Dijual oleh Ibu dan Kakak tirinya pada seorang CEO dingin demi untuk menebus rumah yang digadaikan oleh Ibu tirinya dan juga melunasi hutang judi Kakak tirinya. Diandra terpaksa menikah dengan laki-laki kejam bernama Erlangga.
CEO yang begitu terkenal dengan prestasi dan begitu diidamkan banyak wanita itu, selalu berlaku semena-mena pada Diandra, terutama saat diatas ranjang.
Diandra terpaksa bertahan, tetapi bukan karena mencintai Erlan, melainkan karena keluarga barunya yang begitu menyambut baik kedatangan Diandra sebagai menantu. Ditambah lagi, dia tidak punya tempat berteduh kecuali rumah suami kejamnya itu.
Akankah Erlan luluh dan mencintai istrinya Diandra saat kekasih Erlangga yang sesungguhnya datang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Delis Misroroh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memaksa Lagi
Erlan segera mendorong tubuh Cherin hingga Cherin hampir terjatuh sesaat setelah suara pintu tertutup yang menyengat telinganya. Erlan tersadar akan apa yang dia perbuat itu salah. Entah kenapa tubuhnya tiba-tiba panas dingin bahkan miliknya mulai mengeras ingin mencari kenikmatan. "Erlan! Kamu gila!" teriak Cherin tidak terima dengan perlakuan Erlan.
"Kita akan bicara nanti. Ada urusan yang lebih penting," Erlan segera keluar dari ruangannya dan mengejar Diandra. Untungnya Diandra masih terkejar dan segera Erlan menarik Diandra dalam pelukannya saat dia akan masuk ke dalam mobil. "Maaf, Sayang. Kamu salah paham. Apa yang kamu lihat tadi nggak seperti yang kamu pikirkan," jelas Erlan semakin mengeratkan pelukannya.
Setelah keluar dari ruangan Erlan, tiba-tiba air mata Diandra keluar begitu saja. Bahkan dadanya sangat sesak hingga dia kesulitan bernafas. Diandra buru-buru kembali ke mobil seraya menangis. Sekarang dia menangis dalam pelukan Erlan, tetapi tidak lama karena dia harus tahu diri dan sadar diri siapa dia bagi Erlan.
Diandra mendorong tubuh Erlan dan segera menyeka air matanya. "Aku nggak butuh penjelasan, Mas. Untuk apa juga aku harus tahu kejadian tadi itu salah paham atau tidak. Aku hanya wanita yang kamu beli, sedangkan dia kekasih kamu selama bertahun-tahun. Aku akan pulang, pergilah kembali dan melanjutkan aktivitas kalian," ucap Diandra berbalik badan dan membuka pintu mobil.
Erlan kembali menahan tangan Diandra kemudian berbicara pada supir yang ada di dalam mobil. "Pak, pulang naik taksi aja. Saya akan bawa mobil ini," kata Erlan meminta sang supir turun dari mobil.
"Mas! Kamu apa-apa sih?" tanya Diandra, tetapi tidak mendapatkan jawaban dari Erlan dan dia langsung diminta untuk duduk di kursi depan. Erlan segera masuk dan melajukan mobilnya. "Mas! Kita mau kemana? Aku tahu ini bukan jalan pulang," tanya Diandra yang merasa jalannya berbeda saat dia berangkat tadi.
"Kita memang nggak akan pulang. Kita harus menyelesaikan sesuatu," jawab Erlan kemudian merogoh saku celananya dan melakukan panggilan pada Jio. "Handle sisanya, aku keluar dengan Diandra, ada urusan penting," kata Erlan segera mematikan panggilan itu tanpa menunggu jawaban dari Jio.
"Aku udah bilang aku nggak butuh penjelasan. Kamu berhak melakukan sesuka hati kamu, Mas." Diandra benar-benar ingin keluar dari mobil itu. Andai pintu mobil itu tidak di kunci, pasti dia sudah melompat keluar.
