NovelToon NovelToon
Teluk Narmada

Teluk Narmada

Status: tamat
Genre:Tamat / Teen Angst / Teen School/College / Diam-Diam Cinta / Masalah Pertumbuhan / Keluarga / Persahabatan
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Chira Amaive

Angin pagi selalu dingin. Ia bergerak. Menerbangkan apa pun yang sekiranya mampu tuk diterbangkan. Tampak sederhana. Namun ia juga menerbangkan sesuatu yang kuanggap kiprah memori. Di mana ia menerbangkan debu-debu di atas teras. Tempat di mana Yoru sering menapak, atau lebih tepatnya disebabkan tapak Yoru sendiri. Sebab lelaki nakal itu malas sekali memakai alas kaki. Tak ada kapoknya meskipun beberapa kali benda tak diinginkan melukainya, seperti pecahan kaca, duri hingga paku berkarat. Mengingatnya sudah membuatku merasakan perih itu.

Ini kisahku tentangku, dengan seorang lelaki nakal. Aku mendapatkan begitu banyak pelajaran darinya yang hidup tanpa kasih sayang. Juga diasingkan keluarganya. Dialah Yoru, lelaki aneh yang memberikanku enam cangkang kerang yang besar.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chira Amaive, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 7

Begitulah cara Yoru memulai paginya sejak saat itu. Ia mengulang-ulang kegiatannya berupa mengunjungi rumahku dengan menampakkan wajahnya pada jendela. Sudah 3 hari berturut-turut ia melakukannya. Seperti biasa pula, ia tak terlalu menanggapi perkataanku. Lebih memiliki berceloteh semaunya. Tentang minta makan, minum, juga cara mendapatkan surga.

Ini hari ke empat. Sudah sejak tadi matahari pagi menyapa. Namun, tak ada tanda-tanda Yoru muncul. Seharusnya aku lega, bukan!? Tapi, yang ada malah aku merasakan gundah. Padahal, kedatangannya begitu mengganggu dan dapat membuat warga murka jika ketahuan. Baguslah. Aku tak perlu tegang lagi menatap sekitar. Lagipula, ini adalah hari minggu. Hari yang tepat untuk merebahkan diri seharian, namun dijeda dengan panggilan ibu untuk melakukan pekerjaan rumah berupa cuci piring, cuci baju, menyetrika, menyapu, mengepel dan kawan-kawan.

Entah mengapa, pagi ini terasa hampa tanpa kehadiran Yoru. Padahal, ia baru melakukan beberapa kali. Namun sudah mampu membuatku ingin segera mendengar pembicaraan tak nyambungnya itu.

Sebentar lagi pukul 06:00.

Seseorang membuka pintu kamarku. Itu adalah Fara. Sepupuku. Anaknya bibi. Ia datang sepagi ini. Artinya, bibi juga ada di sini!?

"Loh, Fara. Tumben ke sini. Biasanya Kak Cine yang ke rumah kamu." Aku menyapa, ramah.

Bocah berusia 5 tahun itu tersenyum manis. Seraya berlari kecil dan segera memelukku. Pipi tembamnya kemerahan. Wajahnya memang gampang sekali merah. Apalagi di tengah terik.

Bibi terlihat dari bingkai pintu kamarku yang terbuka. Ia menggandeng anak sulungnya yang bernama Fahim.

"Cine! Ternyata kamu bangun. Ibu kamu bilang kamu pasti tidur jam segini kalau hari libur," ucap bibi.

Aku tersenyum getir.

"Kok tumben banget bibi ke sini. Apalagi sepagi ini. Biasanya, aku yang ke rumah bibi."

"Iya. Udah hampir sebulan bibi nggak ke sini. Pengen ketemu ibu dan bapak kamu. Sama rindu kamu juga sih. Kok sekarang jarang ke rumah bibi?" Bibi bertanya dengan sedikit manyun.

"Kak Cine sibuk pacaran," cetus Fahim polos.

"Heh, sembarangan. Siapa yang ngajarin kamu soal pacaran. Nggak ada pacaran. Nggak boleh!" tegasku yang justru membuat Fahim tertawa.

Aku beranjak dari ranjang untuk menggantung mukena. Lalu kembali lagi ke kasur sambil memangku Fara. Bibi juga turut duduk di kasurku. Disusul Fahim.

