Hellena adalah gadis cantik yang hidup dalam belenggu masalalu, Ia berusaha bangkit dan melupakan kekasih yang sangat ia cintai itu. Kemudian Hellena bertemu dengan Daniel yang diam diam menyukainya dan berusaha membuat Hellena jatuh cinta padanya dan mencintainya bukan sebagai bayangan dari masalalu melainkan sebagai sepasang kekasih yang pantas untuk mencintai dan dicintai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ivanyou, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dilema
Entah sudah berapa banyak pesan yang ia kirim serta panggilan sengaja yang tidak di jawab Hellena. Daniel mengakui bahwa tindakan melarang siapa yang mendekati Hellena, bukanlah tindakan yang benar. Api cemburu yang terlanjur menyulut emosi Daniel membuat bumerang untuk dirinya sendiri.
"Abang ga ada hak buat larang aku dekat sama siapapun termasuk Arthur. Hubungan aku sama Arthur itu sama kaya aku sama Abang, cuman temen."
Perkataan Hellena yang selalu membayangi pikirannya, hanya sekedar teman.
"Maafin Abang ya, maaf kalo Abang gegabah tadi."
Tidak satupun pesan dibaca Hellena membuat dirinya gundah. Daniel pergi berlalu menuju kamar Zefanya, adiknya itu pasti sedang melakukan panggilan video dengan Jonathan.
"Ze? Abang boleh masuk ga?" Tanya Daniel di depan pintu kamar adiknya.
"Masuk aja, Bang."
Daniel masuk, merebahkan dirinya disamping adiknya yang sesuai dengan tebakannya sedang melakukan panggilan video. Wajah sedih yang tidak bisa dia sembunyikan membuat Zefanya sedikit terganggu, di tambah kehadiran Daniel yang mengganggu privasinya.
"Abang ngapain malah baring disini? Balik ih ke kamar sana, jangan ganggu."
"Sewot banget. Pinjem bentar, Abang mau ngobrol sama Jonathan."
Zefanya memberikan ponselnya lalu merubah posisinya agar lebih dekat dengan Daniel.
"Hellena lagi ngapain, Jo? Kenapa handpone dia ga aktif?"
"Aktif kok, Bang. Kak Hellena lagi telponan sama temennya dari tadi." Sahut Jonathan membuat perasaan Daniel semakin tidak stabil. Ia mengembalikan ponsel milik adiknya lalu turun dari ranjang.
Daniel menghentikan langkahnya, berbalik menatap Zefanya. "Kalian udah pacaran?" Hanya sekedar ingin tahu perkembangan dari hubungannya saudara perempuannya itu.
"Udah, ga kaya Abang tuh HTS. Susah kan kalo mau apa apa jadinya kan bukan siapa-siapa haha." Ejek Zefanya.
Deg. Ucapan yang sangat menohok membuat hatinya semakin overthinking. Daniel menatap layar ponselnya memperlihatkan puluhan pesan yang sengaja tidak dibaca padahal gadis itu sedang online.
Di tempat lain, Hellena memang sedang melakukan panggilan video bersama Yosea, sedari tadi ia memang melihat dengan jelas notifikasi pesan dari Daniel tapi dia sengaja mengabaikannya. Hellena masih kesal dengan tingkah Daniel yang tiba-tiba seperti menyudutkan dirinya.
"Kamu juga salah sih, Len. Daniel lagi cemburu gara-gara Arthur yang tiba-tiba deket."
"Arthur kan ga salah, Yos." Bela Hellena.
"Coba posisi kalian dituker? Kamu jadi Daniel, lagi tanding futsal malah liat cewek yang dia suka deket sama cowok lain, ga mungkin dia cuman diem kan."
Hellena terdiam mendengarkan penuturan Yosea, dia juga terlalu berpikir pendek karena melukai Daniel dengan jawaban yang dia lontarkan sore tadi perihal status mereka. Hubungan mereka yang tidak berkembang menjadi sepasang kekasih karena Hellena masih bertahan pada pemikiran bahwa dirinya memang belum siap menerima cinta Daniel.
"Masih ngegantung perasaan dia juga kan?"
"Iya, masih."
"Masih nganggep kalau Daniel itu bayangan Arash?"
Jujur, Hellena masih bingung dengan perasaan dirinya sendiri. Dia merasa perasaan seperti sedang mengambang di lautan luas karena hilangnya arah dan tujuan yang meyakinkan dirinya. Hellena tidak bisa memungkiri bahwa dia senang saat Daniel memperhatikan dirinya, saat lelaki itu merawatnya dengan baik dan tidak pernah menyinggung perihal perasaaannya karena ingin menghargai Hellena untuk berproses.
