NovelToon NovelToon
Cinta Tak Harus Kamu

Cinta Tak Harus Kamu

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintamanis / Cinta Seiring Waktu / Wanita Karir / Romansa
Popularitas:2.6M
Nilai: 4.8
Nama Author: dtyas

Saat sedang menata hati karena pengkhianatan Harsa Mahendra -- kekasihnya dengan Citra -- adik tirinya. Dara Larasati dihadapi dengan kenyataan kalau Bunda akan menikah dengan Papa Harsa, artinya mereka akan menjadi saudara dan mengingat perselingkuhan Harsa dan Citra setiap bertemu dengan mereka. Kini, Dara harus berurusan dengan Pandu Aji, putra kedua keluarga Mahendra.

Perjuangan Dara karena bukan hanya kehidupannya yang direnggut oleh Citra, bahkan cintanya pun harus rela ia lepas. Namun, untuk yang satu ini ia tidak akan menyerah.

“Cinta tak harus kamu.” Dara Larasati

“Pernyataan itu hanya untuk Harsa. Bagiku cinta itu ya … kamu.” Pandu Aji Mahendra.

=====
Follow Ig : dtyas_dtyas

Saran : jangan menempuk bab untuk baca y 😘😘

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CTHK 26 ~ Dasar Om-om

“Terima kasih,” ucap Dara sebelum membuka pintu mobil.

Setelah gadis itu mengungkapkan kegundahan hatinya, tidak ada percakapan selama perjalanan bahkan sampai mobil sudah terparkir rapi di carport kediaman keluarga Mahendra.

“Hm. Langsung tidur dan jangan ….”

“Om Pandu, jangan begitu,” rengek Dara karena Pandu masih saja memberikan perhatian dan nasehatnya.

“Begitu kenapa?”

“Ck, jangan terlalu perhatian.”

“Mau aku kasih perhatian atau kasih uang, itu adalah murni hak aku. Kamu suka ya terima, tidak ya abaikan saja. Gampang ‘kan?”

“Apa Om Pandu juga seperti ini ke semua perempuan?”

“Tentu saja tidak. Contohnya, adikmu, bundamu lalu bibik dan … tidak ada. Seingatku memang hanya … kamu.”

Dara menghela pelan, ternyata Pandu memang pria bebal. Dikira akan paham dan membatasi sikapnya, yang ada malah kebalikan.

“Terserah, Om saja. Mungkin efek rambut gondrong jadi nggak paham-paham, otaknya sudah tercampur dengan akar rambut.”

Ucapan Dara, sukses membuat Pandu tergelak.

“Berani kamu ya,” ujar Pandu lalu melepas seatbelt.

Dara gegas membuka pintu mobil dan berlari sambil berteriak, “Selamat malam, Om Gondrong.”

“Aish, bagaimana bisa aku harus menjauh. Tingkahnya makin … argh.”

Mengabaikan Dara yang sudah berlari ke dalam karena mobil gadis itu akhirnya tiba diantar oleh salah satu orang kepercayaannya. Setelah menerima kunci mobil, Pandu masuk ke dalam rumah sambil bersiul. Namun, langkahnya terhenti ketika melihat pintu ke arah taman terbuka.

Sebenarnya bukan masalah, akan ada pekerja di rumah itu yang akan memastikan semua pintu dan jendela terkunci ketika malam. Yang membuatnya peduli adalah suara yang didengar dari luar. Suara percakapan Dara dan Harsa. Pandu pun sengaja menguping dan akan keluar di waktu yang tepat.

“Apa sudah ada pria lain?”

“Sudahlah Mas, jangan cari kambing hitam. Kalaupun ada, aku pastikan hubungan itu murni terjadi setelah hubungan kita selesai.”

“Kita perbaiki lagi hubungan yang ….”

“Tidak ada yang perlu diperbaiki diantara kita. Justru yang harus Mas Harsa lakukan adalah jangan pernah berharap dan memaksa kalau kita bisa baik-baik saja dan kembali seperti dulu. Lama-lama aku muak mendengarnya.”

“Jangan sombong Dara, aku tahu Bundamu sudah mendesak agar kamu cepat menikah. Aku bisa kabulkan itu, bahkan sekarang pun bisa. Tidak akan sulit karena sebelumnya ada cinta diantara kita dan aku yakin sampai sekarang pun masih, jangan menyangkalnya.”

“Betul, aku memang ada perasaan cinta, tapi itu dulu.”

“Jangan munafik, aku tahu bagaimana kamu sangat menaruh harapan agar kita bisa menikah karena kamu sangat mencintaiku. Aku minta maaf, mari kita bersama lagi.”

