NovelToon NovelToon
Tarian Di Atas Bara

Tarian Di Atas Bara

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Nikahmuda / Teen School/College
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Bintang Ju

"Tarian di Atas Bara"
(Kisah Nyata Seorang Istri Bertahan dalam Keabsurdan)

Aku seorang wanita lembut dan penuh kasih, menikah dengan Andi, seorang pria yang awalnya sangat kusayangi. Namun, setelah pernikahan, Andi berubah menjadi sosok yang kejam dan manipulatif, menampakkan sisi gelapnya yang selama ini tersembunyi.

Aku terjebak dalam pernikahan yang penuh dengan penyiksaan fisik, emosional, dan bahkan seksual. Andi dengan seenaknya merendahkan, mengontrol, dan menyakitiku, bahkan di depan anak-anak kami. Setiap hari, Aku harus berjuang untuk sekedar bertahan hidup dan melindungi anak-anakku.

Meski hampir putus asa, Aku terus berusaha untuk mengembalikan Andi menjadi sosok yang dulu kucintai. Namun, upayaku selalu sia-sia dan justru memperparah penderitaanku. Aku mulai mempertanyakan apakah pantas mendapatkan kehidupan yang lebih baik, atau harus selamanya terjebak dalam keabsurdan rumah tanggaku?.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bintang Ju, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jangan Buat ayah kesal

Di tengah kesulitan hidup yang semakin berat, ada satu hal yang selalu menjadi sumber kekuatanku - anak-anakku. Terutama putra pertamaku, Tri, yang sudah berusia hampir enam tahun dan sebentar lagi akan memasuki usia sekolah.

Meskipun situasi kami sangat sulit, aku selalu berusaha menyisihkan waktu untuk mengajari Tri membaca dan berhitung. Aku ingin memastikan dia siap dan mampu menghadapi pendidikannya nanti.

Setiap malam, setelah anak-anak tertidur dan Andi belum pulang, aku akan mengajak Tri duduk bersamaku. Dengan sabar, aku mengajarinya mengenal huruf dan merangkainya menjadi kata-kata sederhana.

“a ka u ku dibaca aku”

“es u su, ka a ka dibaca suka” Kataku mengajarinya membaca.

Terkadang, Tri merasa bosan dan ingin bermain. Tapi aku selalu berusaha menarik perhatiannya kembali dengan cerita-cerita menarik. Aku tidak ingin dia ketinggalan persiapan untuk memasuki sekolah nanti.

“Aku ingin main bu! Capek belajar terus”

“Sedikit lagi ya nak”

“tapi bosan bu!”

“Kalau gitu, gimana kalau ibu ceritakan dongeng?”

“Mau … mau” Jawabnya dengan girang.

Melihat kemajuan Tri membuatku sangat bahagia. Matanya yang berbinar-binar saat ia berhasil membaca suatu kata atau menghitung jumlah benda, selalu mampu menghangatkan hatiku yang sedang dilanda kesedihan.

“Bu… ku…” Eja Tri

“nah itu kamu bisa nak. Alhamdulillah kamu sudah bisa membaca nak” Kataku dengan penuh kegembiraan

“Yee aku bisa membaca” Tri kegirangan.

Di tengah kondisi keluarga yang semakin memburuk, aku merasa bersyukur masih bisa memberikan yang terbaik untuk anak-anakku. Meskipun Andi tidak pernah menghargai dan membantu, aku akan tetap berjuang untuk memastikan anak-anakku mendapatkan yang terbaik.

Saat Tri tertidur setelah kelas belajarnya, aku sering kali mengelus kepalanya penuh kasih.

“Aku berharap suatu hari nanti, kau akan menjadi anak yang cerdas dan berhasil nak. Ibu akan terus mendukung dan mendampingimu sampai kau mencapai titik suksesmu” ucapku dalam hati

Itu adalah motivasiku untuk terus bertahan di tengah kesulitan ini.

Entah sampai kapan aku harus menanggung beban seberat ini sendirian. Tapi selama aku masih memiliki anak-anak yang membutuhkanku, aku akan terus berjuang. Mereka adalah alasan hidupku untuk tidak menyerah.

***

Setelah berbulan-bulan aku berjuang mengajari Tri membaca, akhirnya dia telah menguasai kemampuan membaca dengan baik. Aku merasa begitu bangga melihat perkembangannya.

