Seperti kata pepatah, "Setelah kehilangan, barulah dia menyadari perasaannya." Itulah yang dialami oleh Revandra Riddle, pria berusia 30 tahun yang menikahi Airin Castela dalam pernikahan kontrak selama 5 tahun. Pernikahan mereka terjadi karena perjodohan; kedua orang tua Revan sangat menyukai Airin, sementara Erika Queen, kekasih Revan, justru menjadi sosok yang dibenci. Untuk itu, demi memisahkan mereka berdua, orang tua Revan menjodohkan dirinya dengan Airin.
Namun, selama pernikahan itu, Revan tak pernah memberi hatinya pada Airin. Ia terus berlaku kasar dan dingin, menunjukkan kebencian yang mendalam terhadap istrinya. Namun, takdir seakan ingin memberinya pelajaran; suatu hari, Revan mengetahui bahwa Erika, sang pujaan hati yang ia lindungi selama ini, ternyata telah mengkhianatinya. Detik itu juga, Revan tersadar akan kesalahannya. Airin yang selama ini bersabar dengan segala perlakuan buruknya, justru merupakan wanita yang setia dan mencintainya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon gebi salvina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Hari itu, langit cerah dan matahari bersinar terang, memberikan semangat yang luar biasa bagi Airin dan Susi asistennya yang telah bekerja keras selama sebulan penuh untuk mempersiapkan koleksi baru di butik mereka. Pintu butik dibuka, dan tanpa diduga, antrian panjang pelanggan sudah menunggu di depan toko sejak pagi. Mereka tidak sabar untuk melihat dan membeli koleksi baru yang telah ditunggu-tunggu.
"Alhamdulillah, Bu. Saya tidak menyangka, ternyata pelanggan kita juga sangat antusias menyambut produk baru kita," ucap Susi sambil mengelap keringat yang mengucur di keningnya akibat sibuk melayani pelanggan yang datang silih berganti.
Airin mengangguk, tersenyum bangga menatap para pengunjung yang memenuhi butiknya. Ia merasa bahagia melihat hasil kerja keras mereka selama sebulan terakhir kini membuahkan hasil yang sangat memuaskan.
"Susi, pastikan tidak ada pengacau, semuanya harus berjalan lancar, ya," pesan Airin sambil berjalan menyusuri deretan rak yang berisi koleksi terbaru mereka. Ia memastikan setiap detail tampilan produk sudah sempurna dan menarik perhatian pelanggan.
Susi mengangguk, "Siap, Bu. Semoga hari ini kita bisa mencapai target penjualan yang kita inginkan."
Seiring berjalannya waktu, semakin banyak pelanggan yang datang dan pergi dengan tangan penuh membawa tas belanjaan. Mereka terlihat sangat puas dengan produk baru yang ditawarkan Airin dan Susi.
Mereka bekerja keras melayani pelanggan, memastikan setiap orang mendapatkan pelayanan yang memuaskan. Tidak lupa, mereka selalu tersenyum ramah dan menjawab pertanyaan dengan sabar, sehingga pelanggan merasa nyaman dan betah berlama-lama di butik tersebut.
Ketika hari mulai menjelang siang, Airin dan para pegawai merasa lelah namun bahagia. Penjualan hari ini melebihi ekspektasi, dan mereka berhasil mencapai target yang telah ditetapkan. Mereka berpelukan erat, merayakan keberhasilan yang telah diraih bersama.
"Terima kasih, Susi dan semuanya. Kita berhasil," ucap Airin dengan mata berkaca-kaca. "Ini semua berkat kerja keras kita semua."
Susi tersenyum, "Iya, Bu. Alhamdulillah. Semoga keberuntungan ini terus menyertai kita dan butik ini semakin sukses."
Mereka berjanji untuk terus bekerja keras dan memberikan yang terbaik kepada pelanggan, agar sukses yang telah diraih hari ini tidak berhenti di sini, melainkan menjadi awal dari kesuksesan yang lebih besar di masa depan.
...
Saat jam makan siang tiba, Daniel tiba-tiba muncul di pintu butik Airin. Dengan langkah pasti, ia membawa beberapa bungkusan makanan dalam tangan dan wajah ceria yang menular. Airin, yang sedang bersiap untuk keluar membeli makan siang, terkejut melihat kedatangan Daniel yang tak diduga.
"Hey, sayang! Aku membawa makanan untukmu dan yang lainnya," ucap Daniel sambil meletakkan bungkusan makanan di atas meja yang ada di tengah butik.
Para pegawai langsung menghampiri Daniel dengan wajah penasaran, namun senang karena mereka tidak perlu keluar untuk mencari makan siang. Susi, salah satu pegawai, mengucapkan terima kasih pada Daniel.
