NovelToon NovelToon
Only 200 Days Mr.Mafia

Only 200 Days Mr.Mafia

Status: tamat
Genre:Tamat / Mafia / Cinta pada Pandangan Pertama / Keluarga / Romansa / Roman-Angst Mafia / Persaingan Mafia
Popularitas:3.2M
Nilai: 4.7
Nama Author: Four

Bagiamana jika kehidupan seorang mafia yang terkenal akan ganas, angkuh atau Monster ternyata memiliki kisah yang sungguh menyedihkan?

Bagaimana seorang wanita yang hanyalah penulis buku anak-anak bisa merubah total kehidupan gelap dari seorang mafia yang mendapat julukan Monster? Bagai kegelapan bertemu dengan cahaya terang, begitulah kisah Maxi Ed Tommaso dan Nadine Chysara yang di pertemukan tanpa kesengajaan.

~~~~~~~~~~~
✨MOHON DUKUNGANNYA ✧⁠◝⁠(⁠⁰⁠▿⁠⁰⁠)⁠◜⁠✧

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

O200DMM – BAB 26

KETAKUTAN

“Jangan lama-lama penulis.” Ujar Maxi seraya memasang dasi pita di lehernya. Nadine tidak menjawabnya, dan malahan ia mencibirkan bibirnya seolah mengejek perintah Maxi.

Saat pria gagah berbalut kemeja hitam dengan dasi dan celana senada. Seseorang membuka pintu dengan kasar dan tergesa-gesa. “Maxi...” Maxi yang melihat mimik wajah pamannya, sudah faham jika ada musuh di depan mata.

Kedua pria tadi mulai bergegas keluar, bersamaan dengan Nadine yang juga keluar dari kamar mandi dengan wajah keheranan, menggelung rambutnya yang basah dengan handuk hitam.

“Kenapa aku harus tinggal bersama mereka.” Dengus Nadine, duduk di kursi rias dan mulai menggerai rambut panjang basahnya.

Tok! Tok! Tok! Suara ketukan pintu membuat gerakan tangan Nadine berhenti.

“Masuk!” pintanya.

Terlihat seorang pelayan berambut cokelat masuk dengan kepala tertunduk hormat. “Maaf mengganggu waktu anda. Tuan Maxi memberi perintah, anda tidak perlu bersiap karena kepergian di batalkan.” Jelas wanita itu masih lembut. Nadine hanya mengangguk faham sampai pelayan tadi pergi.

“Now what?” desah kesal Nadine. Wajahnya pasrah sayu, meraih Hairdryer dan mulai mengeringkan surainya. Tentunya sambil mengoceh seakan memberi celotehan untuk pria sialan bernama Maxi.

...***...

Ina baru saja melangkah masuk dan langsung dikejutkan dengan ibunya yang berdiri tak tenang. Sebagai seorang anak tentu saja membuat Ina ikut cemas.

“Ibu, apa terjadi sesuatu? Katakan.” Gadis itu memegang kedua lengan ibunya.

“Ibu tidak tahu Ina. Aku melihat Ericsson pergi bersama Maxi, sepertinya ada masalah.” Miia sangat khawatir dan takut. Bisa saja keberuntungan kali ini tidak berpihak ke Maxi.

Dia terus saja merasa bersalah atas hal yang menimpa pada putra angkatannya itu. Dalam hatinya, Miia selalu berdoa agar Maxi baik-baik saja setiap musuh berdatangan padanya.

“Wah! Apa ada drama baru nyonya Miia?” lagi-lagi tanpa di undang, Julia selalu datang di saat yang tidak tepat.

Miia sudah malas meladeni wanita itu. Tapi jika tidak di balas, perilaku Julia semakin menjadi. “Bisa tidak, kamu tidak ikut campur masalah kami?” geram Ina angkat bicara. Julia hanya tersenyum miring seraya menyingkirkan poninya ke pelipis.

“Aku tidak akan terkejut, karena kau putri Miia. Tapi akan aku katakan, lebih baik gadis kecil seperti mu fokus dengan rahasia yang mungkin kau tutupi dari ibumu!” Julia memberikan senyuman kecil ke Ina yang berusaha tetap tegar meski jantungnya mulai berdegup.

