AKU IBUNYA

Hai kak, Setelah baca hangat lupa like dan beri dukungan 🌷💖

Amir yang melihat pengirim paket itu pergi dari rumah Maria, segera menuju ke teras rumah, mengambil bangkai tikus mati itu, lalu memasukkan kembali ke dalam kotak, dan membungkusnya dengan cantik.

Amir melangkah pergi menuju ke mobilnya, di dalam mobil sudah ada satu paket lagi yang susah dia siapkan.

Amir menuju ke rumah Santi, dia menirukan cara mereka, mengirim paket lalu mengetuknya.

" Ih siapasih malam malam begini bertamu." gumam Sinta. Wanita paruh baya itu masih asyik menonton TV sambil bermain gawai.

Sinta menuju ke depan, mencari tahu siapa yang datang, tapi tak ada seorang disana. Sinta melihat sebuah kotak cantik di bawah kakinya. Sinta merasa penasaran dengan paket itu. Pas Juga dengan kedatangan Dira.

" Ma, Dira baru dapat kabar kalau teror pertama kita berhasil, dan tunggu teror besok pagi lagi." kata Dira yang baru saja tiba di rumah.

Dira memperhatikan kotak yang mamanya pegang, Dira merasa penasaran dengan kotak tersebut.

" Kotak apa itu ma, cantik sekali? " tanya Dira

" Tau nih, tadi ada yang ketok pintu, tapi tidak ada orang, dan paket ini sudah ada di disini." jawab Sinta.

Dira yang masih penasaran mengambil kotak tersebut dari tangan mamanya, kau dengan tidak sabar membukanya.

Begitu kotak di buka Dira langsung melemparkan kotak tersebut dan berteriak kencang, Dira sangat jijik dengan binatang tikus, makanya Dira langsung melompar ke belakang tubuh Sinta.

" Ma, kenapa paket yang kirim malah berbalik ke sini?" heran Dira. Sinta segera menghubungi Rocky, Rocky memastikan kotak tersebut sudah sampai di tangan Maria, bahkan gadis itu sudah membuka, Rocky juga mengirim bukti vidio dimana Maria berlari ketakutan melihat isi Paket.

" Aneh." Gumam Sinta.

Sinta dan Dira memutuskan untuk masuk ke dalam rumah saja, tapi begitu mereka berbalik, ada seorang pemuda datang.

" Permisi nyonya, apa ini benar alamat rumah Bu Sinta atau nona Nadira? " tanya Amir dengan sopan, dia memakai topeng karet sehingga Sinta maupun Dira tidak akan tahu wajah Asli Amir.

" Iya benar mas, paket darimana ya, perasaan kami tidak memesan paket?" Tanya Dira.

Amir mebaca nama pengirim paket tersebut, disana tertera nama Safira Putri.

" Dari saudari Safira Putri. Tapi alamatnya aneh nyonya disini tertulis alamat pengirim kok alam barzah ya, apaqsih maksudnya?" tanya Amir dengan penuh rasa penasaran.

Kedua perempuan itu langsung pucat pasi mendengar nama pengirim dari paket tersebut.

"Bawa pergi paket itu, kami tidak mengenal nama itu." jawab Sinta.

Sinta menarik tangan Dira untuk segera masuk ke dalam rumah, tapi Amir menghentikan tindakan mereka.

"Nyonya bagaimana dengan paket ini, mbaknya bilang kalau saya harus memastikan paket ini di terima dengan baik oleg nyonya Sinta dan atau anaknya, oh iya kok...?" Amir menunjuk ke arah Dira saperti orang bingung, dia juga meggaruk kepalanya perlahan.

"Kenapa?" tanya Sinta pada Amir yang masih kebingungan .

" Oh yang mengirim mbak itu, kenapa mbak mengirim paket ke rumah sendiri ya, tapi pakaiannya beda, mbaknya yang tadi memakai pakaian coklat muda, rambutnya lebih panjang dan lebih kurus." kata Amir.