Kebanyakan lelaki pasti akan lelah bertahan pada situasi yang penuh ketidakpastian, menyukai wanita yang masih terjebak di masalalu tapi Daniel masih bertahan sampai Hellena memberikan jawaban mengenai perasaannya. Hellena tidak pernah lagi membandingkan Daniel dengan Arash.
"Hm, aku masih bingung sama perasaanku sendiri. Ga tau aku lagi ngapain sampai sejauh ini." Jawab Hellena tidak berniat membohongi siapapun disini.
Setelah mematikan sambungan telepon, Hellena membuka pesan yang begitu menumpuk dari Daniel. Ia membacanya satu persatu.
Jangan marah lagi yaa
Abang salah tadi, iya kita cuman temen iya temen
Kita temenan juga gegara kamu yang belom ngasih jawaban sama Abang bukan karna kita memang pengen temenan hehe
Udahan ya marahnya :))
Hellena tak berniat membalas pesan Daniel. Ia meletakkan ponsel ke atas nakas lalu berniat untuk tidur. Biarkan dirinya berpikir sejenak, dia masih memerlukan waktu untuk menyakinkan dirinya dan juga perasaannya. Hellena juga sudah mulai terbiasa mencium aroma vanilla dari tubuh Daniel serta hal-hal lainnya yang Daniel lakukan untuknya.
Keesokan paginya. Hellena sedang sarapan bersama kedua orangtuanya dan juga Jonathan. Rencananya nanti sore Valen dan Tanu akan pulang ke Yogyakarta, mereka masih ingin lebih lama disini bersama kedua anak kesayangan mereka tapi banyak pekerjaan yang sudah menunggu untuk segera dikerjakan.
"Semalem Bang Daniel nanyain kakak terus sampe spam chat aku juga. Kalian berantem?" Tanya Jonathan sedikit berbisik agar tidak terdengar oleh kedua orang tua mereka.
"Enggak." Jawab Hellena singkat.
Jonathan hanya mengangguk menanggapi jawaban Hellena, dia juga tidak ingin terlalu ikut campur mengurusi hubungan saudaranya. Setelah selesai sarapan, Hellena membantu Valen untuk mengemasi piring kotor bekas sarapan mereka sedangkan Tanu memilih untuk membaca majalah di teras depan.
Terdengar suara samar yang terdengar, tapi itu bukanlah Jonathan karena dia telah berangkat ke sekolah sejak sepuluh menit yang lalu.
"Ayah lagi ngobrol sama siapa, Bun?"
"Ga tau juga, Bunda." Sahut Valen yang sama tidak tahunya sambil mengaduk kopi hitam di gelas putih ditangannya sekarang.
Valen menyusul Tanu ke depan untuk memberikan kopi hangat yang menjadi minuman yang harus selalu ada setelah Tanu sarapan.
Kaget. Hellena mendapati Daniel yang sedang mengobrol dengan kedua orangtuanya. Sejak kapan lelaki ini datang? Daniel menyadari kehadiran Hellena begitupun dengan Tanu dan Valen.
"Dari kapan Abang disini?"
"Kamu udah mau berangkat ke kampus?" Sambung Valen.
"Iya, Bun." Jawab Hellena.
"Berangkat sama Daniel? Dia bilang tadi mau jemput kamu."
Hellena mengernyitkan keningnya menatap penuh tanya pada Daniel yang menampilkan wajah tanpa dosa sejak tadi. Entah apa saja yang telah lelaki itu sampaikan kepada orang tuanya.
Hellena kemudian mengangguk pelan mengiyakan pertanyaan Valen. "Hellena ke kampus dulu kalo gitu, entar sebelum kalian pulang Hellena udah balik ke rumah kok." Ucapnya, diikuti Daniel dibelakangnya yang mengekor menyalimi Tanu dan Valen dengan begitu sopannya.
"Tumben pakai mobil."
"Lagi males pakai motor aja."
"Kamu udah ga marah lagi? Semalem Abang nungguin balesan chat, eh ternyata cuman dibaca doang." Lanjut Daniel sambil terus fokus memperhatikan jalanan yang cukup ramai.
"Ga usah dibahas, Hellena lagi ga mau ngomongin itu."
Hellena tidak merasa kesal lagi, lagian kalau memang dia masih marah tidak mungkin mereka akan berangkat ke kampus bersama. Daniel ke kampus pagi hari ini karena ada jadwal bimbingan bersama dosen pembimbing tugas akhirnya.