“Hentikan mulut gila mu itu Julia! Jangan keterlaluan hanya karena aku selalu diam. Jika kau berani macam-macam ke putriku, akan ku potong lidahmu itu. MENGERTI.” Sentak Miia di akhir kalimat.

Julia tersentak dengan sentakan seperti itu, apalagi Miia mencengkram bagian leher baju yang Julia kenakan. Terlihat ketakutan di wajah Julia, namun wanita itu sangat licik.

“Singkirkan tangan kotormu itu.” Julia berusaha lepas, tapi Miia masih mencengkram nya seakan ingin menghabisinya saat itu juga. Ina bahkan membiarkan hal itu selagi tidak ada yang salah di matanya.

Tiba-tiba Alex datang melerai keduanya. “Wow, wow, wow! Calm down ladies. Jangan sampai Maxi turun tangan sendiri.” Ancaman yang selalu di berikan Alex selalu berhasil ketika pria itu membawakan nama Maxi di dalam perselisihan antar wanita di Mansion ErEd.

Miia melepaskannya karena dia tidak ingin sampai membuat kemarahan Maxi.

“Beruntung karena aku tidak menghabisimu. Ada baiknya kau memikirkan bagaimana cara menjadi istri yang lebih baik.” Miia pergi setelah mengatakan hal itu, di susul oleh Ina yang pergi dengan kesal.

Alex masih menemani kakaknya yang sudah marah berat. Apapun yang dia lontarkan di saat kakaknya itu emosi, pasti dia yang akan kena semburan kemarahannya juga.

.

.

.

Nadine mencoba keluar kamar. Setiap lorong pasti ada penjaga di sana, seperti CCTV yang selalu memantau gerak geriknya saja.

Sampai di ruang tengah, Nadine tidak tahu harus melakukan apa? Akhirnya ia memutuskan untuk duduk di sofa panjang sambil menyalakan televisi lebar di depannya.

“Apa anda ingin minuman nyonya?” rasanya sungguh aneh ketika kamu hendak ingin bersantai dan ada seseorang yang menawari mu cuma-cuma.

“Bo-boleh. Aku ingin air es!” Nadine tersenyum meminta tolong dengan baik. Rasanya sangat enak dan nyaman menjadi seorang tuan rumah dengan pelayan yang banyak. Tapi bukan keadaan seperti ini yang Nadine inginkan, dia tidak mau menikah dengan pria seperti Maxi yang bahkan tanpa adanya rasa cinta satu sama lain.

ketika pelayan datang dan meletakkan segelas air es di atas meja. Nadine mengehentikan langkah yang hendak mau pergi. “Dimana tuanmu?”

Tentu saja pelayan itu tahu siapa yang Nadine maksud. “Tuan Maxi ada urusan penting nyonya.”

-‘Urusan penting apa? Pasti juga membunuh orang lagi.’ Batin Nadine menyeruput air es nya.

Ketika asik menonton televisi yang sama sekali tidak Nadine minati siara di dalamnya. Matanya mulai melihat adanya telepon rumah yang tersusun rapi di nakas panjang.

Dengan perlahan dan waspada. Nadine berjalan ke arah nakas tersebut, menoleh ke kiri dan kanan sejenak, lalu mulai mengutak-atik telepon tersebut. Dia ingin menelepon kakak Yunita yang kini tengah khawatir dengan keadaannya yang tanpa kabar.

Tut...Tut... Nadine menutup kembali telepon tersebut dengan kesal. Dia sadar kalau seluruh telepon seluler di rumah sudah Maxi putus agar tidak bisa di gunakan.

Nadine terus saja bergumam emosi. Dia benar-benar gila jika terus seperti ini, dia hanya ingin mendengar suara kakaknya, apa wanita itu baik-baik saja. “Maxi sialan.”

Nadine berjalan menuju dapur, mendekati salah satu pelayan yang kebetulan tengah sibuk mengelap meja dapur. Ketika menyadari akan kehadiran nyonya-nya, segera gadis yang masih muda itu langsung memberi hormat.

“Anda membutuhkan sesuatu?” tanya sang pelayan tadi.

