Dia Yang Ternoda

pagi pukul delapan, Fakry nampak mengendarai motor sportnya menuju kompleks perumahan Rhain.

Dan ketika ia telah sampai, keningnya berkerut ketika melihat sebuah plank dengan tulisan

DI JUAL

Pemuda itu termangu di tempatnya berdiri saat ini.

Cukup lama Fakry berdiri di depan pintu rumah itu, sudah satu bulan sejak terakhir ia datang kerumah ini.

Ia sungguh menyesali kata katanya kepada kedua orang tua Rhain dan khususnya Rhain sendiri.

Ia butuh waktu untuk mengambil keputusan dan keyakinan.

Dan nyatanya....

Ia sadar, tak seharusnya ia berkata seperti itu kepada Rhain dan pak Ridho juga bu Sarah.

Jujur, penolakan sang mama pada Rhain juga kehamilan gadis itu cukup mengguncang jiwanya.

Namun tak dapat ia pungkiri jika hatinya hanya tertuju kepada gadis itu seorang.

Apalagi keterangan Starla yang memberitahunya tentang keberadaan Rhain dan kedua ayah ibunya di rumah sakit saat itu membuatnya malu dan merasa bersalah.

Sekarang, ia bermaksud memperbaiki semuanya.

Ia sudah memutuskan.

Meski tanpa restu sang mama, ia akan tetap menikahi Rhaina.

Tapi....

" mas Fakry kan ?! " tanya seseorang yang tiba tiba telah berdiri di hadapannya namun berada di dalam pagar.

Fakry tergagap.

" i...iya pak, bapak tahu saya ? ! " tanya Fakry bodoh.

Pria paruh baya itu tersenyum tipis.

" jelas tahulah mas, meski tidak tiap hari di sini tapi saya sering juga kesini kalau di minta pak Ridho buat bantu bantu bersih bersih mang Sarto pas mau ada acara keluarga atau apa " jelas pria paruh baya itu.

Fakry mengangguk

" bapak tahu kemana bapak dan ibu mungkin membawa Rhain ?! " tanya Fakry kemudian penuh harap.

Pria di hadapan Fakry itu dengan cepat menggelengkan kepalanya.

" maaf mas, saya kurang tahu....

ketika saya di minta jaga dan bersih bersih oleh mang Sarto waktu itu, saya tak lagi pernah melihat mereka " jawab pria paruh baya itu.

" kalau pak Sarto sama bik Jumi bapak tahu di mana ? " tanya Fakry lagi.

Lagi lagi pria itu menggeleng.

" nggak tahu juga mas, gaji saya aja di transver mas " jelas pria paruh baya itu lagi.

Fakry menghela nafas kecewa.

Ia sungguh menyesal.

Andai ia bisa mengulang kembali waktu, ia bersumpah tak akan pernah bersikap demikian kepada Rhain juga kepada Pak Ridho dan Bu Sarah.

Bukan mereka yang menginginkannya.

Tapi dirinyalah yang memaksakan diri kepada keluarga itu.

Sudah berkali kali kedua pasangan suami istri itu mengingatkannya akan keadaan dan kondisi Rhain yang mungkin akan mengganjal hubungan mereka kedepannya.

Dan...

Ketika restu telah ia dapat dari kedua pasangan itu ia justru menyia nyiakannya.

Fakry kembali menaiki motornya meninggalkan tempat itu dengan wajah yang membawa sejuta penyesalan.

" aku akan menerima tawaran kakak ma..." kata Fakry di hadapan sang mama yang tengah duduk di ruang tengah bersama papanya sesampainya ia di rumah.

Sepanjang perjalanan pulang tadi ia sudah memikirkan, ia sudah sangat putus asa.

Asanya untuk bisa memperbaiki hubungannya dengan Rhain kandas seiring dengan kepergian gadis itu dari rumahnya.

Kedua pasangan suami istri di hadapannya itu menatapnya lekat lekat.

" kau yakin ? " tanya sang mama kemudian.

" ya ma..." jawab Fakry dengan tegas.

" itu artinya kau akan di kirim selama mungkin tiga tahun sebagai dokter militer di sana " kini sang kakak yang bicara.

