Terpaksa Menikahi Sang Mantan

Shanum membuka matanya, ia melihat sang suami yang tengah menopang kepalanya menatap wajahnya dengan lekat. Melihat hal tersebut, Shanum pun langsung menutup wajahnya dengan selimut karena merasa malu.

"Kenapa ditutup, Sha?" tanya Arga yang mencoba membuka selimut yang menutupi wajah cantik istrinya itu. Dilihatnya dengan seksama, entah mengapa cantiknya Shanum tak pernah membosankan bagi Arga.

"Aku malu, Ga!" Shanum masih menahan selimut tersebut. Ia malu baru saja bangun tidur tiba-tiba Arga menatapnya dengan seksama.

"Kenapa harus malu, Sha? Aku kan sudah lihat sampai ke bawah-bawah," celetuk Arga yang langsung membuat Shanum membuka selimut yang menutupi wajahnya dan melemparkan tatapan tajam pada suaminya itu.

"Begini kan lebih cantik. Bidadariku, istriku," puji Arga sembari merapikan rambut yang menutupi wajah sang istri.

"Lain kali jaga ucapannya, Ga. Malu kalau didengar orang lain," tukas Shanum mengerucutkan bibirnya karena ucapan Arga sebelumnya yang cukup membuat dirinya tercengang.

"Iya istriku, sayangku, pujaan hatiku," ucap Arga sembari menciumi wajah Shanum bertubi-tubi.

Arga benar-benar mengalami yang namanya bucin berat. Ucapan-ucapan manis selalu saja dilontarkan pada sang istri, dan bahkan ia juga tak malu-malu menunjukkan sikap manjanya di depan Shanum.

....

Arga dan Shanum telah rapi seusai membersihkan diri. Keduanya pun menuruni anak tangga, hendak menikmati sarapan mereka.

Oh iya, sejak memutuskan saling mencintai, mereka tak lagi tidur terpisah ranjang. Kini Shanum sudah tidur di kamar suaminya. Dan sekarang, mereka tengah merencanakan program kehamilan, mengingat usia mereka yang sudah kepala tiga.

"Sayang, karena kita sedang menjalani program kehamilan, aku meminta bibi memasakkan sayur-sayuran hijau dan juga telur rebus untuk kamu konsumsi. Dan jangan lupa, memakan buah ini," ujar Arga menunjuk buah kurma yang masih muda.

"Ga, ini kan kurma mentah. Pasti rasanya tidak enak," bantah Shanum.

"Kurma muda ini sangat banyak manfaatnya, Istriku. Rasanya mungkin sedikit asam, dan sepat. Tetapi yakinlah, khasiatnya luar biasa. Apakah kamu tidak ingin mempunyai momongan?" tanya Arga.

"Tentu saja aku mau!" seru Shanum.

"Ya sudah, sekarang kamu makan ya. Walaupun tidak enak, paksakan sedikit," tutur Arga.

Shanum pun menganggukkan kepalanya. Ia mulai memakan makanan yang ada di atas meja. Meskipun sangat ingin memakan mie instan di pagi hari ini, akan tetapi untuk saat ini ia harus menahannya. Demi menjalani promil, dan lekas mendapatkan kabar bahagia nantinya.

Setelah selesai sarapan, Shanum dan Arga kembali menjalani aktivitas seperti biasanya. Shanum kembali ke butik, dan Arga kembali untuk beraktivitas di kantor.

"Aku bawa mobil saja ya," ujar Shanum yang tak ingin merepotkan suaminya karena harus mengantar dirinya terlebih dahulu ke butik, baru berangkat ke kantor.

" Tidak ku perbolehkan! Pokoknya kamu ikut denganku dan biar aku yang mengantarmu," ucap Arga.

"Tapi kamu nantinya repot, Ga. Aku bisa nyetir sendiri," ujar Shanum yang masih memaksakan diri.

"Aku justru senang jika direpotkan olehmu," ucap Arga yang langsung membuka pintu mobilnya. Lalu kemudian mempersilakan sang istri untuk masuk ke dalam kendaraan tersebut.

Mau tak mau, Shanum pun harus mengikuti instruksi dari suaminya. Ia cukup terkesan dengan perhatian-perhatian yang diberikan oleh Arga. Namun, ia juga tak ingin terlalu merepotkan.

"Sekarang waktunya berangkat!" ujar Arga menghidupkan mesin mobilnya dan melaju menuju ke jalanan.

"Nanti kalau pulang, kamu kabari aku juga ya. Biar aku yang menjemputmu," ucap Arga dengan pandangan fokus ke jalanan. Sesekali ia melirik sang istri yang ada di sampingnya.

"Aku pulang naik taksi saja, Ga."

"No, Sha! Aku akan menjemputmu. Aku tidak akan membiarkan kamu dijemput oleh pria lain, tanpa terkecuali itu adalah supir taksi atau pun tukang ojek." Arga menggelengkan kepala sembari berucap tegas pada istrinya.

"Dasar bucin akut," cecar Shanum sembari terkekeh geli.

Arga pun melakukan kendaraan roda empat tersebut menuju ke jalanan. Saat diperjalanan, mereka masih menyempatkan waktu untuk berbagi cerita, karena menurut Arga, dunianya hanyalah Shanum setelah menikah.