“Aku butuh ponsel mu.” Pelayan tadi langsung menatap Nadine dengan kaget dan panik. Ia mulai menggeleng ketakutan, “Ma-maaf nyonya. Ta-tapi sa-saya tidak bisa, tuan Maxi akan marah besar.”

Nadine sudah tebak hal itu. Dia meraih kedua tangan pelayan tadi yang hendak menghindarinya. “Aku mohon, hanya sekali saja biarkan aku menelpon kakak ku.” Terlihat wajah memohon dari seorang nyonya. pelayan tadi bertambah bingung, dia juga takut jika bos nya sampai tahu maka nyawanya akan melayang.

“Aku...”

“CAD. Kakak ku mengalami penyakit jantung, dia juga lumpuh di kaki. Tolong, biarkan aku meminjam ponsel mu sebentar saja agar dia tidak khawatir dengan ku.” Nadine sangat berharap besar kepada pelayan yang saat ini menatapnya sendu. Dia kasihan melihat Nadine, mereka sama-sama wanita, dan pasti mereka bisa memahami satu sama lain.

“Adikku juga memiliki penyakit yang sama hiiss... Ini anda bisa menggunakan ponselku, sebelum tuan Maxi kembali!” rasanya seperti mimpi. Nadine menatap penuh terima kasih kepada pelayan tersebut. Tanpa menunggu waktu lagi, ia segera meraih ponsel tersebut, membawanya ke salah satu kamar tamu.

Sementara si pelayan masih menjaga di dapur, sesekali dia juga mengintip ke ruang tamu. Jantungnya berdegup kencang, kedua telapak tangannya juga sudah berkeringat.

Pelayan tadi juga sudah menuliskan sebuah surat kecil untuk adik dan keluarganya yang berada di desa jauh. Seakan berfirasat buruk mengenai hidupnya, pelayan tadi sudah menyiapkan semuanya sebelum dia pergi.

Di kamar kosong, Nadine sudah menempelkan ponsel persegi itu di telinganya. Senyuman mulai mengembang ketika dia mendengar suara yang sangat-sangat dia rindukan.

[“Halo! Siapa? ”] Nadine masih tersenyum lebar dan mulai menangis bahagia.

[“Kakak...”] Yunita yang mengenali suara tersebut, seketika mulai terisak sedih.

[“Nadine? Ap-apa itu kamu? ”]

Nadine mengangguk cepat. [“Iya! Bagaimana kabar kakak? Maafkan aku, aku tidak bisa pulang menjaga kakak hikss.”]

[“Kakak baik. Temanmu sudah memberitahu kakak, kalau kau sibuk dengan novel mu. Jangan pernah menyerah! Kakak sangat merindukan mu ”] Betapa terpukulnya Nadine ketika mengetahui kerinduan yang kakak Yunita alami.

Dia sangat bersalah. Wanita itu satu-satunya keluarga yang dia miliki, dan dia malah meninggalkannya sendirian dalam kondisi sakit. Hanya ada suara Isak tangis yang saling bersautan.

Nadine terus saja meminta maaf berkali-kali.

“Cepat bawa masuk! Dan baringkan ke sofa, CEPAT!” Nadine mulai panik ketika mendengar suara Zero dari arah luar.

Gawat!

Pelayan pemilik ponsel tadi juga mulai gemetar takut, ketika dia tidak sempat menuju ke kamar tamu yang ada nyonya-nya di dalamnya.

Ketika Nadine keluar kamar setelah menyembunyikan ponsel di perutnya yang di apit dengan celana yang ia kenakan. Untung saja pakaian yang Nadine kenakan lumayan longgar.

Berpapasan dengan pelayan tadi, Nadine mengangguk ke arahnya dengan sedikit memberikan keyakinan bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Ketika dia melangkah lebih dekat, lagi.. Nadine di kejutkan dengan keadaan Maxi yang terluka. Kedua mata Nadine membelalak lebar ketika melihat darah yang bercucuran keluar dari luka tersebut. Luka yang cukup panjang dan dalam di lengan kanannya yang berotot.

