Tawanan Sang Mafia Kejam

“Nona Aruna sedang hamil..” Marco merasa ngeri. Ia merasa terguncang seolah dokter baru saja menyiramnya dengan air dingin. Dokter masih berbicara, tetapi ia tidak dapat mendengar kata-kata apa pun yang diucapkannya.

‘Aruna hamil’ hanya kata-kata itu yang terus berputar di kepalanya.

‘Fu*k.. aku kacau. Ini salahku. Aku bahkan tidak memikirkan tentang pelindung sebelum nya. Apa yang harus aku lakukan sekarang? Begitu paman David terbangun, dia dan Bastian akan mengetahui bahwa Aruna telah berada di sini sepanjang waktu dan tidak hilang, dan aku malah menghamilinya. Dan jika itu terjadi, maka mereka akan membalas semua perbuatanku padanya Aku tidak bisa seperti ini... paman David dan Bastian, hanya mereka keluargaku yang tersisa’

‘Ini tidak benar, ini hanya mimpi. Aruna tidak mungkin hamil” ucapnya dalam hati.

“Tuan Alaska.. Tuan Alaska..” Marco kembali sadar dan menatap dokter itu dengan bingung.

“Hah?” Marco bertanya, merasa sedikit tersesat dalam percakapan mereka.

“Kau bilang apa tadi?” Marco bertanya.

“Saya memberikan Nona Aruna resep yang perlu dibelikan untuknya. Seperti vitamin, dan beberapa suplemen untuk membuatnya lebih kuat, dan susu khusus ibu hamil yang harus diminum. Dan jangan lupa mengubah pola makannya. Dia juga perlu makan makanan yang bergizi, banyak istirahat, dan menghindari hal-hal yang membuatnya stres. Minggu depan, saya akan membawanya ke rumah sakit untuk USG, agar kami bisa memeriksa kondisi janinnya di dalam perutnya” kata dokter.

“Bolehkah kau membawa peralatannya ke sini saja daripada dia ke rumah sakit? Dia tidak bisa kemana-mana dan kau tahu kenapa kan” kata Marco tegas.

Dokter itu juga yang memeriksa Aruna pada hari Aruna pertama masuk ke Mansion nya Marco. Jadi dokter tahu Aruna sedang dikejar seseorang, dan mereka tidak bisa mengambil risiko.

“Maaf tuan , saya lupa. Baiklah, saya akan membawa USG portabel yang kita punya dari rumah sakit” dokter itu tersenyum canggung.

“Ngomong-ngomong, Saya harus pergi. Mereka baru saja memanggilku lagi.” Dokter menambahkan ketika ia merasakan suasana canggung di dalam kamar tidur. Ia ingin keluar dari sana secepat mungkin.

“Terima kasih sudah datang dengan segera dok” ucapnya Marco dan Marco memandang Aruna ke samping.

“Aku akan mengantar dokter keluar, berbaringlah dulu, setelah itu aku akan kembali” Aruna mengangguk.

Begitu dokter keluar, air mata yang di tahan oleh Aruna akhirnya jatuh membasahi pipinya seperti air terjun.

‘Aku tidak bisa hamil sekarang. Bayi ini.......’ Aruna memegangi perutnya.

‘Bayi ini tidak tercipta karena cinta, dan aku tidak mampu membesarkan anak ini dalam kondisi seperti ini.. Dalam kehidupan yang rumit ini’ Aruna membelai perutnya dengan lembut.

“Aku minta maaf jika kau merasa tidak diterima, sayang. Bukannya aku tidak mencintaimu dan tidak menyambutmu dalam hidupku.. hanya saja aku dan ayahmu tidak saling mencintai. Kehidupan yang aku jalani saat ini adalah terlalu kacau. Dan aku tidak ingin kau mengalami nasib yang sama sepertiku” Aruna mendengus sambil berbicara dengan bayi di dalam perutnya.

“Tapi jangan khawatir, aku akan menjagamu. Sekarang kau di sini, aku akan melindungimu, apa pun yang terjadi. Kau baru saja memberiku alasan bahwa aku perlu hidup kembali. Kita akan menemukan cara untuk menghindari hal buruk di dunia yang kejam ini. Aku berjanji, “katanya, penuh tekad.

Saat Aruna menyeka air matanya, Marco kembali.

“Kita perlu bicara,” katanya tegas.

“Mau menggugurkan bayinya?” tanyanya blak-blakan yang membuat Aruna menatapnya tak percaya.

“Apa?” Aruna kaget.

“Apakah itu pikiran pertama yang terlintas di benakmu?” Aruna memandangnya dengan konyol.

“Itukah yang kau inginkan? Untuk anakmu sendiri?” Aruna dengan kasar menyeka air mata yang terus mengalir di wajahnya.

Kemarahan membuncah dalam dirinya, dan Aruna melemparkan benda terdekat yang ia bisa, untuk dilemparkan ke arahnya Marco, semua bantal di tempat tidur seolah menjadi seperti misil yang menargetkan Marco yang berdiri tidak terlalu jauh darinya.

