AREA DEWASA!!
Empat tahun menduda pada akhirnya Wira menikah juga dengan seorang gadis yang bernama Mawar. Gadis yang tidak sengaja Wira tabrak beberapa waktu yang lalu.
Namun, di balik pernikahan Wira dan Mawar ada seorang perempuan yang tidak terima atas pernikahan mereka. Namanya Farah, mantan karyawan dan juga teman dari almarhum istri Wira yang bernama Dania. Empat tahun menunggu Wira pada akhirnya Farah lelah lalu menyerah.
Tidak berhenti sampai di sini, kehidupan masa lalu Wira kembali terusik dengan kehadiran iparnya yang bernama Widya, adik dari almarhum Dania. Masalah yang sudah terkubur lama namun nyatanya kembali terbuka semua kebenarannya setelah kehadiran Widya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ni R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 16
"Kenapa kamu gak mau keluar? mamah pasti sudah menunggu kita di meja makan!"
"Mas aja yang sarapan, aku di kamar aja!"
"Loh, kamu sakit?" mendadak Wira khawatir.
"Lihat ni,....!" Mawar menunjuk lehernya yang bercap merah, "aku malu jika di lihat orang lain. Lagian, mas Wira ngapain bikin ginian?"
Wira tertawa bangga melihat hasil mahakaryanya tadi malam.
"Biarkan saja orang lain melihat. Itu artinya sekarang kamu sudah menjadi milik mas!"
"Mas Wira,....ya udah. Aku gak mau keluar!" rajuk Mawar, gadis ini kemudian mencari pakaian yang bisa menutup lehernya setelah itu turun sarapan bersama suaminya.
Asti tersenyum sendiri ketika melihat Wira dan Mawar yang berjalan ke arah meja makan. Asti bisa melihat dengan jelas jika wajah anak lelakinya ini nampak segar dan bersemangat.
"Ehemm.....!" Asti menggoda Wira.
"Kalau mau, ya nikah!" seru Wira membuat mamahnya langsung mengerutkan dahi.
"Memangnya kamu mau punya papah lagi?" goda Asti.
"Wah, kalau mas Wira punya papah lagi, otomatis mas Wira akan punya adik dong!" timpal Mawar begitu polosnya membuat Asti langsung tertawa begitu juga dengan bibi yang sedang menghidangkan makanan.
"Gak usah kalau begitu!" ucap Wira kesal, "mah, kalau Wira gak ada di rumah jangan mengotori pikiran Mawar. Dia ini kelewat polosnya!"
"Lah, kok mamah? aneh kamu ini...!"
"Mas Wira ini aneh mah. Senangnya mengganggu orang giliran di ganggu gak terima," ujar Mawar mengadu.
"Memang seperti itu. Jadi, kamu harus kuat mental ya...!"
Selesai sarapan, Asti langsung pergi karena pagi ini sampai sore dirinya ada janji bersama teman-temannya. Masalah resepsi pernikahan sudah di atur oleh Wira.
"Heh, kamu mau kemana?" tanya Wira ketika melihat Mawar mengambil tas kecilnya.
"Aku ingin berangkat kerja mas!" jawab Mawar.
"Kau pikir aku tidak kuat menafkahi mu ya? kamu gak boleh kerja!" tegas Wira.
"Terus, Mawar duduk diam di rumah gitu?"
"Aku tidak pernah mengizinkan istri ku bekerja. Jadi, pegang ini untuk kebutuhan mu!"
Wira mengeluarkan satu kartu tanpa batas untuk istrinya.
Mawar tidak bodoh amat, gadis ini paham benda apa yang di berikan suaminya padanya.
"Aku gak bisa menerimanya. Menurut mu itu terlalu besar!" tolak Mawar.
"Ambil atau ku mangsa kau pagi ini...!" ancam Wira.
"Mas Wira ini sukanya memaksa. Heran deh!" Mawar mendengus kesal.
"Kalau gak maksa, bukan Wira namanya!" sahut Wira menggoda istrinya.
Tiba-tiba saja Wira menarik Mawar hingga membuat gadis ini jatuh di atas pangkuan suaminya. Wira merangkul pinggang Mawar, menatap dua netra berbulu mata lentik itu.
Mawar gugup di buatnya, jantungnya kembali berdebar kencang. Kembali berhasrat, Wira langsung mencium bibir istrinya. Tangan nakalnya juga melepas satu persatu kancing kemeja kotak-kotak milik Mawar.
"Mas....!" Mawar menghentikan tangan suaminya ketika Wira meremas dua bukit kenyalnya.
"Kau tahu mas ini sudah menduda selama empat tahu kan? jadi, wajar jika mas seperti ini," bisik Wira malah mengarahkan tangan istrinya untuk memegang pedangnya yang sudah mengeras.