Suatu hari, saat aku sedang mengajak Tri membaca buku cerita bersama, Andi tiba-tiba pulang lebih awal dari biasanya. Dia langsung menghampiri kami dan bertanya apa yang sedang kami lakukan.

“Sedang apa Kakak Tri?” Tanya Andi dengan nada lembut.

Tri hanya diam tidak bicara. Karena dia memang pendiam terlebih lagi dia jarang berkomunikasi dengan ayahnya sendiri karena ayahnya selalu keluar rumah tanpa ditau pulangnya.

"Tri sudah bisa membaca dengan lancar!" kataku dengan antusias, berharap Andi akan ikut senang dengan kemajuan putra kami.

Namun, Andi justru tersenyum lebar dan berkata,

"Wah, hebat sekali anakku! Pasti karena aku sudah mengajarinya dengan baik, ya?"

Aku terkejut mendengar pernyataan Andi. Dia sama sekali tidak menghargaiku yang telah bersusah payah selama ini berjuang mengajari Tri sampai bisa membaca seperti sekarang. Aku juga yang telah meluangkan waktu setiap malam untuk membimbingnya bukan Andi dan bukan juga karena Tri yang secara tiba-tiba busa membaca dengan sendirinya.

"Tunggu, Andi. Kau sama sekali tidak menghargai perjuanganku mengarinya. Akulah yang mengajari Tri selama ini. Aku yang berjuang setiap malam untuk memastikan dia bisa membaca," kataku mencoba menjelaskan.

Tapi Andi hanya tertawa dan berkata,

"Ah, kau pasti hanya membantu sedikit. Aku yakin dialah yang belajar dengan baik karena aku adalah ayahnya."

Aku merasa sangat kecewa. Andi sama sekali tidak menghargai usahaku. Dia justru mengklaim bahwa Tri bisa membaca karena didikan darinya, padahal aku yang telah bersusah payah mengajarinya.

Sekali lagi, aku merasa diabaikan dan tidak dihargai. Perjuanganku selama ini terasa sia-sia. Andi lebih memilih untuk membanggakan dirinya sendiri daripada mengakui kontribusiku sebagai ibu.

Hatiku terasa begitu perih. Aku ingin sekali menangis, tapi aku menahannya. Tri tidak perlu melihat pertengkaran kami. Aku hanya bisa berharap suatu hari nanti Andi akan menyadari pengorbananku.

***

Hari itu, ketika aku sedang asyik mengajari Tri membaca buku cerita di ruang tengah. Tri sudah mahir membaca, namun terkadang dia masih tersendat jika menemukan kosa kata yang skar dibaca dan biasanya dia akan membacanya dengan suara pelan.

Tiba-tiba, Andi pulang. Dia langsung menghampiri kami dengan ekspresi datar.

"Tri! Mari belajar sama ayah” Kata Andi pelan dan nada merayu.

Tri pun menuruti perintah ayahnya. Sedangkan aku menyingkir dari tempat itu tapi masih memperhatikan Andi mengajari anaknya.

Andi mulai menunjukkan kata per kata kepada Tri, tp Tri hanya diam. Seolah mulutnya terkunci sehingga tidak mampu berbicara dan mengeluarkan suaranya.

“Kenapa kau tidak mau membaca dengan keras? Apa kau ingin membuat ayahmu malu?" bentak Andi.

Tri terlihat ketakutan dan bertambah guguplah dia serta semakin berat Tri mengeluarkan suaranya. Air mata Tri mulai mengalir begitupun dengan aku yang merasa kasihan kepada anakku tapi tidak dapat berbuat apa-apa.

“Tri!, Kenapa tidak mau membaca?” Kata Andi dengan nada kasar.

Andi tidak memberi kesempatan yang banyak kepada anaknya sampai ia berani bersuara. Andi langsung menyambar buku yang dipegang Tri dan memukulk4nnya ke mulut anak kami.

"Jangan membuat ayahmu kesal! Kau harus bisa membaca dengan keras, mengerti?" hardik Andi.

D4rah segar mulai mengalir dari sudut bibir Tri Aku melihat pemandangan itu dengan mata menangis. Hatiku terasa sakit menyaksikan putraku diperlakukan dengan begitu kasar.

Segera aku meraih Tri ke dalam pelukanku. Kuusap kepalanya dengan lembut, berusaha menenangkannya.