Wajah Maxi terlihat pucat, namun pria itu cukup tangguh karena tidak pingsan dan hanya kelelahan akibat banyaknya darah yang keluar dari lengannya.

Seorang dokter khusus juga ada di sana.

“Kemarilah penulis.” Pinta Maxi dengan menggerakkan tangan kirinya. Tentu saja Nadine menggeleng, dia sangat takut dengan darah apalagi melihat lukanya.

Salah satu penjaga Maxi langsung mendorongnya agar lebih dekat dengan tuannya yang kini duduk di sofa sambil bersandar. “Lepaskan aku.” Ronta Nadine.

Maxi meraih tangan kanannya dan menggenggamnya erat, menutup kedua matanya sejenak.

“Apa yang kamu lakukan? Lepaskan aku.” Titah Nadine sudah gemetar ketika bau amis darah menyeruak ke hidungnya. Rasanya sangat pusing.

“Diamlah.” Ucap Maxi.

Dirasa sang dokter hendak memberikan infus ke lukanya yang akan di jahit. “Tidak perlu, lakukan saja tanpa bius.” Sangat gila. Bahkan dokter yang mendengarnya juga ikut terheran, karena itu akan menyakitkan.

Zero memberikan anggukan kecil ke dokter serta perawat di sana. Sementara Nadine masih terkejut akan hal itu.

Gadis dengan wajah pucat dan gemetar, seketika berpaling tak ingin melihat bagaimana dokter tadi mulai melakukan pekerjaannya. Menjahit kulit manusia tanpa bius, sungguh di luar dugaan Nadine.

“Kenapa kamu berpaling penulis? Harusnya kamu melihatnya karena ini bisa membuat mu berani ketika membunuh seseorang!” ejek Maxi.

“Bukankah ini yang kamu inginkan!” lanjut Maxi seraya tersenyum.

“Diam.” Sentak Nadine

Bisa-bisanya pria itu mengatakan soal pembunuhan di depan dokter dan perawat. Sungguh gila.

1
lisa lisa
ini kembarannya maxi
Four.: maybe 😌
total 1 replies
Mamik Widowati
Luar biasa
Four.: tancuuuu 😘
total 1 replies
R_Aarale
trims kak Four, saya menikmati cerita ini. Ditunggu ya sekuel nya..sehat² selalu kak
Four.: terima kasih juga sudah mampir 😁👍
total 1 replies
Ilham Bay
Luar biasa
Four.: tancuuuu 😘
total 1 replies
Dewi Fitriani
makin kesini jadi keinget ceritanya mirip sama drama turki yg mafia jga,
Four.: yup, aku juga suka sama dramanya 😁
total 1 replies
kairin
ceritanya lambat
Four.: namanya juga drama, mohon bersabar 😁
total 1 replies
azfa
Luar biasa
Four.: tancuuuu 😘
total 1 replies
R_Aarale
sudah kuduga..yeeay bingo
Four.: yeayyy
total 1 replies
Nur Lizza
lanjut thor
Nur Lizza
lanjut
Nur Lizza
Thor kenapa ada tulisan Allah .apa tulisan Allah itu ngk bisa di ganti
Four.: gpp, udah terlanjur... ada penjelasannya di salah satu bab nanti, mohon dimengerti 🙏😌
total 1 replies
Nur Lizza
lanjut
Nur Lizza
mereka blm tau berurusan sama Maxi .
Ning Konveksi Cikarang
Luar biasa
Four.: tancuuuu 😘
total 1 replies
Nur Lizza
ngk masalh kn awal awalnya aja namany pertemuan tidak sengajah
Four.: ho,oh!
total 1 replies
kairin
apakah maxi akan jatuh cinta pada Nadine? penasaran deh
Four.: baca terusssss
total 1 replies
Cuik Kusmini
Luar biasa
Four.: terima kasih 😘
total 1 replies
Cuik Kusmini
Buruk
kairin
bagus sekali plus menegangkan.lanjut.....
Four.: terima kasih, lanjut sampai tamat bacanya 😁
total 1 replies
Baiq Widya Shinta
Klontang kita2 itu kah suara piring🤣🤣🙏
Four.: piring aluminium 😅 ada yang mahal Lo itu🤭
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!