"Terima kasih banyak, Pak. Semoga butik ini semakin sukses dan lancar," ucap Susi dengan tulus.
"Amin. Terima kasih, Pak," sahut para pegawai lainnya bergantian.
Airin tersenyum melihat perhatian Daniel yang luar biasa. Bukan hanya kepada dirinya, tetapi juga butik dan para pegawainya. Daniel tidak hanya menjadi penyelamat hari ini dengan membawa makan siang, tetapi juga menjadi motivasi bagi mereka semua untuk terus bekerja keras demi mencapai kesuksesan bersama.
Sementara itu, Daniel duduk di sebelah Airin sambil menikmati makan siang bersama. Keduanya tertawa dan bercanda, menikmati waktu istimewa ini. Di tengah kebahagiaan itu, Airin merasa bersyukur memiliki seseorang seperti Daniel di hidupnya, yang selama ini tidak pernah berani untuk sekedar membayangkan saja.
Tawa Airin terdengar renyah, membuat suasana di ruangan itu semakin ceria. Daniel terus menggoda dan menjahilinya, membuatnya tertawa terbahak-bahak. Tiba-tiba, terdengar ketukan pintu yang menginterupsi keceriaan mereka.
"Masuk!" sahut Airin sambil berusaha menahan tawanya.
Pintu terbuka perlahan, Susi masuk dengan wajah yang tampak begitu kesal. Airin dan Daniel saling pandang, lalu Daniel menghentikan godaannya. "Ada apa, Sus?" tanya Airin penasaran.
"Anu... Itu Bu. Di luar ada Non Kayla sama tiga temannya," jawab Susi sambil menghela napas. "Mereka sedang memilih baju-baju di etalase, semua mereka keluarkan. Kayaknya mereka mau mengosongkan butik ini lagi,"
Alis Airin terangkat mendengar cerita Susi, lalu ia tersenyum simpul. "Ya sudah kamu layani, sana," ucap Airin dengan nada lembut. "Oh, jangan lupa hutang mereka hari ini harus lunas, ya. Jangan sampai mereka kabur lagi."
Susi tertegun sejenak, setelah itu dia tersenyum penuh arti, kemudian berlalu keluar ruangan. Airin menatap Daniel yang masih tersenyum geli melihat wajah kesal Susi tadi. Mereka berdua lalu tertawa bersama, menikmati momen kebahagiaan di tengah kesibukan butik mereka.
"Kakak tunggu di sini, aku mau menyelesaikan sedikit urusan, ini penting, kak. Demi keberlangsungan butik ku. " Ucap Airin mengedipkan mata pada Daniel yang duduk di depannya.
Pria tampan berhidung mancung itu tersenyum tipis melihat kedipan kekasihnya, ia mengangguk pada Airin yang hendak pergi sejenak. "Oke, jangan lama-lama, aku masih kangen," ucap Daniel sembari menatap langit-langit butik.
Saat Airin keluar dari ruangan, langkahnya terhenti sejenak begitu melihat Kayla dan teman-temannya yang tengah asik memilih baju-baju.
"Kakak?" wajah Kayla memucat, tidak menyangka kakaknya ada di sana.
Airin menghela napas, mencoba menenangkan diri sejenak sebelum berbicara. "Sus, layani pelanggan," ucap Airin dengan nada tegas.
Wajah Kayla dan teman-temannya berubah cemas, mereka segera berusaha menyembunyikan kepanikan mereka dan mengalihkan perhatian dari kehadiran kakaknya. Sementara itu, Airin duduk di meja kasir, dan ternyata, Susi sudah menghitung hutang-hutang mereka selama ini.
"kak, kenapa kakak ada di sini? " Kayla mendekati Airin yang sedang memeriksa rincian, baju-baju apa saja yang sudah di ambil Kayla dan teman-temannya selama ini.
"Pertanyaan aneh macam apa itu, Kay? " Airin menjawab tanpa melihatnya. "Ini butikku, kenapa aku tidak boleh ada di sini. " Lanjutnya.
Kayla nampak salah tingkah, dia menggaruk kepalanya yang tiba-tiba gatal "Bukan begitu maksudku, biasanya kan Mama, yang mengurus, Kakak tinggal menerima beres saja. "
Airin mengangkat kepalanya, menatap Kayla dengan tajam. "mulai sekarang aku yang handle semua urusan butik, Mama sudah tua, sudah seharusnya dia beristirahat dirumah. " jawab Airin.
Ketiga teman Kayla selesai memilih pakaian, di tangan mereka sudah ada setumpuk pakaian baru, semuanya berharga yang lumayan mahal karena desainnya khusus dan hanya ada satu. Airin tersenyum tipis, kemudian dia meminta Susi menghitung pembayaran.
