NovelToon NovelToon
Wanita Pilihan CEO Tua

Wanita Pilihan CEO Tua

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta Terlarang / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir / Romansa
Popularitas:18.6k
Nilai: 5
Nama Author: Rahayu Dewi Astuti

Wanita tegar dan nampak kuat itu ternyata memiliki luka dan beban yang luar biasa, kehidupan nya yang indah dan bahagia tak lagi ada setelah ia kehilangan Ayah nya akibat kecelakaan 10 tahun lalu dan Ibunya yang mengidap Demensia sekitar 7 tahun lalu. Luci dipaksa harus bertahan hidup seorang diri dari kejinya kehidupan hingga pada suatu hari ia bertemu seorang pria yang usianya hampir seusia Ayahnya. maka kehidupan Luci yang baru segera dimulai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahayu Dewi Astuti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pelajaran Menegangkan (Sabrina Simon)

"Ah..lepaskan aku, ini menyakitkan." Sabrina masih saja meronta namun tak didengar.

Pria yang bersikap begitu dingin dan tenang ternyata bisa bersikap liar dan kasar juga, Perlakuan Sabrina tadi siang membuat Simon menjadi tertarik begitu saja pada wanita yang baru sekali ia temui itu.

Mobil melaju kencang, Sabrina tak tau kemana dia akan dibawa namun melihat dari gerbang masuk nya Sabrina bisa melihat jika mereka sedang menuju kesebuah rumah cluster yang tentu saja wilayahnya sangat sepi dan juga tenang.

Tak lama kini mereka sudah sampai disebuah rumah yang tak terlalu besar namun cukup nyaman karena cukup banyak tumbuhan disana. Simon segera keluar dari mobil, ia menggendong Sabrina masuk kedalam rumahnya.

Tak menunggu waktu lama kini Simon melemparkan tubuh Sabrina keatas ranjang king size yang sangat empuk. Sudah lama rasanya Sabrina tidak tidur diranjang seempuk ini.

"Jika kau ingin meniduriku lakukan dengan benar tak perlu menggunakan kekerasan seperti ini." Sabrina kini lebih tenang dan pasrah.

"Aku tidak mengatakan akan menidurimu, apakan sekotor itu isi pikiranmu." Ujar Simon yang sedang melepaskan dasinya.

Sabrina tertawa malas, karena rupanya pria yang sedang bersamanya kini memiliki fetish yang unik. Ia senang melihat lawan mainnya kesakitan karena sikapnya sebelum pria itu benar-benar menidurinya.

"Izinkan aku mandi terlebih dahulu, badanku sangat lengket dan bau rokok. Kau juga harus mandi dan membersihkan lukamu." ujar Sabrina.

Awalnya Simon tak mau menuruti permintaan Sabrina, namun setelah ia pikirkan ada benarnya jika mereka mandi terlebih dahulu Simon juga telah melakukan banyak kegiatan hari ini.

Akhirnya dengan Berat hati Simon membuka borgol itu, bukan benar-benar melepaskannya hanya saja merubah posisi tangan Sabrina menjadi kedepan supaya tidak terlalu sakit.

"Jika kau tetap memborgolku bagaimana cara aku bisa melepaskan pakaianku? Bodoh." Sabrina mengumpat pada Simon.

"Tak apa aku bodoh, tapi wanita dihadapanku rupanya jauh lebih tidak pintar." Simon mengbil sebuah gunting didalam nakas disamping tempat tidur, ia dengan cepat menggunting seluruh pakaian Sabrina.

Melihat hal diluar nalar itu hanya membuat Sabrina melotot tak percaya jika kini ia tetap harus mandi dalam keadaan diborgol.

Sabrina kini sudah tak mengenakan sehelai benangpun, ditatapnya tubuh Sabrina lekat oleh Simon.

Selagi mereka mandi bersama, ponsel milik Simon terus menyala namun tak bersuara, sengaja ia merubah mode silent agar tak terganggu menghabiskan malam dengam wanita yang mampu membuat jiwa kelelakiannya bangkit.

"Siapa yang kau telepon selarut ini?" Luci menghampiri William yang sedang berdiri dibalkon.

