Pemuda tampan itu bukan siapa-siapa, sampai di mana ia ditemui wanita yang tiba-tiba menawarkan tiga juta hanya untuk ciuman bibirnya.
Sejauh Marco melangkah, tiada yang tahu jika di balik matrenya berondong itu, ialah pewaris tahta yang dibuang oleh ayah crazy rich-nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 014
Allura tak menyangka jika hari ini, dia akan dipertemukan dengan Marco. Lelaki yang dahulu pernah menjadi kekasih bayarannya.
Pria muda yang terus menerus mengirimi pesan teks di media sosialnya. Yah, teman Langit yang pernah mengajaknya menikah ternyata menjadi simpanan Natalie.
Allura yang melihat Marco ingin menyapa dirinya, lekas ia beralih pada Emmanuelle bahkan memberikan kecupan. "Hati- hati."
Emmanuellson terpaku sesaat. Akhirnya setelah sekian lama menerima tak acuh mantan istrinya, ia lega. "Aku pergi dulu."
Emmanuelle tersenyum ia berbalik arah dan berlari memasuki lift yang kebetulan baru saja terbuka. Di bawah ada klien yang perlu dia temui, lain waktu dia akan datang kembali ke sini.
"Kalian balikan?"
Natalie mengerut kening melihat pemandangan tadi. Dan jawaban kecil Allura mematahkan hati Marco tentunya
"Hmm."
Jujur saja, setelah sekian lama, Marco bahagia bisa bertemu kembali bahkan melihat Allura dengan wajah yang tidak pucat.
Namun, tidak dengan Emmanuellson yang akhirnya kembali mendapatkan kesempatan setelah berselingkuh dengan wanita lain.
Bahagianya tidak jadi saja. Karena ternyata, Allura masih berada di garis yang sama, garis yang tidak bisa beralih dari cinta khianat seperti Emmanuellsetan.
"Marco. Terima kasih, ya."
Marco menatap Natalie dengan senyuman yang mengembang. "Sama- sama, Tante."
Natalie juga harus pergi, masih banyak sekali pekerjaan di luar sana, sebenarnya dia ke sini hanya untuk dipuaskan, tapi, Marco malah menyerah untuk memenuhinya.
"Bye!" Natalie mencium pipi Marco yang tidak menolak kali ini. Lagi pula untuk apa Marco menjaga perasaan Allura, toh dia bukan siapa- siapa dalam hidup wanita itu.
"Bye, Tante. Hati- hati." Marco harus kembali ke dalam, baru saja akan masuk, Allura lekas bersuara padanya. "Mmh, Marco, tunggu..."
"Yah?" Marco menahan pintu yang belum sempat dia tutup secara rapat. Allura sempat menggaruk tengkuk yang tidak gatal.
"Kalian--" Marco tahu, apa sambungannya, Allura pasti penasaran dengan hubungannya bersama Natalie. "Dia kekasih ku."
Allura terhenyak cukup lama. Sampai, Marco kembali menyadarkan lamunan yang entah memikirkan apa, karena sejenak ia kosong.
"Aku harus masuk."
Allura mengendus aroma lezat dari dalam sana, dan Allura yakin, Marco sengaja terburu- buru karena sesuatu di dapur.
"Boleh tahu kau masak apa?" Aromanya sangat menggugah selera. Allura ingin tahu apa yang Marco buat hari ini.
"Steak." Allura hanya diam, dengan ekspresi yang seperti ingin bicara tetapi tidak berani.
"Kau mau mencobanya?" Marco akan berbaik hati pada Allura, yah setidaknya karena Allura pernah menjadi kliennya seperti Natalie.
"Boleh--"
Allura mengangguk, lantas Marco mundur untuk memberikan ruang pada wanita yang dua setengah tahun lalu mencampakkan dirinya.
Marco kembali menutup pintu, mengikuti langkah kaki Allura yang sudah hapal dengan tata letak apartemen ini, tak ayal, hampir di setiap unit milik X-meria sama saja.
Allura duduk ketika Marco menarik kursi meja makan ala bartender. Dan karena itu juga Marco harus mengangkat Allura untuk duduk di kursi yang didesain tinggi tersebut.
Allura menahan napas, merasai raba tangan yang menggelitik. Marco lantas kembali ke dapur demi menyelesaikan pembuatan salad.
Di tempat, Allura menatap pria itu lekat. Dan untuk sesekali, Marco melirik. "Kalau boleh tahu, dari kapan kamu di sini?"
"Satu bulan." Allura manggut kecil, dia mulai cocok logi, mungkin chef yang dirolling dari Indonesia memang Marco lah orangnya.
Sekarang Allura paham, kenapa lidahnya begitu familiar dengan masakan lelaki tampan dengan singlet hitam. "Kau yakin kau serius berhubungan dengan Natalie?"
"Kurang lebih seperti itu." Marco asal jawab saja. Walau sejatinya, dia sendiri tidak pernah tertarik pada Natalie yang terlalu hyper.
"Dia penjahat berondong." Allura memperingati, sementara jawaban Marco justru menertawakan dirinya.
"Apa bedanya dengan mu? Kau bahkan meninggalkan ku disaat aku sedang sayang- sayangnya padamu waktu itu!"
Allura terpojok, ya Tuhan, ternyata Marco masih mengingat bagaimana dia mengusir dan tidak pernah memberi kabar lagi.
Padahal, Marco masih sempat menghubunginya terus menerus. Dan yah, Allura tidak pernah sekalipun membalasnya.
"Kau hanya kekasih bayaran. Dan kau selesai dengan masa tugasmu." Marco lantas menghentak piring steak di depan Allura.
"Terserah kau saja! Lagi pula sudah ada Tante Natalie. Dia lebih seksi darimu!" ketus Marco.
"Benarkah lebih seksi?"
"Yah! Of course!"
Allura tertawa, rasanya Marco ini sudah gila karena begitu mudah termakan oleh seorang Natalie yang entah sudah berapa kali berganti ganti pasangan.
"Hanya lima juta per jam, aku bahkan bisa membayar mu lebih dari itu!" sombong Allura, tapi Marco lekas terkekeh meremehkan.
"Tidak, terima kasih!" Marco lekas duduk di kursinya, lalu mengerat steak miliknya tanpa menawarkannya pada Allura.
"Kenapa hanya satu?" Allura juga mau, dia sengaja masuk ke sini untuk itu. Dan lihat, Marco tak memberinya apa pun.
"Aku membuat untuk ku sendiri."
"Lalu kenapa kau menyuruh ku masuk?"
"Ku pikir, kau sedang ingin melihat lelaki tampan dan seksi makan." Marco bahkan membuka singlet hitamnya, memamerkan perut kotaknya.
"Ya Tuhan, percaya diri sekali kau, ya!"
Allura kesal, ia turun dari kursi, meraih pisau garpu yang Marco pegang, motonya adalah, jika dia tidak makan setidaknya Marco pun tidak makan di depannya. "Tidak sopan!"
Namun, sebelum berhasil meraihnya, Marco sudah lebih dulu menarik hingga terjatuh di atas pangkuannya. "Marco!!"
Seperti psikopat gila, Marco menghirup pelan wangi leher Allura, sementara wanita itu segera beranjak kemudian menginjak kaki berhiaskan sendal jepit Marco.
"Sakit, Lura!" ringisnya.
"Aku tidak sudi bersentuhan dengan pemuda bekas Natalie!" Allura bahkan menyapu seluruh tubuhnya seolah jijik.
"Hoyaa?" Marco bangkit untuk kembali meraih dagu Allura hingga mendarat ciumannya.