Pemuda tampan itu bukan siapa-siapa, sampai di mana ia ditemui wanita yang tiba-tiba menawarkan tiga juta hanya untuk ciuman bibirnya.
Sejauh Marco melangkah, tiada yang tahu jika di balik matrenya berondong itu, ialah pewaris tahta yang dibuang oleh ayah crazy rich-nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 028
NOVEMBER.
Allura tak sebodoh itu membiarkan Marco mendekati Jefri. Binatang buas tidak semudah itu takluk pada seseorang yang tidak sekalipun berkontribusi dalam hidupnya.
Perlu waktu bertahun-tahun untuk Mommy Snowy dan keluarganya menjinakkan Jefri hingga menjadi penurut seperti sekarang ini.
Allura mendorong Marco keluar pagar bahkan menutupnya. "Kita putus, Marco."
Mata Marco meredup. Sudah cukup, Marco sudah cukup berupaya tapi semua terserah Allura ... Marco melangkah mundur dengan tawa samarnya.
Kembali melangkahi motor, memakai helm bahkan melajukannya dengan langsung menancap gas. Derum yang terdengar hingga jauh dari tempat di mana Allura berdiri.
...\=\=~©®™~\=\=...
DESEMBER.
"Kalian memang bukan teman ku!" Patricia merutuk di depan kedua sahabatnya.
Semua sudah kembali normal, Allura dan Patricia akan menetap kembali di Jakarta, termasuk Natalie yang baru kemarin resign dari pekerjaannya.
Kembali dengan status istri tak dianggap Rahardian. Sulit bagi perempuan itu bercerai, sejatinya Rahardian masih tak mau terang- terangan menceraikan wanita seksi itu.
Hidup Natalie hanya mondar- mandir ke tempat Allura dan Patricia. Menikmati hasil kerja keras Rahardian, setidaknya keuntungan fasilitas istri direktur untuk dirinya.
Selama ini Natalie bekerja hanya untuk menghibur diri, tapi karena ulahnya membantu Marco menculik Allura, Natalie mendapatkan teguran keras dari X-Meria group. Itu yang membuatnya berpikir jika resign ialah pilihan yang lebih baik.
"Dian nggak mukulin kamu?" tanya Allura.
"Enggak." Natalie duduk di sofa ruang tengah keluarga Mahesa Bachtiar, Patricia ikut duduk di sofa lainnya dengan secangkir susu hangat di tangannya.
"Bagus deh." Allura lega.
Sebelumnya Allura sempat khawatir akan kondisi sahabatnya. Biasanya, Rahardian tak segan main tangan saat sudah amat marah.
"Dian masih anggap, bercerai dengan Natalie, maka miskin lah dia." Patricia menimpalinya.
"Yah begitulah."
Nathalie angkat bahu, tapi, memang benar nyatanya demikian. Rahardian terancam tidak akan mendapatkan sepeser pun warisan jika meninggalkan dirinya yang notabenenya istri pilihan keluarga.
Mungkin itu juga yang membuat Rahardian diam saja tidak memukulinya. Kali ini, Dian bahkan berlaku lebih baik padanya walau pada akhirnya kenyataan kembali menyentak, pelakor masih menghuni hati suaminya.
"Aku jadi kangen Marco." Natalie berkata lirih, sejatinya bukan hanya wanita itu saja karena rindu pada Marco dirasakan juga oleh Allura.
"Kau punya Sergey!" tegur Patricia.
Natalie tertawa. "Aku lebih suka yang setia dan manis. Sergey terlalu seram dan posesif."
Patricia lantas menatap Allura yang mendadak diam mendengar nama Marco disebut- sebut. "Kalian beneran putus?"
Bahu Allura terangkat ringan seperti gambaran kekecewaan frustrasinya. Yah, Allura langsung connect sebab yang dia pikir saat ini hanya Marco, Marco dan Marco.
"Dia sudah tidak lagi menghubungi ku."
Patricia mengernyit sebal. "Kan Anda yang mutusin, Marco wahai anak bapak Esa yang terhormat!"
"Nyesel?" Natalie mengimbuhkan. "Biar aku saja yang menghubunginya lebih dulu."
Natalie berinisiatif, dia wanita yang lebih suka aksi dari pada teori. Langsung scroll media sosial milik Kahl El Marco yang semua fotonya diserbu like dan komen perempuan.
"Apa ini?" Dua bulan sudah Marco tak upload foto atau video. Menghilang bagai ditelan bumi Pertiwi. "Ke mana anak ini, ya?"
Langit tiba, memberi kepala di paha Natalie yang langsung mengusap. Anak itu memang selalu kolokan pada siapa pun teman Allura.
"Aku lelah, Tante." Natalie mencubit pipinya gemas bahkan sampai Langit berteriak.