"Diam lah sebentar! Tubuhku semakin panas hanya mendengar kamu bicara," kata Erlan begitu serius dan fokus mengemudi, tetapi tidak lama mobil itu terparkir di depan sebuah hotel berbintang. Diandra semakin kesal karena dia dibawa ke hotel, bukan ke rumah.
Erlan bergegas turun dari mobil dan membukakan pintu mobil untuk Diandra kemudian meraih tangannya agar Diandra segera turun dan mengikutinya. "Aku nggak mau masuk hotel. Mau ngapain? Aku udah bilang nggak butuh penjelasan, Mas." Diandra menolak dan menahan tangannya agar tidak bisa ditarik paksa oleh Erlan.
Namun tenaganya tentu tidak sekuat Erlan. Terpaksa Diandra menurut ikut masuk ke dalam hotel tanpa mendengar jawaban Erlan untuk apa mereka ke hotel.
"Kamar suite room, cepat!" kata Erlan sangat tidak sabaran seraya memberikan kartu berwarna hitam. Setelah itu dia mendapatkan kartu untuk mengakses masuk ke dalam kamar yang dia pesan.
"Mas! Tanganku sakit," keluh Diandra saat cekalan tangan Erlan terlalu menekan karena menarik paksa Diandra. Erlan pun menghentikan langkahnya dan melepaskan tangan yang menggenggam kuat tangan Diandra.
"Maaf, tapi tolong menurut lah dan ikut denganku," kata Erlan kemudian menarik pinggang Diandra agar berjalan sejajar dengannya.
Tiba di nomor kamar tujuannya, Erlan segera membuka pintu dan menutupnya kembali dengan kasar. Erlan langsung melonggarkan dasinya dan melepaskannya. Setelah itu Erlan juga melepaskan kemeja yang dia pakai lalu mendorong tubuh Diandra ke dinding untuk dia cium bibirnya dengan rakus.
Diandra memberontak, tetapi kedua tangannya ditahan menempel dinding oleh Erlan. "Em," Diandra ingin protes tetapi mulutnya bahkan tidak bisa bicara. Dia pun menggigit bibir bawah Erlan cukup keras. "Kamu kenapa bisa begitu kejam, Mas?" tanya Diandra dengan air mata yang membasahi pipinya.
"Say-"
"Stop! Apa ini yang kamu bilang kamu sayang dan cinta sama aku, Mas? Kamu hampir membuatku merasa sangat beruntung bisa mendapatkan cinta yang tulus dari seorang laki-laki. Kamu menyatakan cinta dengan mudahnya tapi kamu bermain dengan kekasihmu setelah itu. Apa sebenarnya yang ada di otak kamu, Mas? Apa hanya ini yang kamu harapkan? Aku bahkan hampir percaya kamu benar-benar mencintaiku, Mas. Ternyata aku bodoh."
"Sayang, dengarkan aku."
"Nggak ada yang perlu aku dengar dari mulut busuk mu itu, Mas. Kamu mau bilang kamu nggak senagaja menempelkan mulut kamu ke dadanya sampai dia mendesahh nikmat? Wah ... ternyata ada ketidaksengajaan seperti itu. Aku benar-benar baru tahu, Mas."
"Aku berani sumpah aku nggak tahu kenapa aku begitu. Saat ini aku membutuhkan tubuhmu untuk melepas hasratku, tapi aku bukan hanya mencintai tubuhmu, Sayang. Aku mohon percayalah." Erlan pun melepaskan tangannya yang mencekal tangan Diandra. "Argh!" Erlan teriak marah dan menendang angin seraya menjambak rambutnya sendiri.
Diandra masih menangis dan tertunduk. Entah kenapa dia menangis, tetapi ada rasa kecewa dan hal lain yang membuat dadanya begitu sesak. "Ya. Saya tahu! Anda membeli saya memang hanya untuk melayani anda. Saya lupa, Tuan. Maafkan saya yang terbawa perasaan." Erlan menoleh dan menatap sendu wajah Diandra.