Dara terkekeh. Entah Harsa tidak mengerti atau memang bod0h. Mana mungkin dia akan kembali pada pria yang menorehkan luka. Setiap saat bersama Harsa hanya akan mengingatkan dengan pengkhianatannya.

“Mas Harsa, aku sudah memaafkanmu. Untuk melupakan itu yang sulit. Kita memang pernah saling cinta, tapi cinta tak harus kamu,” ungkap Dara. “Jangan ganggu aku lagi,” ujarnya lalu meninggalkan Harsa.

“Dara!” panggil Harsa.

Saat melewati pintu, Dara terkejut karena Pandu berdiri dengan bersandar pada dinding dan tangan bersedekap. Sempat saling tatap kemudian berlalu meninggalkannya tanpa kata. Terdengar umpatan Harsa, lalu melewati pintu dan berhenti di depan Pandu.

“Sedang apa kamu?”

“Menurutmu?” Pandu malah balik bertanya.

“Apa tidak ada lagi hal yang bisa kamu kerjakan, malah menguping pembicaraanku dan Dara.”

“Aku tidak sengaja menguping, tapi memang telingaku bekerja dengan sempurna. Apa yang kalian bicarakan terdengar olehku. Lagi pula, aku ingin berada di sini, di sana dan di manapun juga melakukan apapun, itu bukan urusanmu.”

Pandu sudah melangkah meninggalkan Harsa, tapi berhenti lalu berbalik.

“Ah iya, ini terakhir kalinya aku dengar kamu memaksa Dara untuk kembali denganmu. Apa tidak ada perempuan lain sampai harus mengemis seperti itu, tapi baguslah kalau Dara enggan kembali.” Pandu tersenyum sinis.

“Kamu menyukai Dara?”

“Coba saja kamu perhatikan baik-baik. Dari fisiknya, apa ada alasan untuk tidak menyukainya?” tanya Pandu lalu menggelengkan kepala. “Dia … sempurna, berkilau bagai berlian. Sayangnya, ada pria bod0h yang membuang berlian itu dan memungut sampah.”

“Jangan ikut campur, kamu tidak tahu masalah sebenarnya.”

Lagi-lagi Pandu terkekeh. “Masalah kalian hanya satu, kamu pria brengs*k, tapi aku bersyukur karena Dara saat ini jomlo. Paling tidak ada peluang untukku. Dara biar jadi urusanku, kamu urus saja CItra agar tidak mencari perhatian dariku.”

Harsa mengepalkan tangannya. Kesal, sudah pasti. Dara bersikeras menolaknya. Lalu Pandu, malah mengancam dan CItra membuat semua rencana masa depannya berantakan.

Sedangkan di kamar Dara. Setelah mandi dengan air hangat dan sudah berganti gaun tidur, ia pun sudah dalam posisi berbaring dan memejamkan mata. Dahinya mengernyit ketika ponselnya berdering dan bergetar. Sempat mengabaikan sampai deringnya berhenti, tidak lama kembali lagi berdering.

“Hah, siapa sih telpon malam-malam.” Ternyata Pandu, tidak ingin menambah masalah dan akan menjadi panjang urusan dengan pria itu, panggilan pun dijawab.

“Hm.”

“Tidurlah, jangan pikirkan Harsa. Pilihan lain, kamu boleh pikirkan dan mimpikan aku.”

“Dasar Om-om nggak jelas,” teriak Dara lalu mengakhiri panggilan.

 \=\=\=\=\=

Pandu : thor, gue lagi usaha nihh

 

 

1
⚘️ɛ.
dan pada akhirnya dua²nya gagal..
⚘️ɛ.
jadi ceritanya: "kau khianati aku, kugaet pamanmu." 🙂‍↕️
⚘️ɛ.
aah, lemah adek yg gondrong² bwangg..
⚘️ɛ.
yaiyalah mepet² mak tiri, calon suaminya sultan, kan mayan kecipratan juga..
⚘️ɛ.
maunya kamu rekam, Ra..
⚘️ɛ.
kebalik neng, Harsa yg tidak pantas utk kamu..
Siti Sarifah
Luar biasa
Asri Devi
dihh ngarep
Asri Devi
nah lho...jealous 😄
Maria
Luar biasa
Maria
Lumayan
Dang Antie
Luar biasa
Sri Lestari
skali2 visualnya jgn orang korea dong...orang barat kek aho blasteran gitu lon keren thor...
echa purin
👍🏻
Ita Putri
semoga itu gejala kehamilan dara
Asri Devi
dihh najongg
Rahma Lia
Luar biasa
Surya Hermawan
dara hamil lagi ???/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
suryani duriah
Luar biasa
Surya Hermawan
kok pingin gaplok muka pandu ya /Facepalm/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!