"Simon," William menggaet pinggang Luci untuk dekat dengannya. "Sejak tadi ia tak menjawab panggilanku, tak seperti biasanya."

"Hmm mungkin saja ia sudah tidur, kau bisa menghubunginya lagi besok." Ujar Luci mencoba menenangkan William yang nampak khawatir.

"Benar, Bagaimana jika kita tidur saja." William kini mengikuti saran Luci.

"Apa Daddy akan tidur lagi di kamarku?" Tanya Luci malu.

"Hmm, apa kau merasa tak nyaman? kalau begitu aku akan tidur dikamarku saja."

"Bu..bukan begit..." William mengecup kening Luci tanpa Luci menyelesaikan ucapannya terlebih dahulu.

"Aku akan pergi tidur lebih dulu, tidur yang nyenyak cantik." William meninggalkan Luci seorang diri.

Luci kesal padahal tujuan ia bertanya seperti itu supaya William kembali tidur bersamanya. Didalam kamar Luci tak bisa tidur berkali-kali merubah posisi tidurnya namun ia tetap tak mau terlelap.

Klik...

Luci membuka pintu kamar William, terlihat pria itu sudah tertidur. Ingin rasanya Luci membangunkan William untuk meminta izin agar dirinya bisa tidur disini namun Luci mengurungkan niatnya karena tak enak.

"Luci... Apa yang sedang kau lakukan disana?" Tanya William yang tiba-tiba saja terbangun.

"Maaf Dad, kau jadi terbangun akibatku."

"Tentu saja tidak, kemarilah tidur disini denganku." William menyingkapkan selimutnya memberi ruang untuk Luci bisa tidur disampingnya dengan nyaman.

Bak anak kucing, dengan girang Luci berlari kecil menghampiri William dan tidur dalam peluknya.

Sedangkan Sabrina dan Simon kini sedang sama-sama merasakan kenikmatan dalam permainan mereka. Keduanya larut dalam suasana malam yang sunyi dan tenang.

Sabrina berkali-kali menjambak rambut Simon dengan tangan yang masih terikat borgol, namun berkali-kali juga Simon menahan tangan Sabrina tepat diatas kepala Sabrina.

"Ah.. Bisakah perlahan, aku tak sanggup." Sabrina merintih antara kesakitan dan rasa nikmat.

"Mengapa kau terlihat begitu tersiksa padahal ini bukan kali pertama kau melakukannya, Bukan?" Senyum nakal itu terlihat begitu menarik, ditambah Sabrina bisa melihat ketampanan dari wajah Simon saat tidak memakai kaca mata.

"Tapi aku sudah lama tidak melakukannya." Ujar Sabrina sebelum ia melenguh kencang.

Pelajaran yang diberikan oleh Simon pada Sabrina berhasil membuat wanita itu kewalahan. Berkali-kali mereka mengganti posisi permainan hingga Sabrina benar-benar terkulai lemas.

"Mengapa milikmu semakin lama semakin sempit." Simon semakin meracau, ia juga terus mengecup setiap jengkal tubuh Sabrina yang putih bersih.

"Cepat selesaikan, aku sangat lelah." Sabrina mencoba menjadi aktif sampai pada akhirnya mereka berdua sampai dititip kenikmatan yang selama ini mereka cari.

Tubuh Simon dan Sabrina kini basah dengan peluh yang menetes, bahkan Simon kini ambruk diatas tubuh Sabrina. Mereka berdua masih setengah sadar, masih menikmati sisa kenikmatan yang sedang mereka rasakan sembari mengatur napas yang hampir habis itu.

Sekitar 15 menit beristirahat, Simon mulai bangkit dari atas tubuh Sabrina ia melihat pergelangan Sabrina yang lecet dan memerah. Ia segera melepasnya perlahan karena tak mau mengganggu Sabrina yang sedang tertidur.

"Aw.. pelan-pelan pergelangan tanganku sangat sakit." Sabrina merintih kesakitan.

"Maaf."