Geli sendiri, Mawar geli sendiri menyentuh benda keras ini. Namanya juga sudah berpengalaman, jadi Wira mengajari Mawar caranya bermain dalam kenikmatan. Lelaki ini sudah melepas pengait bra milik istrinya, kembali menyesap benda kecil di atas bukit kenyal.
Aaaa....
Mawar melenguh, tanpa sadar gadis ini meremas pedang milik Wira hingga membuat Wira langsung melucuti celana dirinya dan istrinya.
Lagi-lagi, di pagi buta yang seharusnya Wira pergi bekerja malah di habiskan dengan ranjang bergetar. Bukan hanya sekali, namun berkali-kali hingga membuat Mawar tumbang kelelahan. Hasrat Wira sungguh besar, lelaki ini telah menuntaskannya.
Seprai dan selimut bahkan pakaian mereka berserakan di mana-mana. Melihat Mawar yang terlelap pulas, Wira membereskan semuanya.
Wira tertawa geli ketika memungut bra dan celana kacamata milik istrinya yang imut-imut ini.
"Astaga, bisa gila aku lama-lama!" ucap Wira sambil terkekeh geli.
Pukul dua siang Mawar baru bangun itu pun hanya karena perutnya yang lapar. Mawar tidak melihat suaminya di kamar, buru-buru berpakaian dan langsung keluar untuk mencari Wira.
"Mawar, cari siapa nak?" tegur Asti sungguh membuat Mawar terkejut.
"Aaa,....! mamah...!!" Mawar menghela nafas, "cari mas Wira!" jawab gadis ini.
Asti melirik ke arah leher dan dada Mawar yang sedikit terbuka, matanya langsung melebar dan bibirnya tersenyum.
"Wuah,...ganas juga anak ku itu," ucap Asti membuat Mawar langsung menutupi lehernya dengan wajah merah karena malu.
"Duh, mah. Ini bukan.....!"
"Udah, biasa aja!" potong Asti, "biasanya Wira ada di belakang memberi makan ikan-ikannya di kolam!" ujar Asti memberitahu menantunya.
"Terimakasih mah!" ucap Mawar langsung pergi menyusul suaminya di taman belakang.
Mawar mendengus kesal ketika melihat Wira yang sedang asyik memberi makan ikan-ikannya.
"Mas Wira,.....!" panggil Mawar dengan wajah cemberut.
"Eh bunga ku, udah bangun sayang?"
"Aku malu banget tadi...!"
"Kenapa Mawar ku?"
"Ini, semua gara-gara ini. Mamah tadi melihatnya!" kata Mawar yang benar-benar kesal.
"Lah, kenapa? biarin aja kali. Kita kan suami istri, apa salahnya?"
Shitt,....
Mawar semakin kesal pada suaminya ini.
"Mamah bilang mas Wira ganas. Itu terdengar menggelikan di telinga ku.Aku malu......!" ucap Mawar lalu menutup wajahnya.
Wira tertawa terbahak-bahak melihat sikap istrinya. Asti yang mengintip sejak tadi ikut menahan tawanya. Baru sekarang Asti mendengar tawa anaknya yang sebahagia ini.
"Aku gak mau lagi...!" seru Mawar.
"Gak mau apanya?" tanya Wira meletakan makanan ikannya.
"Benar kata mamah, mas Wira sangat ganas. Dari malam, subuh sampai ke pagi. Capek tahu,....!"
"Nanti sebentar lagi juga iya. Kamu belum pernahkan merasakan kamar mandi bergoyang?"
"Pribahasa apa lagi ini mas....?"
Tidak, Asti tidak mau mengintip lagi. Anak lelakinya ini benar-benar sudah gila, mengajari istrinya yang tidak-tidak.
Wira mendekati istrinya, lalu memberitahu Mawar.
"Kamar mandi bergoyang itu sangat menyenangkan. Di bawah guyuran air shower, kita bisa mendapatkan sensasi yang sangat luar biasa. Paham gak maksud mas?"
"Pasti ujung-ujungnya gitu kan? asah pedang lagi....!!"
Wira tertawa, sungguh senang menggoda istrinya ini. Mawar yang kesal langsung menginjak kaki suaminya hingga membuat Wira kesakitan.
"Mawar ku, mau kemana?" tanya Wira sambil mengusap kakinya yang sakit.
"Lapar, mau makan. Tenaga ku sisa lima belas persen!" jawab Mawar sambil berjalan masuk kedalam rumah.
Di ruangan makan, sejenak Mawar tertegun menatap makanan yang enak di depannya. Ada rasa haru yang tidak bisa di jelaskan oleh Mawar.
"Katanya lapar, kok makanannya di lihatin doang?" tegur Wira.
"Gak kok, ini baru mau makan!" ujar Mawar lalu mengambil piring.
Wira menemani istrinya makan, suka sekali pria ini melihat sang istri ketika makan yang selalu menghabiskan makanannya.
Sekarang, Dania hanya kenangan tetap Mawar adalah masa depan.