Airin tersenyum tipis, melihat deretan angka-angka rupiah belanjaan Kayla dan teman-temannya. Matanya menatap tajam, mengekspresikan kejengkelannya yang tertahan.
"Kay, belanjaan kamu hari ini 65 juta, ditambah hutang lama jadi sekitar... 125 juta, ini sudah aku kasih diskon," ujar Airin dengan nada santai, sambil menunjukkan struk belanjaan tersebut kepada Kayla. Ia kemudian menoleh ke arah teman Kayla yang lain, "Dan buat kamu, belanjaan hari ini 45 juta, ditambah hutang jadi 95 juta."
Mendengar angka yang fantastis itu, Kayla dan ketiga temannya terkejut bukan kepalang. Selama ini, mereka hanya datang ke butik Airin, mengambil baju yang mereka suka, dan pergi tanpa pernah membayar. Tidak pernah terpikir oleh mereka bahwa suatu hari nanti, mereka akan ditagih hutang seperti ini.
"Kay, apa maksudnya ini?" tanya salah satu teman Kayla, gadis berambut panjang berwarna coklat, dengan wajah pucat pasi.
Airin menghela napas, lalu menjawab dengan nada tegas, "Maksudnya, saatnya kalian membayar semua hutang kalian di sini. Sudah terlalu lama kalian memanfaatkan kebaikanku dan butik ini. Jadi, sekarang waktunya untuk mengambil tanggung jawab."
Kayla menatap Airin dengan ekspresi bingung, seolah-olah ia tidak mengerti apa yang tengah terjadi. Ia menelan ludah, merasakan getaran di dalam hatinya yang semakin kencang. Tak sanggup menahan emosi, Kayla berteriak, "Kakak! Aku ini adik kakak, sesama keluarga haruskah kita perhitungan seperti ini? Mereka teman-temanku, jangan membuatku malu, kak. "
Airin tersenyum sinis, lalu menjawab, "Kalian memang naif, tapi itu bukan alasan untuk tidak membayar hutang. Kalian sudah dewasa, seharusnya tahu bahwa tidak ada yang gratis di dunia ini. Jadi, bayarlah hutang kalian sekarang juga, atau aku akan melaporkan kalian ke pihak yang berwajib."
Mendengar ancaman itu, wajah Kayla dan teman-temannya semakin pucat. Mereka sadar bahwa mereka tidak punya pilihan lain selain membayar hutang yang menumpuk tersebut. Apalagi saat ini banyak orang yang memerhatikan mereka.
"kak, bisakah kami minta waktu, saat ini kami tidak punya uang sebanyak itu. " Ucap Kayla. Dan ketiga temannya mengangguk.
"Ya ampun, kalian ini. Sudah tau tidak punya uang, masih saja belanja sampai kalap. Butik saya bisa bangkrut kalau kalian terus begini, siapa sih yang berhutang belanja di butik, sepertinya hanya kalian berempat, deh. " Ucap Airin. "Begini saja, struk belanjaannya, aku kirimkan kerumah kalian masing-masing.... "
"Jangan... " Teriak ke empatnya. "Akan kami bayar."
Dengan sangat terpaksa mereka membayar semua belanjaan itu, setelah itu mereka keluar dari butik dengan penuh kemarahan, mereka bahkan mengutuk Airin sepanjang jalan keluar.
Akhirnya, Airin berhasil menyelesaikan urusannya dan segera kembali menemui Daniel. Pria tampan itu tampak lega melihat kekasihnya kembali, dan senyum tipisnya kembali terukir di wajahnya.
"Maaf membuatmu menunggu, Kak," ucap Airin dengan senyum manisnya. "Sudah selesai, kita bisa pulang sekarang."
Daniel mengangguk, membalas senyum Airin sambil meraih tangannya. Mereka berdua kemudian melangkah keluar dari butik, meninggalkan Susi dan pegawai lain yang kembali sibuk memajang baju-baju di etalase yang kosong akibat di borong oleh Kayla dan teman-temannya.
***
Kalau Kayla hidup menderita maka Rudi akan turut menderita kemudian Ibu kandung Airin sakit hati ,
Biar Rudi tahu bagaimana derita Airin setelah kehilangan ibu kandung ketika melihat Kayla menderita , Biar Rudi dan Ibu kandung Airin merangkak di kubur Ayah kandung Airin demi memohon ampun ,
Dosa kita dengan Allah SWT itu mungkin di ampun tapi dosa kita dengan manusia bagaimana mahu mohon ampun kalau orang itu sudah tidak lagi ada di dunia .
glirn ga undang aja,bru hboh...ga ush ngrsa jd krban deh,sdngkn klian jg tau spa pnjhatnya....iri blang dong,ga ush ftnah2 sgla.....tar airin bongkar kbusukan bpkmu sm emak tiri trcntamu....