"Sudah, Tri Ibu ada di sini. Jangan menangis," bisikku sambil mengecup keningnya.

Andi hanya memandang kami dengan tatapan marah.

"Kenapa kau membelanya? Dia harus bisa membaca dengan baik!"

Aku tidak menggubris perkataan Andi. Aku lebih memilih untuk fokus pada Tri dan membersihkan dar4h di bibirnya. Hatiku benar-benar terluka melihat perlakuan k4sar Andi terhadap anak kami.

Setelah itu, aku membawa Tri ke kamar dan menemaninya hingga dia tertidur. Aku tidak sanggup membayangkan betapa ketakutan dan sedihnya anak itu harus mengalami keker4san dari ayahnya sendiri.

Dalam diam, air mataku menetes. Aku merasa begitu lelah dengan perlakuan Andi yang semakin hari semakin kej4m. Haruskah aku dan anak-anak terus menderita di bawah ancamannya?

***

Keesokan harinya, Andi kembali memaksa Tri untuk membaca dengan suara nyaring. Namun, anak kami itu tetap enggan melakukannya. Tri hanya tertunduk diam, wajahnya menampakkan rasa ketakutan.

"Cepat baca! Kenapa kau diam saja?" bentak Andi sambil menggebrak meja.

Tri semakin ketakutan. Air matanya mulai mengalir, namun ia masih tidak berani membuka mulutnya.

Melihat hal itu, emosi Andi semakin memuncak. Dia lalu mencengker4m tangan Tri dan dengan kas4r menjepit ibu jarinya di bawah kaki meja.

"Aargh!" jerit Tri kesakitan.

Aku yang menyaksikan pemandangan itu merasa hati ini remuk. Aku segera berlari menghampiri mereka dan mencoba melepaskan tangan Tri dari cengkeraman Andi.

"Hentikan, Andi! Kau menyak1ti anak kita!" pekikku frustasi.

Namun, Andi tidak menghiraukanku. Dia tetap menahan ibu jari Tri di bawah kaki meja, membuat anak kami itu terus-menerus menjerit kesakitan.

"Baca! Baca dengan suara keras atau aku takkan melepaskannya!" ancam Andi.

Tri terus-menerus menangis dan memohon, tapi Andi tak juga melonggarkan cengkeraman di ibu jarinya. Akhirnya, dengan gemetar, Tri mulai membaca dengan suara yang sangat lirih dan terbata-bata.

“Aaaa kuuu suuu daah maaa kaan” Kata Tri dengan suara pelan dan terbata.

Hatiku perih melihat penderitaan putraku. Aku ingin sekali memeluknya dan melindunginya dari segala ancaman Andi. Tapi aku hanya bisa berdiri mematung, tidak berdaya melihat Tri disiksa seperti itu.

Setelah selesai membaca, Tri langsung menangis sejadi-jadinya. Andi pun akhirnya melepaskan ibu jarinya, namun luka dan bengkak di sana membuatku semakin sedih.

"Lain kali kau harus bisa membaca dengan baik! Jangan membuat ayahmu malu!" bentak Andi sebelum pergi meninggalkan ruangan.

Aku segera menghampiri Tri dan memeluknya erat. Air mataku turut mengalir membasahi pipinya.

"Maafkan ibu, sayang. Ibu tidak bisa melindungimu," isakku dalam penyesalan.

Menyaksikan perlakuan kejam Andi terhadap Tri membuat hatiku semakin pedih. Aku merasa tak berdaya dan tak tahu harus berbuat apa untuk menghentikan semua ini.

1
Bintang Ju
soalnya novel kedua baru lg di kerja
Aprilia Hidayatullah
GK ada cerita yg lain apa ya Thor,kok monoton bgt cerita'y,,,,jdi bosen kita baca'y,,,,🙏
Bintang Ju: makasih masukkannya. ini kisah memang khusus yang terjadi dalam rumah tangga. jadi gmn ya mau ceritain yg lain. ada saran ut bisa mengalihkan cerita begitu?
atau aku buat cerita novel lain gitu maksudnya?
total 1 replies
Kumo
Terima kasih, bikin hari jadi lebih baik!
Bintang Ju: terimakasih kk
total 1 replies
Willian Marcano
Merasa beruntung nemu ini.
Bintang Ju: terimakasih /Heart/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!