Muka Sinta dan Dira langsung pucat pasi, ciriwanita yang di Bicarakan tukang paket ifu sama persis dengan ciri Fira.

Keduanya masih berdiri bagaikan patung di tempatnya.

Amir meletakkan kotak paket yang dia bawa, di lantai, karena mereka masih diam mematung. Amir segera pergi dari tempat itu dan bersembunyi, besiap untuk melancarkan serangan berikutnya.

Dira menepuk bahu ibunya, hingga Sinta terkaget. Kemudian mereka mengambil paket tersebut.

" Kemana perginya tukang paket itu?" tanya Sinta.

" Entahlah, tapi apa ya isi dari paket ini ma, jadi penasaran?" tanya Dira, dia sangat penasaran, apakah teros seperti bangkai tikus itu atau ancaman.

Sinta dan Dira segera ke kursi yang ad di teras, mereka membuka kotak tersebut, didalamnya terdapat sebuah baju yang dia gunakan Fira terakhir kali, semasa hidupnya. Bahkan baju tersebut masih berlumuran darah. Bukan darah kering, tapi darah tersebut masih sangat segar

" Ma." Keduanya langsung berdiri dari duduknya. Sinta melempar pakaian tersebut. Sinta mengingat kembi masa masa dimana dia menganiaya, Fira.

Keduanya langsung berpelukan dengan erat, tangan mereka gemetar. " Ma, i- itukan anu Fira ma lihat da- darahnya juga masih segar." Tunjuk Dira ke lantai putih yang sekarang berubah menjadi merah karena terkena Noda darah di pakaian Fira.

" Ma bagaimana ini? Dira takut." jawab Dira, dia benar benar ketakutan.

" Tenang, ini kerjaan orang iseng saja, ayo kita hubuo Rocky saja, dan tangkap si oengacsu itu." Sinta punya ide u tuk segera menghubungi Rocky, dan meminta anak buah Rocky untuk berjaga di rumah mereka.

Belum sempat Mreka masuk ke rumah dan menghubungi Rocky, dari arah pintu gerbang, Dira melihat bayangan seorang wanita berambut panjang, dan lamat lamat memanggil nama mereka.

" Mamaaa, kak Diraaa tolooong. " suaranya sangat litih dan berat.

" Aaaa." Dira langsung berlari ke dalam rumah diikuti Oleh Sinta, mereka mengunci pintu rapat rapat.

Sinta Segera menghubungi Rocky untuk segera kesana, suara dan nafas keduanya sudah tersengal sengal.

Sinta dan Dira saling berpelukan sambil Bersembunyi di sofa.

" Ma, siapa itu tadi ma, kalau itu bentar Fira berarti... " Aaa, tidak ma, aku tidak mau mati konyol.

" Iya kamu tenang dulu, kita tunggu Rocky datang, dan besok kita ke ora g pintar, supaya mengusir roh jahat yang erada di sekitar kita.

Dari arah pintu Luar, kembi twedengay suara pintu di ketuk, di ikuti Ketukan dari arah je dela samping. Amir meminta 2 anak buahnya membantu aksinya, yang satu membereskan Pakaian dan percikan darah itu hingga tidak da jejak, yanga satu membantu dia mengetuk pintu pintu di sekitar rumah.

" Ma, jangan usir aku, di luar sangat dingin." Kembali terdengar suara Fira, bahkan seakan suara tersebut tepat di belakang mereka.

Dira dan Sinta, sungguh ketakutan, mereka tidak berat membuka mata mereka dan. engira itu hantu Fira yang pulang.

Padahal, suara suara yang Mereka dengar itu berasal dari suara Maria yang sudah di rekam, lalu do setting sesuai dengan keadaan saat ini.

Sementara Sosok perempuan yang berada di dekat gerbang, itu cuma manekin saja.

Amir puas, dia sudah melako tugasnya dengan sangat baik, dan segera pergi dari sana sebelum bala bantuan datang.