Sweet Like Sugar

"3 tahun? Apakah kau akan berhasil membangun sebuah perusahaan selama 3 tahun di luar negri? Itu mustahil Renji! Itu artinya kau telah merelakan ku sekarang, apakah kita benar-benar akan berpisah?" Tanyaku sambil menangis tersedu-sedu.

"Aku akan berusaha " kata Renji yang memelukku.

"Berusaha? Apa hanya dengan kau berkata seperti itu semuanya akan baik-baik saja? Apa benar kita akan berpisah?" Tanyaku

"Tidak ada pilihan lain, aku tidak hanya berusaha, tapi aku sudah memiliki niat dan rencana. Jika kau sanggup menungguku, maka itu akan baik-baik saja. Percayalah padaku!" Kata Renji meyakinkanku.

Walau begitu aku masih tidak bisa percaya begitu saja, lagian hal itu juga tidak akan merubah keputusan jika besok aku dan Renji akan berpisah untuk sementara.

"Begitu. Minggir! Aku lelah mau tidur" kataku sambil mendorong Renji dan kemudian berjalan menuju kamar.

Renji tidak menghentikanku atau melakukan apapun, dia hanya diam menatapku berjalan menuju lantai atas.

"Nyonya, anda tidak makan?" Tanya Suri

Aku menoleh dan menatap tajam ke arahnya, dia tidak melihat situasi ku kah atau bagaimana. Walau niatnya baik tapi sekarang aku benar-benar tidak nafsu makan.

"Sttt! Astaga apa yang kau katakan? Apa kau tidak lihat dan tidak dengar? Tuan dan Nyonya kan berpisah! Sempat-sempatnya kau menawarkan makan!" Kata Hilda memarahi Suri yang sangat tidak peka.

"Tapi kan Nyonya belum makan daritadi siang" kata Suri membenarkan diri

Hilda menggaplak dahinya sendiri, dia tidak menyangka kalau dia punya teman setidak peka ini.

Renji termenung di ruang tamu, tatapannya kosong dan pikirannya kalut. Dia sudah menduga hal seperti ini akan terjadi suatu hari nanti, tapi tidak disangka jika hari itu adalah hari ini.

Dia sekarang berada di dalam posisi yang sangat sulit. Di satu sisi, Renji tidak ingin berpisah, tapi di sisi lain dia juga tidak ingin kehilangan posisi direktur di perusahaan nya sekarang.

Renji terpaksa mengambil keputusan itu walau itu sedikit memberatkan dirinya. Tapi tidak ada jalan lain, hanya hal itu yang bisa membuat ayahnya tertarik dan mengijinkan Renji tidak berpisah denganku.

Ayahnya selalu begitu keras kepadanya tapi tidak dengan adiknya yaitu Reymon Hirahara.

Sedari kecil Renji selalu di atur untuk menjadi sempurna oleh ayah dan ibunya, berbeda dengan adiknya yang dari kecil selalu bebas dan dimanja.

Bahkan sampai sekarang pun Renji masih berada di dalam ikatan pengaruh ayahnya, dia tidak bisa lepas dari itu semasih ayah ibunya hidup.

Renji beranjak dari sofa, yang kemudian dia pergi mengambil jaket dan kunci motornya.

"Beritahu Yona kalau aku pergi keluar sebentar untuk mencari angin segar" Kata Renji memberitahu Hilda dan Suri

"Apa anda akan makan di luar hari ini?" Tanya Hilda

"Mungkin begitu, jadi kalian bisa masak untuk kalian berdua. Jaga istriku baik-baik, lakukan apapun yang dia inginkan. Aku menitipkannya kepada kalian, jangan mengecewakan ku" Kata Renji yang kemudian pergi keluar menggunakan motornya.

Hilda menatap kepergian Renji yang menghilang di belokkan jalan. Dia tiba-tiba memikirkan betapa sulitnya sebuah pernikahan.

Hubungannya dengan Sapta kini makin serius, tapi dia jadi takut untuk menikah begitu melihat kejadian yang menimpa tuannya itu.

Tapi dia tidak bisa menyamakan nasibnya dengan tuannya yang begitu jauh berbeda.

Dia bukanlah anak seorang konglomerat atau apapun, dia jadi bersyukur jika hidup sebagai orang biasa itu bahkan jauh lebih baik daripada menjadi seorang konglomerat.

......................

Di kamar, setelah mandi aku menyisir rambutku di depan cermin. Aku memandangi diriku sendiri, aku merasa kalau aku benar-benar mirip dengan ibuku.

Begitu melihat diriku tiba-tiba aku teringat dengan ibuku. Aku berencana memberitahukan ibu tentang keadaanku saat ini.

Sampai sekarang aku masih belum mengetahui posisi ibu sekarang dimana. Terakhir kali dia menjawab pesan dia hanya bilang kalau aku tidak perlu mencarinya lagi.

