Isa adalah seorang Presdir tampan, ia dipaksa ibunya untuk menikahi Jinan, gadis kampung yang masih imut karena dia baru lulus SMA.
Untuk menguji ketulusan Jinan, Isa berpura-pura menjadi sopir. Ia tak menyangka, Jinan malah bekerja di perusahaannya sebagai OG.
Bagaimana caranya Isa menyembunyikan jati dirinya dari Jinan, dan akan mereka benar-benar jatuh cinta.
Silakan baca kisah kocak and romantis mereka dalam Novel : Dikira Sopir Ternyata Presdir.
Baca juga kisah Novel saya yang lain :
Dia Ameera (Sang Putri Arab)
Terjebak Kawin Kontrak dengan Tuan Muda Arab
Mona Si Gadis Petualang (Novel Misteri Memecahkan Misteri pembunuhan di kampus)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maunah mom's zuzu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membujuk Jinan
"Hehe, Inan, ayo kita makan. Mumpung masih jam makan siang!" ajak Isa pada Jinan, Isa berusaha membujuknya agar tak marah lagi. Jinan menatap Isa yang memakai masker dengan menampakkan rasa cemburu, meski perasaan itu belum dia sadari.
"Makan aja sama mantan Om, bukannya Om sangat hawatir sama keadaan dia tadi?"
"Hehe Nan, bukan gitu maksud Mas. Mas cuma ...''
"Cuma apa, udahlah, Inan malas sama orang yang suka boong!"
Tanpa menunggu sahutan dari Isa, Jinan berbalik dan pergi ke Pantri, dia membawa makanan dari rumah, tapi dasar Jinan, dia menyuruh temannya agar mengatakan pada Isa bahwa dia belum makan dari pagi.
"Ya udah, kalau gitu, nitip ini ya!" ucap Isa sambil menyerahkan paper bag ke OG teman Jinan.
"Nan, ini makan dari Om kamu, mau kamu makan juga, kan kamu bawa bekal?" ucap Dena sambil menyerahkan paper bag di tangannya.
"Makan aja sama kalian, Inan makan yang ini aja,'' sahut Jinan sambil membuka kotak makannya.
"Wah, kamu baik banget, ayo kita makan bareng teman-teman, ini makanan dari Om nya Jinan!" seru Dena pada teman mereka yang lainnya. Para OG dan OB yang bertugas di lantai itu pun berkumpul dan langsung menimbrung memakan makanan yang dari Isa.
Sore harinya, Jinan terlihat masih cemberut, dia berjalan menuju halte dengan menekuk wajahnya dan memanyunkan bibirnya. "Nan, ayo masuk!" seru Isa yang sudah stand by di depan halte.
Karena tak mau dilihat orang, Jinan pun segera naik ke mobil meski wajahnya tetap tak bersahabat. "Nan, Mas minta maaf ya. Mas gak bermaksud macam-macam kok, Mas cuma merasa cemas sama kesehatan Kimberly," rayu Isa sambil mulai melajukan mobilnya.
"Ooo, jadi Om cemas banget gitu sama si nenek ulat bulu itu, sampai-sampai Mas nemui dia di pagi buta, tanpa ngasih tahu Inan?" sahut Jinan sambil melirik tajam ke arah suaminya.
''Hmm, itu, ya pokoknya Mas minta maaf deh. Lain kali Mas gak akan ngulangi lagi. Mas akan jujur ke kamu, apa pun itu, tapi Mas mohon jangan ngambek, Ok?'' Isa terus merayu Jinan berharap Jinan memaafkannya.
"Ok, kali ini Inan maafkan, asal Om ngasih tahu Inan kalau si ulat bulu itu ngajak ketemuan Om lagi. Satu lagi, Inan kasih tahu sama Om, Inan paling gak suka laki-laki yang selalu merahasiakan sesuatu dari istrinya, apalagi kalau soal cewek. Paham!''
Isa menelan ludahnya mendengar kata-kata istrinya, dia teringat sekarang dia masih merahasiakan pekerjaannya pada Jinan. ''Ok, Mas paham."
Azan magrib berkumandang, Jinan dan Isa pun bersiap untuk melaksanakan salat magrib. Isa tersenyum lembut pada Jinan ketika dia selesai salat dan berbalik menghadap perempuan yang sudah menjadi makmumnya itu. Ada sebuah kedamaian yang ia rasakan ketika memandang wajah imut nan mulus di depannya. "Om, Inan yang memasak buat makan malam ya?" ucap Jinan sembari membuka mukenanya.
"Ok, biar Mas bantu,'' sahut Isa. Dia pun beranjak dan menaruh sajadahnya. Isa bermaksud ke dapur, tapi tiba-tiba ponselnya berbunyi. (''Sayang, temui aku di cafe Mawar, kita udah lama gak makan bersama,")
Mata Isa membola ketika membaca isi chat yang ternyata dari Kimberly.