Sikap kasar Simon tadi berubah menjadi sangat lembut. bahkan ia kini membopong tubuh Sabrina masuk kekamar mandi untuk berendam dalam bathtub. Rilex sekali rasanya air yang hangat serta wangi aroma terapi membuat tubuh Sabrina yang nyeri menjadi jauh lebih baik.

"Apa milikmu masih terasa sakit?" Tanya Simon.

"Sedikit, mungkin karena lama aku tidak melakukannya." Sabrina meminum wine yang disuguhkan oleh Simon.

"Jika terus dekat denganku mungkin kau bisa melakukannya setiap malam." Simon melemparkan candaan pada Sabrina.

Wanita itu tertawa mendengar hal konyol yang baru saja di katakan oleh Simon padanya.

Setelah selesai berendam dan Mandi, kini mereka telah berpakaian. Sabrina terpaksa menggunakan kaos over size milik Simon tanpa mengenakan pakaian dalam karena seluruhnya telah rusak.

Simon sudah bersila duduk diatas ranjangnya dengan kotak P3K didepannya. Sabrina yang baru selesai mengeringkan rambut spontan mendekati Simon.

"Untuk apa itu?" Tanya Sabrina sembari menunjuk sebuah kotak P3K.

"Ulurkan kedua tanganmu." Simon mulai membuka tutup salep luka dan Sabrina telah mengulurkan kedua tangannya tepat dihadapan Simon.

"Kau tak perlu repot-repot mengobati lukaku, aku sudah biasa terluka."

Simon tak merespon ia langsung mengoleskan salep itu kearea pergelangan tangan Sabrina. baru saja obat nya mendarat dikulit putihnya Sabrina sudah merengek kesakitan.

"Sering terluka bukan berarti tak bisa merasakan rasa sakit." Ujar Simon.

Simon meniup luka dikedua tangan Sabrina, ia terlihat begitu tulus. Bahkan mendengar ucapan Simon tadi membuat hati Sabrina terenyuh.

"Simon..." Pria itu menoleh ke arah Sabrina. "Tolong bertanggung jawab atas luka yang telah kau buat." Sabrina tiba-tiba mencium bibir Simon dengan penuh gairah.

1
Basuki Abe
mau dilanjut nggak sih
Reni Anjarwani
lanjut thor doubel up
Reni Anjarwani
lanjut thor doubel up thor
Ahmad Wildan Ummu
Kecewa
Withtiwi: aku up sehari 3x ya kak
total 1 replies
Ahmad Wildan Ummu
Buruk
Reni Anjarwani
lanjut thor doubel up thor
Reni Anjarwani
lanjut thor
Basuki Abe
cerita menarik,updatenya terlalu pendek ayo cepat update pagi
Kam1la: mampir kak, di novel saya yang berjudul Cinta Lansia. semoga terhibur!
Withtiwi: stay tune setiap jam 09:00, 14:00 dan 19:00. terima kasih sudah setia dengan Wanita Pilihan CEO Tua (^.^)
total 2 replies
Reysha Maharani
ceritanya sangat fresh, dan membuat penasaran bagaimana nantinya hubungan Lucu dengan Mr.William perbedaan umur 20 tahun sangat menarik
Reysha Maharani
puas banget Simon nampar Sabrina /Scream/
Reysha Maharani
seru sekali, aku gak bisa stop baca Thor... jangan stop update yaaa
Eemlaspanohan Ohan
lanjut
Ita Putri
typo....sabrina thor bukan sandra
Eemlaspanohan Ohan
waw. Simon sama sabrina
Eemlaspanohan Ohan
mampir thor
Abu Yahya Badrusalam
Ceritamu bikin aku susah move on thor, keep writing 👏👏
Withtiwi: terima kasih kak(^v^)bikin aku jadi semangat buat nulis nih
total 1 replies
Jenny Ruiz Pérez
Terima kasih udah bikin cerita keren kaya gini. Jadi pengen jadi penulis juga.💪🏼
Nikma: Permisi kakak Author ..

Halo kak reader, kalau berkenan boleh mampir novel aku juga ya 'Kesayangan Tuan Sempurna' ..
Terima kasih😊🙏
total 1 replies
nabila Nisa
Wah, seru banget nih ceritanya, author jangan berhenti ya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!