Disarankan baca "Dear, my first love" dulu ya🙃
"Kalo jalan yang bener, pake mata dedek."
Tangan Shawn setia berada di pinggang Zuya agar gadis itu tidak terjatuh dari tangga. Dan lagi-lagi gadis itu menatapnya penuh permusuhan seperti dulu.
Pertemuan secara kebetulan di tangga hari itu menjadi awal hubungan permusuhan yang manis dan lucu antara Shawn dan Zuya, juga awal dari kisah cinta mereka yang gemas namun penuh lika-liku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 3 - Ijin mau ...
"Berdiri di sana."
Shawn menunjuk ke arah kiri papan tulis. Zuya menanamkan matanya baik-baik kepada Shawn, bukti bahwa dia sangat dongkol pada laki-laki itu. Pasti Shawn sengaja ingin mengerjainya mentang-mentang laki-laki itu dosen dan dia adalah muridnya.
Jelaslah Zuya tidak bisa melawan lelaki tersebut di depan orang-orang. Posisinya tidak menguntungkan. Dia juga pasti akan mendapatkan peringatan dari pihak kampus kalau melawan dosen. Yang bisa Zuya lakukan sekarang adalah menurut saja karena kenyataannya dia memang datang terlambat.
Ujung bibir Shawn berkedut melihat ekspresi kesal Zuya. Lalu kembali datar lagi saat menatap ke depan.
"Mulai hari ini dan seterusnya, saya akan menggantikan profesor Sunan. Kalian pasti sudah dengar. Sekali lagi saya ingatkan, saya tidak akan memberikan toleransi bagi siapa saja yang terlambat masuk ke dalam kelas saya, apapun alasannya. Kalau kalian tahu sudah terlambat, lebih baik jangan masuk saja sekalian. Paham?"
Shawn pembawaannya memang galak dan ketus kalau sedang bekerja. Makanya dikantor yang dia pimpin sebelum melepaskan jabatannya kepada Adam, semua karyawan sangat takut padanya dan bekerja dengan tertib, jarang bergosip.
Memang ada gosip, tapi tidak mereka lakukan di waktu kerja. Biasanya para karyawan Shawn akan bergosip di jam istirahat. Bahan gosip mereka pun kebanyakan tentang Shawn. Katanya Shawn itu laki-laki idaman semua wanita, sayangnya terlalu galak bikin banyak wanita takut mendekatinya.
"Paham paak ..."
Semuanya menyahut kompak. Sementara Zuya mencak-mencak tidak jelas dengan pandangan menghadap papan tulis, membelakangi teman-temannya.
Warni dan Ayu di hukum berdiri bersama empat orang yang berdiri di awal mereka masuk. Hanya Zuya yang berdiri seorang diri paling depan. Sungguh, rasanya Zuya ingin mencakar om-om itu. Kenapa pake jadi dosen dikampus ini sih? Bikin kesal saja.
"Baiklah, sekarang kita lanjut." kata Shawn lagi kembali melanjutkan materi yang dia bawakan tadi.
Sementara laki-laki itu mengajar dengan serius, mata Zuya sesekali meliriknya. Diam-diam gadis itu memperhatikan Shawn.
Shawn memiliki tinggi badan yang kemungkinan ada di 188 cm, sama dengan abangnya Anson. Tubuh Shawn atletis dan proporsional, membuktikan bahwa laki-laki itu rajin berolahraga. Pasti tidak pernah absen. Abangnya saja yang sudah hampir tiga tahun menikah dan memiliki anak satu, badannya tetap proporsional karena tak pernah absen dari yang namanya olahraga. Tentu saja di dukung pula dengan makanan dan pola hidup sehat.
Kalau Zuya yang dipaksa olahraga sih mana mau dia. Mendingan tidur-tiduran lebih enak. Lagian tubuhnya terbilang enak dilihat. Tidak gemuk, tidak kurus pula. Dan bukannya sombong, parasnya pun cantik. Pokoknya dia sudah puas deh.
Balik ke Shawn. Zuya masih diam-diam memperhatikan laki-laki itu, ternyata om-om itu ganteng juga. Ganteng banget malah. Apalagi kalau sedang serius kayak sekarang. Kharismanya terpancar. Lihat para gadis di dalam sana, semuanya keliatan terpesona melihat Shawn.
Lantas kenapa Zuya menyebutnya om-om jelek? Padahal laki-laki itu sangat tampan dan wajahnya belum om-om. Kalau umur laki-laki itu sama dengan kak Aerin, berarti sekarang usianya dua puluh sembilan tahun dong?
