Semua terjadi karena kesalahan ku sendiri yang tergiur akan uang taruhan, tanpa aku menyadari, kalau aku sedang mempertaruhkan masa depan ku!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Salsabilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan
Tak ingin ambil peduli dengan pertanyaan Papa Arga. Abnan kembali melanjutkan makan.
"Papa tidak pernah mengajari anak-anak Papa bersikap tidak sopan pada orang tuanya," sindir Arga saat melihat Abnan mengabaikannya.
Jisya menatap tajam suaminya yang berkata demikian.
"Abnan, usiamu sudah 27 tahun. Tapi Mama lihat kamu tidak pernah menjalin hubungan dengan mana-mana wanita. Jujur Mama khawatir dengan masa depan kamu nak. Kalau memang ada wanita yang kau sukai, bawa dia datang bertemu Mama sama Papa, kami akan menikahkan kalian berdua. Jujur Mama pengen sekali punya cucu..." kata Mama Jisya menengahi suami dan putranya.
Sedangkan kedua adik-adik Abnan hanya diam sibuk dengan makanan mereka masing-masing sambil menyimak pembicaraan kakak dan kedua orang tua mereka.
"Bagaimana dengan status wanita itu? Apa Mama sama Papa tidak keberatan?" Tanya Abnan.
Arga dan Jisya saling melempar pandang tak mengerti apa maksud putranya.
"Maksud, Abnan?" tanya Jisya.
"Apa Mama sama Papa mau, kalau wanita itu dari kalangan bawah? Dan statusnya juga seorang janda, sudah memiliki satu orang anak," ujar Abnan tak berkata jujur kalau anak yang dia maksud itu adalah putri kandungnya sendiri.
Uhuk uhuk uhuk
Anim adik nomor 2 Abnan sampai tersedak saat mendengar ucapan kakaknya yang ingin menikahi seorang janda beranak 1.
"Anim, makan itu pelan-pelan, kan udah tersedak kamu." Jisya memberi minum pada putrinya sambil mengoceh.
"Apa sudah tidak ada wanita lain Kak? Kok kakak mau menikah sama janda sih!" Kata Syana adik bungsu Abnan tak setuju jika kakaknya menikah dengan seorang janda apalagi sudah punya anak.
Arga menatap putranya yang hanya diam.
"Soal status sosial itu Papa tidak keberatan. Asalkan jangan istri orang yang kamu maksud, Abnan!" Tegas Arga takut jika putranya menjalin hubungan dan ingin merebut istri orang.
"Tidak. Dia bukan istri orang. Jika Papa sama Mama setuju, maka aku akan segera menikahi wanita itu," Mantap Abnan.
Jisya terlihat menarik nafas dalam tak mengerti apa yang ada dalam pikiran putranya yang ingin menikahi janda beranak.
"Baiklah, bawa wanita itu bertemu dengan kami, kami ingin melihat seperti apa wanita yang sudah menarik perhatian mu,"
"Abnan akan segera membawanya bertemu dengan Mama sama Papa." Abnan berdiri dari kursi, kemudian melangkah pergi dari meja makan.
Drrt
"Hallo, Tuan."
"Mana wanita itu?" Tanya Abnan yang sengaja menghubungi Asistennya.
"Nona Akira bersama putrinya sudah kembali ke rumah temannya, Tuan."
"Bagus. Seperti rencana di awal, culik anak itu!" Baik Tuan.
Abnan menutup panggilan telepon.
Ia menarik laci di mana masih ada foto Akira yang dia simpan dalam laci tersebut.
"10 tahun, akhirnya kita bertemu lagi, Akira." Ujar Abnan menatap foto Akira.
Ada perasaan rindu yang menggebu dari dasar hatinya yang paling dalam. Tapi juga ada perasaan dendam yang menutupi rasa rindu pada wanita yang masih kekal dalam ingatannya hingga kini.
Cinta Abnan untuk Akira tak mengurang sedikitpun, tapi rasa cinta itu ditutupi oleh perasaan dendam yang menyelimuti.
***
"Kapan kau mulai bekerja, Akira?" Tanya Auliya.
"Aku mau bertemu dengan manager dulu. Kata manajer itu, makan siang nanti dia mengajak ku bertemu di resto," jawab Akira sedang menikmati sarapan.
Auliya mengerut kening, "Bertemu di resto? Kok gitu? Untuk apa kalian mau bertemu lagi? Bukannya kau itu memang karyawan cabang di luar kota? Tapi tiba-tiba di pindahkan ke kantor utama ya? Kok pake acara seperti ingin interview segala? Aneh..." Protes Auliya merasa ada yang ganjal.
"Nggak tahu juga, aku cuma ikut peraturan yang sudah ditetapkan oleh atasanku." Jawab Akira tak curiga sedikitpun.
Akira juga merasa sedikit aneh dengan peraturan kantor tempat ia bekerja. Tapi seperti biasa wanita itu tidak ingin ambil pusing.
***
Akira dengan wajah mulai jenuh karena sudah hampir 2 jam dia menunggu di ruang VIP, tapi manajer itu belum juga datang.
Akira sudah beberapa kali menghubungi nomor manajer tersebut. Tapi ponsel manager itu malah tidak aktif.
"Sudah lah, mending aku pulang aja!" Kesal Akira mengambil tas berdiri ingin segera pergi dari ruang VIP.
Tapi baru beberapa langkah kedua kakinya menginjak, terdengar suara yang berbicara padanya.
"Mana benih ku yang sempat menumpang di rahimmu selama 9 bulan!" tanya Abnan pada seorang wanita yang berdiri kaku membelakanginya.
Tubuh Akira membeku ketika mendengar suara bariton seseorang tak asing di belakang punggungnya tak menduga akhirnya pria itu berhasil menemukannya setelah sekian tahun lamanya.
Kak Abnan... Batin Akira membeku seperti manekin dengan tubuh mulai bergetar.
Pria itu mengangkat tangan kemudian mencengkram keras bahu Akira yang masih tak ingin membalik badan.
"Katakan dengan jujur! Dimana kau menyembunyikan anakku, hasil dari jebakanmu!" dingin Abnan penuh penekanan.
Akira bisa merasa kalau pria itu sangat membencinya terdengar jelas dari nadanya.