"Apa ini?" Natalie baru melihat kotak kayu ukiran berpita merah. "Lucu banget."
"Undangan dari Marco."
"Uhuk--" Allura tersedak. Lantas, segera merebut kotak kayu itu untuk dibukanya.
Benar, undangan saja unik sekali, sangat berbeda dari orang biasanya. "Nikah?"
"Tunangan." Yang Allura lihat, justru bukan nama Marco melainkan Clay.
Natalie berdecak, ah. "Ini cuma acara pertunangan Clay, sepupu Marco yang kemarin dijodohkan dengan mu."
Patricia menyambung tawa. "Serius, awalnya, aku kira yang mau dijodohkan dengan Allura, bapaknya Marco yang ganteng."
"Jangan bilang kamu suka lagi!" tuduh Natalie mencurigainya.
"Sedikit." Patricia menyengir. "Jakunnya--"
"Ya Tuhan..." Langit memutar bola matanya secara malas. Tidak Marco tidak bapaknya, semua menjadi saingannya.
"Hay, Sayang." Semua beralih pada Natalie yang baru saja menyambung telepon dengan Marco lewat akun media sosial.
Sejujurnya, Natalie sudah lama tak memiliki nomor pribadi Marco. "Gimana kabar?"
📞 "Baik." Panggilan video, menampilkan wajah Marco, dan Allura langsung menyingkir, tak mau terlihat. "Tante sudah tidak sedih?"
Natalie mencebik. "Kasih tahu aku, bagaimana caranya tidak sedih tanpa mu?"
Marco tertawa, dan sungguh, tawa itu amat sangat dirindukan Allura secara diam- diam.
Allura menunggu dihubungi, tapi, Marco tidak pernah lagi menghubungi semenjak dia memutuskannya secara sepihak di hari itu.
"Tuan muda perlu treatment lagi." Ada suara lain yang terdengar. Marco tampak menoleh lalu kembali menatap Natalie. "Tante, Marco harus tutup. Sebentar ya. Nanti lagi."
"Wait ... Kamu di rumah sakit?" Natalie baru melihat fokus bagian belakang Marco, bahkan agaknya Marco memakaikan baju pasien.
📞 "Insiden kecil." Marco menyengir. Walau itu tawa, tapi tidak seperti bahagia.
"Kamu sakit?" cecar Natalie. Allura, Patricia dan Langit ikut penasaran, segera mereka merapat, dan panggilan dimatikan.
"Bagaimana?" tanya Patricia.
"Dia mematikannya." Natalie menghela, tak lama kemudian, mata Patricia, Allura dan Natalie tertuju pada satu orang.
"Kenapa?" Langit tak suka tatapan itu.
"Kau cari tahu, Marco kan teman kuliah kamu dulu, pasti kamu punya teman yang bisa tahu kabar dia sekarang!" usul Patricia.
Natalie setuju sendu. "Aku penasaran dengan berondong ku bagaimana kabarnya."
"Langit!!" Allura membentak, yang itu berarti Allura geregetan ingin tahu juga kabar mantan yang diputuskannya satu bulan lalu.
"Ck!"
Langit berdecak. Tapi, segera melakukan apa yang ketiga perempuan itu mau. Mencari tahu kabar Marco lewat teman- temannya, dengan hasil yang cukup mengecewakan.
"Tidak ada satupun yang tahu karena Marco sudah lama pindah kampus." Walau begitu, masih ada cara lain. "Langit akan hadir ke pesta pertunangan Clay, Nanti Langit intip kabar dia."
...\=\=~©®™~\=\=...
ESOKNYA.
"Dia akan bisa berjalan lagi kan?"
Kaesang menunggu terbukanya netra putranya, Marco masih terpejam dengan dua kaki yang masih dibalut perban.
Tepat saat pulang dari kediaman Allura, Marco mengalami kecelakaan. Dua kaki yang patah belum juga bisa digerakkan.
"Akan bisa, tenang saja." Marco masih masa pemulihan, tidak sebentar tapi harus sabar agar hasil maksimal.
Kaesang menatap iba wajah tampan itu, dia sudah kehilangan istrinya, sekarang Marco mengalami hal mengerikan. "Lakukan yang terbaik untuk anak bodoh ini."
"Pasti." Dokter tersenyum, memberikan sedikit tepukan di punggung Kaesang.
Keduanya keluar dari kamar VVIP, setelah sebelumnya Kaesang memberikan usapan dan kecupan di kepala Marco yang lantas membuka matanya perlahan.
Ditatapnya punggung ayahnya hingga tenggelam di balik pintu. Marco bahagia, tapi tidak sebahagia itu.
Mungkin benar, saat kita ingin sesuatu yang lebih istimewa, maka dia akan kehilangan yang juga tak kalah istimewa. Kaesang mulai mau memaafkannya, tapi Allura sudah lepas dari genggaman.