Diandra segera melepaskan semua kancing bajunya dan membukanya. Dia juga melepaskan celana jeans miliknya. Setelah itu dia melepaskan benda yang menutup gunung kembarnya kemudian melepaskan kain segitiga yang dia pakai.
Langkah yang berat membawanya berjalan menuju tempat tidur dengan ukuran king size. Erlan terkejut dengan apa yang dilakukan Diandra. "Sayang!" panggilnya lirih.
"Kemari lah, Tuan! Anda butuh tubuh saya, bukan? Kemari lah dan nikmatilah! Anda juga bisa berfantasi jika tubuh saya ini adalah tubuh kekasih anda. Saya tidak masalah. Ayo kita mulai dan segera kita akhiri karena saya ingin pulang. Cepatlah, Tuan!" kata Diandra dengan suara yang dibuat-buat dan tangan yang meraba tubuhnya sendiri.
Erlan semakin terbakar gairahnya melihat posisi dan tubuh Diandra yang polos tanpa sehelai benangpun. Segera Erlan menindih tubuh Diandra dan kembali melahap bibir manisnya. Ada rasa yang begitu berat dan tidak tega pada Diandra, tetapi napsunya saat ini sedang memuncak dan butuh pelepasan.
Diandra hanya diam tanpa merespon apa yang dilakukan Erlan. Bahkan untuk mendesahh saja dia tidak mampu saking sesak dan sakit di bagian dadanya. Hingga akhirnya ada benda tumpul yang memaksa untuk masuk bahkan rasanya sangat nyeri. "Maafkan aku, Sayang," ucap Erlan sesaat sebelum memompa dengan cepat pinggulnya agar semuanya segera selesai.
........
𝐤𝐥𝐨 𝐚𝐪 𝐝𝐥𝐮 𝐡𝐛𝐬 𝐤𝐮𝐫𝐞𝐭 𝐭𝐝𝐤 𝐛𝐨𝐥𝐞𝐡 𝐡𝐦𝐥 𝐦𝐢𝐧𝐢𝐦𝐚𝐥 𝟑𝐛𝐥𝐧 𝐬𝐚𝐣𝐚
𝐲𝐠 𝐩𝐫𝐭𝐦𝐚 𝐤𝐫𝐧 𝐤𝐞𝐥𝐞𝐥𝐚𝐡𝐚𝐧 𝐝𝐚𝐧 𝐚𝐪 𝐠𝐤 𝐧𝐠𝐫𝐭𝐢 𝐤𝐥𝐨 𝐡𝐦𝐥 𝐦𝐮𝐝𝐚 𝐭𝐮 𝐠𝐤 𝐛𝐥𝐡 𝐤𝐞𝐜𝐚𝐩𝐞𝐚𝐧 𝐚𝐩𝐚𝐥𝐠𝐢 𝐮𝐬𝐢𝐪𝐮 𝐣𝐠 𝐦𝐬𝐡 𝐦𝐮𝐝𝐚
𝐲𝐠 𝐤𝐞 𝟐 𝐚𝐝𝐚 𝐦𝐢𝐨𝐦𝐚 𝐧𝐲𝐚 𝐬𝐞𝐣𝐞𝐧𝐢𝐬 𝐤𝐢𝐬𝐭𝐚
𝐲𝐠 𝐤𝐞 𝟑 𝐛𝐥𝐢𝐧𝐝 𝐨𝐯𝐮𝐦 𝐚𝐭𝐚𝐮 𝐣𝐚𝐧𝐢𝐧 𝐭𝐝𝐤 𝐛𝐞𝐫𝐤𝐞𝐦𝐛𝐚𝐧𝐠 𝐣𝐝 𝐝𝐢 𝐫𝐚𝐡𝐢𝐦 𝐪𝐮 𝐡𝐧𝐲 𝐚𝐝𝐚 𝐤𝐧𝐭𝐨𝐧𝐠 𝐛𝐚𝐲𝐢 𝐝𝐚𝐧 𝐚𝐢𝐫 𝐤𝐞𝐭𝐮𝐛𝐚𝐧 𝐬𝐚𝐣𝐚