Terpaksa Menikahi Sang Mantan
Shasha Apparel, merupakan salah satu butik yang cukup terkenal. Ada banyak sekali orang-orang kelas atas yang menjadi pelanggan setia di sana. Pakaian yang dibuat oleh desainer handal, membuat mereka pun tertarik dengan busana-busana yang dijual di butik tersebut.
Di salah satu ruangan, seorang gadis sibuk dengan kertas dan juga pensilnya. Ia menorehkan sesuatu di kertas putih itu, sedikit mengarsir hingga tercipta sebuah gaun yang luar biasa.
Jemari yang lentik nan indah menghasilkan sebuah desain baju yang sangat bagus. Ia mengangkat hasil kerjanya. Bibir mungil itu membentuk sebuah senyuman tatkala mendapati kertas biasa tadi ia ubah menjadi sebuah desain baju yang amat elegan.
Tokkk ... Tokkk ...
Terdengar suara ketukan pintu. Membuat gadis cantik itu pun langsung mengarahkan pandangannya ke sumber suara. Dilihatnya seorang wanita paruh baya yang tengah melangkahkan kakinya datang menghampiri.
"Mama," ucapnya yang langsung meletakkan selembar kertas tersebut di atas tumpukan kertas yang sudah berisi desain baju karya gadis tersebut.
"Kamu memiliki desain baru lagi?" tanya wanita paruh baya dengan tubuh yang sedikit berisi.
"Iya, Ma. Tanganku sudah gatal ingin menjahitnya dan memasarkannya langsung," ucap gadis tersebut.
"Shanum, mama tahu kamu sangat mencintai pekerjaanmu. Namun, bisakah kamu meluangkan waktu untuk berkencan. Mama sangat lelah mendengar ucapan teman-teman arisan mama yang selalu membicarakan kamu dan menjulukimu perawan tua," tutur Lina yang mencoba untuk membujuk putrinya.
Shanum langsung terkekeh mendengar penuturan ibunya yang selalu mengeluhkan satu topik, yaitu tentang urusan asmara Shanum. Gadis itu beranjak dari tempat duduknya. Ia mendekat ke arah Bu Lina. Memegang kedua bahu ibunya dan berusaha untuk menenangkannya.
Gadis dengan tinggi badan 170 cm, serta bentuk tubuh yang langsing dan body bak gitar spanyol, berdiri di samping sang ibunda yang hanya memiliki tinggi sebatas ketiaknya saja.
"Mama setiap ada arisan pasti saja mengeluhkan hal itu. Sebaiknya kita menjernihkan pikiran kita dengan menyesap secangkir kopi. Bagaimana? Apakah mama setuju?" Shanum masih mencoba membujuk ibunya.
"Hentikan, Shanum! Mama serius. Sebaiknya kamu berkencanlah! Umur 30 tahun itu sudah sangat wajar untuk menikah. Bahkan teman sekolahmu saja sudah ada yang mau menikahkan putrinya. Sementara kamu, masih sendiri dan sibuk berkutat dengan pekerjaanmu," keluh Lina.
Lina benar-benar tak habis pikir dengan pemikiran putrinya. Tak pernah ia melihat Shanum memperkenalkan seorang pria sama sekali. Padahal ada banyak pria di luar sana mencoba untuk mendekati Shanum.
Namun, Shanum tak sekali pun menggubris mereka. Membuat Lina beranggapan bahwa Shanum tidak menyukai seorang pria.
"Apakah kamu penyuka sesama jenis?" tanya Lina penuh selidik.
Shanum merasa tergelitik dengan ucapan ibunya. Ia tertawa terbahak-bahak sembari memegangi perutnya.
"Aku masih normal, Ma."
"Lantas kenapa kamu tidak pernah berkencan. Ayolah Shanum! Jika kamu memasang target di umur yang sudah berkepala tiga, pasti lelaki di luar sana akan berpikir dua kali untuk menikahimu," ketus Lina menatap tajam putrinya.
Tak lama kemudian ponsel Lina berbunyi. Lina mengeluarkan ponselnya dan langsung mengangkat panggilan tersebut.
"Iya ada apa, Bi?" tanya Lina berucap pada seseorang di seberang telepon.
"Mas Bayu di bawa ke rumah sakit?" Lina terkejut sembari memegangi dadanya.
"Kirimkan alamatnya, aku akan segera ke sana."
Shanum mendengar hal tersebut langsung menangis. Melihat ibunya yang menutup panggilan telepon, membuat Shanum pun langsung melontarkan pertanyaan pada ibunya.
"Ada apa dengan papa, Ma? Kenapa papa di bawa ke rumah sakit?" tanya Shanum.
"Sebaiknya simpan dulu pertanyaanmu itu, ayo kita ke rumah sakit!"
Lina mengambil kunci mobil Shanum yang tergeletak di atas meja kerjanya. Shanum mengikuti langkah kaki sang ibunda dengan perasaan berkecamuk. Entah penyakit apa yang diderita oleh sang ayah hingga membuatnya di bawa ke rumah sakit.
Sesampainya di parkiran, Lina menoleh pada putrinya. Kedua wanita itu saling bertatapan dengan ekspresi kebingungan.
"Ada apa, Ma?" tanya Shanum sembari menyeka jejak air matanya yang ada di pipi.
"Buka mobilnya, cepat! Kita harus segera ke rumah sakit," ujar Lina panik.
Shanum menatap ibunya bingung, mungkin rasa panik yang mendominasi membuat Lina melupakan sesuatu.
"Bukankah kunci mobil Shanum sudah ada di tangan mama," ujar Shanum seraya menunjuk ke arah tangan ibunya.
Lina membuka genggaman tangannya. Sesaat kemudian, ia pun menepuk keningnya.
"Astaga, bagaimana bisa aku melupakan ini. Cepat masuk! Biar mama saja yang menyetir!" ujar Lina yang langsung masuk ke dalam kendaraan tersebut.
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
yoongi kocheng
saya 34 loh bu, santai aja.
2024-05-09
2
Ani Ani
Sampai lupa segala2 nya
2024-04-02
1
Uthie
coba menyimak dulu 👍
2024-03-07
3