah adik sepupu ku, sepertinya aku punya alasan kuat untuk merebut tahta dan juga istrimu. Aku pastikan akan bisa lebih membahagiakan Gyeo dari pada dirimu. Memang kau tidak pantas menjadi raja dan seorang suami."

Sepanjang perjalanan menuju lembah Gwisin pikiran Jin Sang dipenuhi oleh Gyeo Wool. Senyuman Gyeo Wool benar-benar mengalihkan dunianya. Dulu dia yang selalu diliputi dendam kini mulai memiliki rasa lain. Rasa yang ia tidak tahu apa tapi yang jelas rasa itu adalah ia ingin membuat wanita itu selalu tersenyum.

Mendengar Gyeo Wool tidak mendapatkan cinta dari Hyeon membuat Jin Sang merasa tidak suka. Setidaknya itulah yang ada di hati Jin Sang kali ini.

Sebelum meninggalkan ibu kota, Jin Sang membuat pertemuan dengan kelompok pembelot. Ia meminta sebagian emas dan perak untuk pendanaan prajurit binaannya.

" Baiklah, itu tentu mudah. Aku memang sudah menyiapkan hal tersebut yang mulia pangeran. Anda juga memiliki hak atas uang yang berada di istana."

Jin Sang tentu sangat senang dengan perkataan Menteri Keuangan Ahn Chen. Tapi Jin Sang berusaha bersikap biasa saja. Bagaimana pun dia harus memiliki wibawa di depan para pendukungnya itu. Jin Sang tidak ingin dinilai sebagai pria miskin meskipun pada kenyataannya kelompok miliknya yang berada di lembah Gwisin memang mengalami kesulitan dalam keuangan.

" Terimakasih untuk pengertian kalian. Aku harap kalian mulai mengumpulkan orang dan membangun kekuatan. Semakin banyak penghuni istana yang berpihak kepada kita maka semakin mudah kita menggulingkan Hyeon."

" Siap laksanakan Yang Mulia Pangeran Jin Sang."

Perjalanan Jin Sang ke ibu kota benar-benar sukses besar. Siapa sangka orang-orang itu mendukungnya sepenuh hati. Meskipun begitu Jin Sang merasa harus hati-hati. Ia tidak boleh lengah. Terlebih sudah belasan tahun berlalu mereka baru mencari Jin Sang belum lama ini. Itu merupakan sebuah hal yang sedikit membuat ganjalan di hati.

" Tidak masalah, yang penting saat ini aku bisa membawa sejumlah emas dan perak untuk orang-orang ku. Kita tidak akan lagi kesusahan makanan. Hyeon, awas kau. Kau telah membuat aku dalam keadaan seperti ini."

🌿🌿🌿

Di halaman kerajaan hari ini akan dilaksanakan hukuman untuk Boram dan Da Eun. Semua penghuni istana menyaksikannya.

Sungguh ini merupakan hal besar yang terjadi selama Hyeon menjabat. Terlebih orang yang dihukum adalah selir yang konon katanya paling disayang oleh raja. Seluruh selir berkumpul juga di sana. Semua saling berbisik satu sama lain.

" Lihatlah. Bukankah itu Selir Da Eun. Astaga dia benar-benar jahat."

Ucapan salah satu selir diikuti anggukan kepala selir lainnya. Tidak ada rasa iba atupun kasian dari para selir kepada Da Eun. Hal tersebut karena mereka juga sering dibuat sakit hati oleh Da Eun. Bahkan tak jarang mereka juga diancam oleh Da Eun mengenai keluarga mereka.

Hyeon tidak menyangka bahwa wanita yang pernah ia sayangi itu tega berlaku seperti itu. Memang sebelum kedatangan Gyeo Wool, harem dibawah kekuasaan Da Eun. Jadi semua urusan harem, Da Eun lah yang mengatur. Hingga sebuah peristiwa membuat semua selir benar-benar ketakutan terhadap wanita itu.

Suatu hari mereka dikumpulkan di kediaman Da Eun dan diminta meminum sebuah ramuan. Dimana ramuan tersebut adalah ramuan yang diperuntukkan untuk membuat wanita tidak bisa hamil. Terang saja mereka menolak. Mereka tidak mungkin menyerahkan rahim mereka dibuat manduul.

" Anda sungguh keterlaluan selir utama. Jangan karena Anda adalah kesayangan yang mulia, Anda jadi bisa berbuat sesuka hati Anda."

Satu diantara para selir itu pun menolak. Tapi apa yang terjadi, dengan sadis Da Eun melayangkan sebuah cambuk ke arah selir tersebut sehingga selir itu pun jatuh ke lantai bahkan sampai pingsan. Semua selir langsung menciut nyalinya.

" Apa kalian ingin seperti dia. Aku tentu bisa membuat lebih lagi dari itu. Meski aku tidak punya penyokong dari keluarga tapi seperti yang kalian tahu, yang mulia sangat menyayangiku. Jadi apapun yang aku katakan tentu yang mulia lebih percaya padaku."

Kata-kata Da Eun saat itu membuat mereka seketika diam dan tentu takut. Tapi pada akhirnya mereka tidak jadi meminum ramuan tersebut dengan sebuah catatan mereka tidak boleh muncul dihadapan yang mulia raja kecuali saat ada acara.

Mengingat hal itu para selir sungguh senang melihat Da Eun akan di hukum bersama dayang nya. Apalagi kabar Da Eun diturunkan statusnya dan diasingkan membuat para selir itu tersenyum puas.

Boram dan Da Eun sudah siap menerima hukuman. Keduanya sama-sama mendapat hukuman pukulan dari sebuah papan kayu.

Pak ... Pak ... Pak

Argh ...

Suara jerit kesakitan berkumandang di halaman istana. Da Eun sepintas melihat ke arah Hyeon, pria yang ia harap bisa mencintainya seumur hidup itu bahkan terlihat sangat acuh. Di sampingnya Gyeo Wool, sang ratu menatap dengan begitu dingin.

Da Eun kembali menjerit kesakitan. Wajahnya sungguh terlihat memelas tapi Hyeon benar-benar acuh. Hyeon melihat ke dalam diri, mengapa dia sama sekali tidak memiliki rasa iba terhadap wanita yang sudah menemaninya selama kurang lebih 2 tahun itu.

" Apa benar aku mencintainya? Atau semuanya hanya semu semata?"

TBC