" ya..aku tahu " jawab Fakry, kemudian ia berlalu meninggalkan ruangan itu,

Meninggalkan kedua orang tuanya dan kakak laki lakinya yang saling tatap.

" tak apa, mungkin dengan cara ini kita bisa menjauhkannya dari gadis itu.

Mama benar benar tak rela Fakry dekat apalagi menikahi gadis itu " kata bu Novi yang masih bisa di dengar oleh Fakry.

" mama tak perlu repot repot lagi memikirkan hal itu. Rhain sudah pergi meninggalkan aku ma " jawab Fakry menanggapi kata kata sang mama,

kemudian ia melanjutkan langkahnya begitu saja.

Bu Novi menatap kepergian sang putra dengan tatapan aneh.

" semoga kau tak menyesali keputusanmu yang telah melarang putra kita meraih cintanya itu.

Kau tahu benar sejak kapan Fakry sudah menyukai gadis itu.

Dan kau pasti juga tahu, siapa yang sangat menginginkan dan sangat di inginkan di sini.

Siapapun tak ada yang pernah ingin berada dalam kondisi seperti gadis itu " kata pak Rosyid kepada sang istri sebelum akhirnya ia pun bangkit dari duduknya dan berlalu meninggalkan ruang tengah itu.

Bu Novi menghela nafas.

" ibu mana yang akan rela putra mereka menikahi seseorang yang telah menjadi bekas orang lain " desis wanita itu kemudian.

Matahari telah berada di ujung kepala ketika seorang laki laki paruh baya nampak mengunci pintu pagar berplank kata Di jual.

Bersamaan dengan itu seorang pemuda sangat tampan nampak keluar dari sebuah mobil mewah berwarna hitam.

" mau mencari siapa mas ?! " tanya pria paruh baya itu kepada pemuda itu.

" Rhain, saya mau mencari Rhain " jawab pemuda itu.

Pria paruh baya itu menarik nafas.

Ini sudah yang kedua setelah Fakry tadi yang mencari sosok putri pemilik rumah ini.

" maaf mas, mbak Rhain dan keluarganya sudah tidak tinggal di sini lagi " terang pria baya itu yang bernama pak Tomo.

Pemuda membeliak.

" anda jangan berbohong pak " sentak pemuda itu, wajahnya kini terlihat pias pias dan panik.

" mas, saya tidak berbohobg. Sudah hampir satu bulan keluarga ini meninggalkan rumah ini.

Saya hanya di minta menjaga dan membersihkan sampai ada yang akan memneli rumah ini " jawab pak Tomo menahan geram, karena nada suara pemuda itu yang terkesan tak hormat.

Setelahnya pria baya itu meninggalkan tempat itu begitu saja.

Ini sudah jam 12 siang, ia akan beristirahat dulu dan makan siang di rumah.

Nanti pukul satu ia akan kembali ke rumah ini untuk berjaga sekaligus membeesihkan.

Sepeninggal pak Tomo, penuda itu yang tak lain adalah Rexy terduduk lemas di lantai depan pagar rumah itu.

" kau tidak bisa melakukan ini padaku Rhain...kau tidak boleh menyakitinya. Dia anakku...juga anakmu " desisnya penuh kekecewaan dan penyesalan.

Andai ia bisa bergerak lebih cepat.

Ia sudah keluar dari rumah sakit sejak satu bulan yang lalu.

Namun ia tak lekas mendatangi Rhain meski sebenarnya ia sangat ingin.

Hal itu ia tahan karena bayang bayang kebersamaan Rhain bersama pria lain malam itu masih jelas membekas dalam benaknya.

Namun,

Kemaren malam ketika ia kembali membuka hand phonenya yang baru selesai di servis salah satu temannya.

Ia bagai di hantam palu godam.

Pesan yang di kirim Rhain kepadanya membuatnya kalang kabut.

Akhirnya, ia pun memutuskan untuk mendatangi gadis itu meski dengan jarak yang lumayan jauh.

Hampir tiga jam perjalanan.

Namun...

Ketika ia sampai, kenyataan inilah yang ternyata ia dapatkan.

Gadis itu telah pergi entah kemana dengan membawa benihnya.

Kemana sekarang ia harus mencari.