"Duh, bisa berabeh ni, kalau ketahuan Inan." Dengan cepat dia menghapus chat dan berusaha tersenyum ketika melihat Jinan sudah berada di depannya dan menatapnya dengan tatapan penuh selidik.
''Chat dari siapa?" tanya Jinan dengan menyipitkan matanya.
"Hehe, itu Hmm Kimberly ngajak makan malam," jawab Isa spontan.
"Terus?"
''Ya biarin, biar aja. Kita lanjut masak," Isa menjawab sambil meraih tangan Jinan dan membawanya ke dapur.
Keesokan harinya, Jinan pun bersiap pergi ke kantor, tapi dia tak mau diantar oleh Isa, "Ingat, Om jangan coba-coba nemuin si ulat bulu lagi!' ujar Jinan sambil menaruh makanan ke dalam box lunch. Dia sengaja memasak untuk Isa dan dirinya.
Isa mengulum senyumnya melihat perempuan di depannya mengomel. "Iya, tapi kamu perginya sama Mas, ya!" jawab Isa.
"Ok, tapi sampe halte aja ya, Inan gak mau dilihat teman lain, nanti dikira jalan sama Om-om lagi,"
"Ya ampun, emangnya Mas setua apa sih? Perasaan Mas baru berumur 27an, wajah Mas juga lumayan tampan, kenapa kamu gak pede jalan sama Om?" Isa terus menggerutu sambil berjalan menuju mobilnya, disusul oleh Jinan.
"Inan, tahu gak, hari ini Bos membuka loker untuk mencari sekretaris baru, pengganti Vina. Bos juga memberi kesempatan pada karyawan yang sudah ada di sini untuk melamar posisi itu, jika dirasa mampu," ujar Rima, Mendengar berita itu, Jinan pun berinisiatif untuk melamar.
"Yang benar, kalau Inan melamar, kira-kira diterima gak ya?"
"Kamu coba aja, ngomong ke HRD," usul Rima. Jinan pun bergegas menuju ruang HRD, dia berlonjal gembira ketika pihak HRD mengizinkannya.
"Hai Om Assisten!'' sapa Jinan pada Rafa yang berdiri di pintu ruangan Isa untuk memanggil calon sekretaris agar masuk untuk diinterview oleh Isa sendiri.
"Loh, kok, kamu di sini?" Rafa bertanya dengan penuh keheranan bercampur ketakutan, takut dimarahi Isa.
''Taraaa, Inan juga ikut melamar, tadi udah dapat Izin dari pihak HRD. Sekarang udah giliran Inan masuk interview, kan? Ya udah, Inan masuk dulu!' sahut Jinan sambil membuka pintu mendahului Rafa yang masih bengong.
''Ya ampun, gawat, Bos bisa marah kalau Jinan lihat dia," ucapnya sambil bergegas menyusul, tapi sayangnya Jinan sudah masuk dan melihat Isa yang kebetulan berdiri di samping mejanya.
"Om, kok, di ruang direktur?" tanya Jinan yang membuat Isa terkesiap seketika.
"Inan?"
'Aduh, gimana ini, kenapa dia masuk ke sini, Rafa benar-benar ceroboh!'
"Om, kok, bengong sih? Ngapain Om ada di ruang direktur? Direkturnya mana?" Jinan memberondong Isa dengan pertanyaan, tapi yang membuat Isa lega, Jinan ternyata belum menyadari bahwa dia adalah direkturnya.
"Hehe, iya, tadi Mas dipanggil karena beliau mau meeting. Kamu sendiri, mau ngapain?" Isa balik bertanya.
Jinan pun mendekat dengan wajah berbinar sambil menunjukkan map yang berisi CV-nya. "Inan mau ngelamar jadi sekretaris," jawab Jinan membuat mata laki-laki di depannya melebar.
''Apa, sekretaris? Duh, ngapain kamu ngelamar jadi sekretaris, kan kamu lagi kuliah?''
"Loh, kok, Om gak senang sih, emangnya Om mau Inan jadi OG terus? Om gak mau Inan kerja kantoran? Om tega ya! Inan juga pengen berhasil, pengen sukses, kenapa Om menghalangi Inan?'' Jinan mulai meracau sambil terisak.
''Waduh, malah nangis lagi. Eh, cup... cup! Jangan nangis, ya udah terserah kamu, Kalau gitu, Om keluar dulu ya, kamu ditemani Rafa aja," ucap Isa sambil mengisyaratkan pada Rafa agar mendekat, sedangkan dia sendiri malah keluar ruangan.
"setelah sampai kantor Jinan pun menuju tempat keja OG dan bertanya sama Rima" terus.....baru reader paham,,nih terus pada nanya Rima,,diingat Rima sama numpang dimobil,ataupun pertanyaan tadi dituju sama Isa.