"Baru juga beberapa hari, Bi."

"Biasanya 'kan, seminggu itu pasti ada jadwal buat ke rumah bibi. Minimal 2 kali. Lah, minggu ini nggak ada sama sekali. Terus minggu lalu cuma sekali. Ada masalah?" Bibi bertanya, tatapannya terlihat menuntut jawaban.

"Nggak ada apa-apa, Bi. Aku malah ada niat buat ke rumah Bibi hari ini. Tapi, keburu Bibi yang datang duluan saking paginya." Aku menjawab seadanya.

"Kamu masih sedih karena kejadian dengan pak Addin itu karena dia membentakmu?" tanya bibi penuh selidik.

Sebuah pertanyaan yang spontan membuatku menggeleng cepat.

"Itu udah lumayan lama terlewat. Udah terlupakan, kok. Yang penting, aku nggak datang ke rumah itu lagi."

"Nah, berarti bener. Itu penyebab kamu jarang ke rumah Bibi. Tapi 'kan rumah Bibi sama rumah pak Addin jauh, Cine. Kemungkinan untuk tidak sengaja bertemu pun tidak banyak. Paling kalau dia lewat sana secara kebetulan. Tapi, dia jarang kok melintas di depan rumah Bibi," tutur bibi.

Aku terdiam sejenak. Menunduk sambil berpikir. Sebenarnya, kejadian itu tidak terlalu mengusikku sekarang. Walaupun itu juga menjadi pemicunya. Tapi, aku lebih jarang ke sana karena banyak hal yang memenuhi pikiranku. Terutama tentang Yoru. Aku tak tahu bagaimana caranya, otakku seperti ingin turut campur dalam urusan lelaki nakal itu. Ditambah, tiga hari terakhir ia selalu datang dan sebelum pergi, ia selalu menyebutku sebagai teman. Aku memang pernah memintanya menjadi temanku sewaktu tak sengaja bertemu dengannya di pantai Narmada atau pantai Pelangi.

"Iya, Bi. Maaf, aku cengeng banget. Gitu aja dipikirin."

"Nggak masalah, dong. Cewek emang begitu. Lemah kalau udah dibentak. Bibi kalau di posisi kamu juga mungkin sudah menangis tersedu-sedu. Dibentak memang semenyakitkan itu," ujar bibi diakhiri dengan senyuman getir.

Fahim beranjak dari kasur dan berlari ke arah jendela, "Anak nakal!" Fahim berseru.

Mendengar kata nakal saja sudah membawa pikiranku kepada manusia satu itu. Manusia yang sudah 3 hari berturut-turut datang untuk minta makan.

Benar saja. Sosok Yoru sudah terlihat dari dekat kasurku begitu aku berdiri. Ia terlihat di luar pagar rumahku sambil mondar-mandir tak tentu arah.

"Kok dia bisa ada di sini?" tanya bibi yang turut berdiri di sampingku.

"Wajar aja, sih. Dia 'kan memang suka berkeliaran ke sana ke mari." Aku menjawab seadanya.

Bibi mengangguk, tanda setuju.

Embusan napas lega tercurah. Aku merasa lega melihat Yoru datang lagi. Walaupun bukan di depan jendela kamarku lagi. Entah bagaimana. Entah apa sebabnya, aku malah senang melihatnya datang lagi. Ya, padahal aku tak menemukan alasan yang membuatku merasa senang dan lega. Seharusnya, ia hanyalah lelaki nakal yang tidak disenangi semua orang.

"Anak nakal itu melihat ke arahku, Ibu!" seru Fahim sambil menengok ke arah ibunya.

"Jangan dipelototin, Fahim. Nanti kamu bisa dipukul kayak anak tetangganya teman Ibu. Jangan cara perkara sama dia," tegas bibi sambil berjalan untuk menutup jendelaku dengan gorden.

Ingin rasanya mengubah pandangan bibi agar ia tidak terlalu berpikir negatif terhadap Yoru. Tapi, siapa pula yang tidak akan berpikir negatif jika mengetahui kenakalan remaja itu yang melebihi batas. Bahkan membuat orang masuk rumah sakit. Wajar saja. Hanya saja aku sedikit sedih. Perkataan Yoru yang ingin mati tapi ingin menjadi penghuni surga terus membelenggu pikiranku. Sebenarnya ada apa saja yang ada di pikiran lelaki itu?

