NENEK PAHLAWANKU

"Jadi ini perbuatanmu Mirah..?"

"Kau jangan asal nuduh keparat..!!.. Saat ini kematianmu dan tak akan ada yang tahu karena ini bukan di tempat banyak orang, mau njerit sekeras kerasnya tak akan ada yang tahu." kata Nenek Samirah dengan santai, ingin memancing kemarahan musuhnya.

Su Yoa melihat ke kanan dan ke kiri jauh mata memandang tak ada gerakan orang satupun, sedangkan temannya Andi di hajar habis habisan oleh Jimi.

"Jimi..!! Bunuh dia biar tak ada saksi."

"Baik nenek guru..." jawab Jimi senang seraya mendekat ke arah Andi yang ketakutan sampai gemetar.

Su Yoa melihat temannya di hajar Jimi ingin membantu namun penglihatannya seketika berubah ia tak melihat siapapun di sekitarnya.

"Ajian apa yang kau pakai Mirah..?!"

"Hehehehehe... Hihihihi... Mau mampus saja kau bertanya bedebah..!!"

Awalnya Su Yoa tak berniat melawan nenek Samirah hanya ingin melihat rumah dan tempatnya untuk mengatur strategi agar bisa menguasai lahan namun apa dayanya ia mengalami keanehan yang tak bisa di hindari.

"Terpaksa aku harus melawannya, aku tak mau mati konyol."

"Hehehehe.. Hihihihi... Apa yang kau pikirkan pembunuh..!.. Jimi..! Buang mobil itu ke dalam jurang."

"Baik guru...!" jawab Jimi mematuhi setiap perintah gurunya.

Dengan tenaga dalam Jimi mendorong mobil masuk ke jurang dan.."Glodak.. Glodak glodak.. "BUUUUUM" mobil hancur terbakar namun tak satupun orang melihat padahal di tempat itu lagi rame orang yang ingin berwisata ke Curug Surodipo.

Su Yoa tertegun dan ada rasa menyesal datang ke mari bahkan menyesal membunuh suaminya, padahal mereka satu perguruan.

"Su Yoa tak perlu basa basi ayo lawan aku sekarang..!"

"Mirah.. Mohon maafkan aku.. Aku menyesal telah membunuh suamimu.." kata Su Yoa seraya duduk dan menyatukan kedua tangan di dada.

"Percuma kau meminta maaf, karena aku sudah berjanji pada suamiku untuk membalasmu bedebah..!!"

Nenek Samirah berjalan mendekati Su Yoa namun Su Yoa masih duduk di tempat, ia mengalirkan tenaga dalam di tangan kanannya dan saat nenek sudah berada di dekatnya dengan cepat Su Yoa merebut tongkat nenek dengan menarik ke arahnya, secara reflek nenek terjengkang ke depan namun tidak sampai jatuh.

Terjadilah tarik menarik tongkat nenek, segera nenek mengalirkan tenaga dalam dan ajian Brajamusti ke tongkatnya. Mendadak tongkatnya menjadi bara api yang panas dan Su Yoa melepaskan sambil mundur..

"Keparat kau Su Yoa, licik kau.. Rasakan seranganku... Hiaaaaaat.... Nenek Samirah melompat ke udara sambil menunjuk muka Su Yoa dengan tongkatnya, Su Yoa bersiap dan menangkis serangan tongkat dengan pedangnya yang ia cabut langsung, "TRANG BUUUUM.." Ledakan terjadi tatkala pedang dan tongkat beradu. Mereka bergulingan mundur.. Nenek memegangi dadanya yang nyeri, di alirkannya tenaga dalam ke dadanya agar hilang rasa nyerinya.

Begitu juga Su Yoa malah lebih parah, mulut mengeluarkan darah segar.

"Kau setelah membunuh suamiku merasa di atas angin ya sampai tak pernah melatih diri..?!"

Su Yoa terdiam mendengar ocehan lawannya, ya dirinya memang tak pernah berlatih sejak membunuh suaminya hanya melatih 2 orang murid yang kini telah tiada dan menderita satunya.

"Kau yang membuat dua muridku lumpuh..?"

"Ya... Aku yang membuat muridmu menderita, seharusnya aku langsung membunuhnya namun aku ingin kau tahu agar bisa aku membalaskan kematian suamiku."

Dengan geram Su Yoa maju menyerang nenek Samirah, sabetan demi sabetan mampu di hindari nenek Samirah, menangkis dengan tongkatnya.

"Trang... Trang .. Duaaaaak..." Su Yoa terpental mundur, pedangnya di tancapkan ke tanah dia langsung duduk memusatkan pikiran, dengan gerakan kedua tangan memutar ke depan ia mengalirkan energi tenaga dalam ke pusat kedua tangannya, angin berhembus memutar bagaikan puting beliung mengelilingi tubuhnya.

Nenek Samirah tak ketinggalan pula. Berdiri dan tongkat di tancapkan ke tanah lalu dengan kedua tangan terlentang ke kanan dan ke kiri lalu berputar searah jarum jam. Dan...

Kedua lawan itu melesat ke depan beradu tenaga dalam..

"BLAAAAARRR........!!!"

Su Yoa terpental ke belakang menabrak pohon bambu cendani sampai terseret ke tengah dengan bambu yang tercabut akarnya dan Su Yoa ambruk sambil memuntahkan darah segar.. Dengan kepayahan ia berjalan merangkah ke depan.

Sedangkan nenek Samirah juga terpental menabrak rimbunan pohon bambu dan memuntahkan darah di mulutnya dan dengan cepat nenek Samirah duduk bersila, Jimi yang melihat gurunya muntah darah segera berlari dan duduk di belakang gurunya menyalurkan hawa murni lewat punggung nenek.

Su Yoa merangkah mendekati pedangnya namun tak di sangka tongkat nenek Samirah yang di tarik di genggaman tangannya langsung di lemparkan ke arah lawan.

"JLEEEEB" HUAAAAAAAA.....!!!! Su Yoa kesakitan karena pahanya tertancap tongkat nenek Samirah.

...