Setelah itu, seberapa banyak pun pesan yang ku kirim dia tidak pernah membaca ataupun menjawabnya. Tapi baiknya, ibu tidak memblokir nomorku. Dia hanya sedikit menghiraukan ku saja, bukan mencampakkan ku.

Begitu juga dengan telepon, selalu di tolak atau hanya dibiarkan saja. Walau begitu aku merasa kalau keadaan ibu sekarang baik-baik saja.

"Ibu, aku akan berpisah dengan Renji" begitu pesan yang ku kirimkan ke ibu.

Aku tidak mengharapkan jawaban dari ibu, aku hanya memberitahu nya agar tidak putus informasi sama sekali.

DRTTT...

Ponselku bergetar begitu ada notifikasi pesan masuk. Aku melihatnya, aku terkejut karena ibu menjawab pesan ku dengan cepat.

"Bagaimana itu bisa terjadi? Apa yang telah kau lakukan hingga membuat kalian akan berpisah?" Tanya ibu lewat pesan

"Ini bukan salahku, tapi salah ayah karena telah membuat ayah mertua marah. Lagian ibu sekarang ada dimana?" Tanyaku

Ibu mengirim sebuah foto yang berisi caption

"Ibu berada di Jerman sekarang, brondong Jerman memang mantap" begitu katanya

"Dasar gila" kataku

Aku baru mengetahui jika ibu memiliki sifat liar seperti itu. Yang ku tahu ibuku hanyalah seorang perempuan matre yang mau menikah dengan ayah hanya untuk sebuah uang.

Padahal saat ayah ditangkap, ibu menangis hingga mabuk. Tapi sekarang, belum ada beberapa lama setelah ayah ditangkap, ibu sudah berada di Jerman bersama brondong Jerman.

Dia langsung mencampakkan ayah yang sudah tidak berguna lagi baginya, dia bahkan tidak pernah menengok ayah ke penjara. Walau aku juga melakukannya.

Aku tidak bisa berkata apapun lagi, sejak aku di lahirkan, ibu memang sudah sangat jarang memperhatikan ku. Jadi hal ini sudah sangat normal terjadi bagiku.

"Kapan ibu akan pulang?" Tanyaku lewat pesan

"Ibu akan pulang begitu ibu sudah bosan disini" jawabnya

"Aku akan pulang besok" kataku

"Yaa, pulanglah ke rumah. Karena, hanya rumah itu yang bisa menerimamu sekarang" kata ibu dengan santai. Dia tidak terlihat mengkhawatirkan ku sedikitpun.

"Baik-baiklah ibu disana, cepatlah pulang. Aku merindukanmu" begitu pesan yang ku kirim terakhir ke ibu di malam itu.

Tapi sudah lama aku menunggu tidak ada jawaban dari ibu. Aku berfikir, apa hanya aku yang merindukannya sekarang?

Aku begitu lelah dan akhirnya tertidur. Aku tidak tau Renji dimana sekarang dan apa yang sedang dia lakukan di luar sana.

......................

Di sisi lain, Renji sekarang berada di sebuah mini bar. Dia mencoba untuk menghilangkan stress pikirannya dengan menggunakan alkohol.

Dia berharap semua masalahnya bisa dihanyutkan oleh beberapa teguk alkohol yang di minumnya.

"Anda mau minum apa?" Tanya bartender nya

"Minuman yang bisa menghanyutkan masalahku hanya dengan sekali teguk" sahut Renji

"Baiklah. Apa anda memiliki sebuah masalah yang begitu rumit sekarang?" Tanya bartender itu.

Sepertinya dia sudah berkali-kali bertemu orang yang seperti Renji. Dia tampak sudah biasa menghadapi orang-orang yang memiliki masalah yang begitu rumit di dalam hidup mereka, dan Renji adalah salah satunya.

Renji meneguk setiap minuman yang di sajikan oleh bartender padanya. Namun Renji masih belum merasa puas walau kepala dan perutnya begitu panas.

"Jangan berlebihan Tuan" kata bartender itu menghentikan aksinya memberikan minuman kepada Renji.

"Tidak, aku perlu lebih banyak lagi! Masalahku belum hanyut sepenuhnya, hal ini malah membuat semua pikiran dan masalahku menggenang didalam kepalaku. Tidak bisa, ini masih belum cukup!" Kata Renji merajuk

"Cukup. Anda tidak bisa terus-terusan berlari seperti ini. Hadapilah masalah itu jika anda bukan seorang pengecut, maka hadapilah!" Kata bartender itu membuat Renji tersadar.

Dia beranjak membayar semua minumannya dan kemudian pergi pulang. Tidak terasa hari sudah larut malam dan dia berharap jika istrinya (aku) akan menunggu kedatangannya.