"Ngelamun, Cine?" Bibi bertanya begitu menyadariku seperti menatap kosong.

Aku buru-buru tersenyum dengan ekspresi senormal mungkin.

"Kok malah ngerumpi di sini. Sarapan sudah siap. Ayo, kita sarapan bersama," seru ibu yang tiba-tiba kepalanya nongol di bingkai pintu.

Sudah ada bapak di karpet. Kami akan makan secara lesehan seperti biasanya. Tidak ada meja makan di rumahku.

"Bapak, aku sama teman-teman kelas mau bikin baju persatuan," tembakku kepada bapak sebelum duduk dengan sempurna.

"Berapa?" tanya bapak.

"Seratus ribu."

Bapak mengangguk sebagai jawaban.

"Kalau anak itu, memangnya tidak punya baju lain apa, ya," celetuk ibu yang terpancing karena aku menyebut kata baju.

"Anak siapa, Bu?" Aku bertanya.

"Itu, si Yoru. Anak nakal yang sering bikin kamu nangis dulu waktu SD. Belakangan ini, Ibu selalu melihat dia berkeliaran di sekitar rumah kita. Memangnya apa yang dia cari di sini." Ibu menjawab sambil menunjuk seorang lelaki di luar dengan dagunya.

Yoru masih di sana. Kali ini duduk jongkok. Terlihat sedang menarik kerudung seorang gadis yang melintas. Membuatku menepuk kening.

"Nggak pernah pakai sandal pula," tambah ibu.

"Sekarang dia makin parah, Kak." Bibi menimpali.

"Parah gimana, Ilma?" Bapak bertanya.

"Beberapa waktu lalu, dia bikin anak tetangganya temanku terluka parah. Di kebun pula. Sampai darahnya bersimbah banyak mengenai rerumputan dan semak-semak di sana. Nggak hanya itu. Banyak lagi, deh. Tapi mungkin itu yang paling parah," jelas bibi.

"Keterlaluan! Dia tidak bisa dibiarkan berkeliaran begitu saja di sini. Bagaimana jika sebenarnya dia mempunyai mangsa di sekitar sini. Makanya dia selalu muncul karena ada incarannya," terka ibu.

"Udah kayak macan aja punya mangsa," timpal bapak.

Aku dan bibi tertawa. Namun kembali prihatin terhadap Yoru. Di mana pun, tak ada obrolan yang mengenakkan tentangnya.

1
_capt.sonyn°°
ceritanya sangat menarik, pemilihan kata dan penyampaian cerita yang begitu harmonis...anda penulis hebat, saya berharap cerita ini dapat anda lanjutkan. sungguh sangat menginspirasi....semangat untuk membuat karya karya yang luar biasa nantinya
Chira Amaive: Thank you❤❤❤
total 1 replies
Dian Dian
mengingatkan Q sm novel semasa remaja dulu
Chira Amaive: Nostalgia dulu❤
total 1 replies
Fie_Hau
langsung mewek baca part terakhir ini 😭
cerita ini mengingatkan q dg teman SD q yg yatim piatu, yg selalu kasih q hadiah jaman itu... dia diusir karna dianggap mencuri (q percaya itu bukan dia),,
bertahun2 gk tau kabarnya,,, finally dia kembali menepati janjinya yg bakal nemuin q 10 tahun LG😭, kita sama2 lg nyusun skripsi waktu itu, kaget, seneng, haru..karna ternyata dia baik2 saja....
dia berjuang menghidupi dirinya sendiri sampai lulus S2,, masyaAllah sekarang sudah jd pak dosen....

lah kok jadi curhat 🤣🤦
Chira Amaive: keren kak. bisa mirip gitu sama ceritanya😭
Chira Amaive: Ya Allah😭😭
total 2 replies
Iif Rubae'ah Teh Iif
padahal ceritanya bagus sekali... ko udah tamat aza
Iif Rubae'ah Teh Iif
kenapa cerita seperti ini sepi komentar... padahal bagus lho
Chira Amaive: Thank youuuu🥰🤗
total 1 replies
Fie_Hau
the first part yg bikin penasaran.... karya sebagus ini harusnya si bnyak yg baca....
q kasih jempol 👍 n gift deh biar semangat nulisnya 💪💪💪
Chira Amaive: aaaa thank you🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!