Beda sebelas tahun sama Zuya. Cukup jauh dengan Zuya yang baru berusia delapan belas tahun. Pantas juga sih dipanggil om. Tapi kalau panggil tampang menawan seperti itu jelek ... Ah biar deh. Siapa suruh tiap ketemu laki-laki itu bikin dia kesal terus.
"Lima menit waktu kalian menjawab tiga soal yang saya berikan tadi. Kerjakanlah."
Semua mahasiswa yang duduk di depan sana kini fokus menulis, menjawab soal-soal yang diberikan Shawn. Padahal baru pertama kali masuk, eh sudah dikasih ujian mendadak saja. Zuya bernapas lega karena dia tidak termasuk dari teman-temannya disuruh mengerjakan soal. Ada untungnya juga dia datang terlambat dan di hukum.
"Kau juga akan aku beri soal untuk kau jawab, jangan senang dulu dedek. Di kelas, kau harus patuh padaku." bisikan kecil ditelinganya sontak menghilangkan senyuman di wajah Zuya.
Entah sejak kapan Shawn sudah berdiri di dekatnya dan seolah tahu apa yang dia pikirkan dalam hatinya, seperti cenayang. Semua orang di depan sana sedang fokus menjawab soal, teman-temannya yang lain yang dapat hukuman sama dengan dia pun berdiri membelakangi mereka, jadi mereka tidak perhatikan ketika Shawn mengambil kesempatan mendekati Zuya dan berbisik di telinga gadis itu.
Terjadi adu tatap antara keduanya. Tatapan Zuya seperti kucing garang yang ingin menyantap Shawn sampai habis tak bersisa. Shawn sendiri menikmatinya. Biasanya dia tidak suka pada orang yang memandanginya seperti ini, tapi beda cerita kalau gadis ini yang memberikannya tatapan garang seperti itu. Keliatan lucu saja. Membangkitkan semangat Shawn untuk terus menggodanya.
"Jangan jutek begitu, nanti wajahmu berubah jadi kodok."
Ih sebal sekali. Lebih sebal lagi karena Zuya tidak dapat melakukan apa-apa. Ini di kelas, ada banyak orang, dan laki-laki itu adalah dosennya. Huftt ... Apes sekali deh nasibnya pokoknya.
"Pak Shawn ..."
Seorang gadis seumuran Zuya mendatangi Shawn yang berdiri di dekat Zuya. Raut wajah laki-laki itu berubah datar lagi. Wibawanya sebagai seorang dosen harus terlihat agar tak ada yang menganggap remeh dirinya sebagai dosen baru yang masih muda.
"Sa ... Saya sudah selesai jawab semua soalnya pak." gadis itu memberikan buku ditangannya ke Shawn. Laki-laki itu melangkah ke mejanya, menjauh dari Zuya.
Zuya memperhatikan gadis yang mengekor di belakang si om jelek. Gadis itu malu-malu kucing pada Shawn. Zuya tidak tahu siapa namanya, kayaknya gadis itu dari kelas lain. Pokoknya nggak sekelas sama dia.
"Jawabanmu salah semua. Kalau kau tidak mau memperbaiki dan tetap mengumpulkan jawaban yang ini, jangan kaget dengan nilai yang akan kau terima." kata Shawn menatap gadis itu. Gadis itu menunduk malu.
Sedang dari belakang sana Zuya menertawainya. Sudah cepat-cepat kumpul, ternyata salah semua. Kasihan sekali.
"Aku tidak menyuruhmu tertawa, Zuya."
Shawn menyebut nama Zuya dari mejanya. Mengundang perhatian beberapa mahasiswa yang duduk dibagian depan. Senyuman di wajah Zuya pun menghilang seketika. Ia tidak menyangka sama sekali kalau pria itu akan menyebut namanya langsung. Malu juga sih ditegur di depan banyak orang.
"Dan kau,"
Dosen muda itu kembali melirik gadis di sebelahnya.
"Ambil ini dan kerjakan lagi. Perhatikan soalnya baik-baik sebelum menjawab." kata Shawn tegas. Gadis itu mengambil bukunya dari tangan lelaki itu dan kembali ke tempat duduknya dengan wajah tertunduk.
"Bapak dosen!"
Zuya tiba-tiba berseru kuat. Ia tak tahan lagi berdiri terus.
Shawn menoleh. Yang lain juga ikut mengangkat kepala penasaran apa yang ingin Zuya lakukan.
"Aku minta ijin mau berak!"
Dan teriakan kencang itu sontak membuat semua orang di dalam sana tercengang.
trs td yg sakit papanya skrg kenapa jd mama nya??? di ingat ingat lah author biar pembaca tdk bingung 😕