“Hei.. hei.. hentikan.. hentikan” perintahnya Marco, mereka khawatir karena hal itu akan membuatnya stres dan bisa menyebabkan mereka kehilangan bayinya. Dokter telah memberikan instruksi khusus bahwa kehamilan pertama adalah waktu yang paling krusial dan Aruna harus diawasi dengan sangat ketat.

Kemudian Marco segera duduk di samping Aruna di tempat tidur sambil memeluk lengannya ke samping agar tidak melukai dirinya sendiri, namun Aruna terus memukuli dadanya Marco, meskipun kini setelah Marco mendekat. Ini adalah pertama kalinya Aruna mencoba menyakiti Marco. Bahkan ketika Aruna dihukum, wanita itu tidak pernah melawan.

“Aku tidak bermaksud akan melakukan hal itu. Aku hanya bertanya karena aku berpikir kau tidak akan mau memiliki bayi itu karena itu bagian dari diriku” ucap Marco dan Aruna berhenti dan mendorongnya menjauh.

“Jika kau tidak menginginkan anak ini, maka bebaskan kita. Aku berjanji kita tidak akan pernah mengganggumu atau setiap bagian yang ada dalam hidupmu. Lupakan aku dan bayi ini, seolah kami tidak pernah ada, dan aku akan membesarkan anakku sendirian” Aruna menatap padanya dengan rasa jijik.

“Aku bukan iblis, seperti mu! Aku tidak mampu membunuh anak di dalam perutku ini. Meski bukan karena cinta, bayi itu tetap polos dan tidak ada hubungannya dengan kekejamanmu terhadap ku” Kata-kata yang diucapkan Aruna seolah membuka mata hatinya Marco. Hal ini membuatnya sadar bahwa menggugurkan bayinya adalah tindakan yang tidak benar. Aruna berhenti mengomel saat menyadari Marco menatapnya tanpa mengedipkan matanya. Dan ia mengerutkan kening.

‘Apa yang dia pikirkan sekarang? Merencanakan bagaimana cara melenyapkan anak ini tanpa aku sadari?’ Aruna bertanya-tanya.

“Menikahlah denganku kalau begitu” Mulut Aruna menganga.

‘Apakah ini semacam lelucon? Ini tidak masuk akal.. dia jadi gila. Apakah ini solusinya? Mengapa dia tidak memikirkan bayinya saja?’ pikirnya sambil menatap pria konyol di sampingnya.

“Apakah kau gila? Ini adalah solusi yang kau temukan?” tanyanya.

“Kenapa aku harus menikah denganmu? Kita sama-sama tahu kalau kita tidak punya perasaan satu sama lain!” bentak Aruna padanya.

‘Jadi ketika ayah kandungmu mengetahui perbuatanku, dia tidak punya pilihan selain menerima bahwa kau adalah istriku. Aku tidak bisa kehilangan kalian semua karena kebodohanku’ pikir Marco.

“Aku tidak ingin kau pergi. Seperti alasanmu tadi, dia adalah anakku yang ada di dalam dirimu juga. Dan aku akan bertanggung jawab menjadi ayah bagi anak itu. Selain itu, aku tidak ingin bayi itu menjadi anak haram” Aruna menatapnya seolah ia mendengar alasan paling buruk yang pernah ia dengar sepanjang hidupnya.

“Tidak. Aku tidak akan menerima lamaranmu” jawabnya dengan tegas.

“Aruna, aku tidak bertanya padamu, dan aku tidak menerima jawaban tidak. Aku sudah memberitahumu, dan kau tidak punya pilihan. Itu adalah perintah. Aku akan menelepon pengacaraku untuk mengatur semua hal, mengurus dokumen, agar kita bisa mendapatkan akta nikah kita secepatnya. Kalau kau tidak ingin menggugurkan bayimu, maka kau tidak punya pilihan selain menikah denganku” kata Marco dengan tegas. Mengepalkan tangannya, Aruna menjawab. ‘Aku benci kau, Marco Dewata Alaska! Aku membencimu sampai mati!’ bahkan Aruna melemparkan resep dari dokter itu ke wajahnya Marco dan menutupi dirinya dengan selimut, membuat Marco memandangnya dengan geli.

“Baiklah, aku akan menikahimu,” katanya Aruna dengan suara teredam selimut.

Prang!

Marco dan Aruna sama-sama melihat ke arah pintu ketika mereka mendengar sesuatu.

‘Siapa itu?’ mereka berpikir dan saling memandang.

Marco memeriksa siapa yang berani mendengarkan percakapan mereka . Ketika ia melihat ke luar, ia tidak melihat siapa pun.

‘Siapa pun itu.. cepat atau lambat aku akan mengetahuinya’ Marco berpikir sambil mengertakkan giginya.

Salah satu perintahnya di dalam wilayahnya adalah untuk tidak menguping pembicaraannya, tetapi seseorang melanggar hukumnya.

Tebak guys, kira-kira siapa??