Menceritakan tentang dimana nilai dan martabat wanita tak jauh lebih berharga dari segenggam uang, dimana seorang gadis lugu yang baru berusia 17 tahun menikahi pria kaya berusia 28 tahun. Jika kau berfikir ini tentang cinta maka lebih baik buang fikiran itu jauh - jauh karena ini kisah yang mengambil banyak sisi realita dalam kehidupan perempuan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Just story, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 27
Ruang Kerja Pribadi Do Hyun
Do Hyun duduk di kursi baca favoritnya, sebuah buku terbuka di tangannya. Sudah lebih dari setengah jam sejak ia mulai membaca, sementara Yeon Ji tetap diam di atas kursi roda nya tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Ruangan itu begitu hening, hanya suara lembut lembaran halaman yang dibalik yang terdengar sesekali.
Akhirnya, Do Hyun menutup bukunya dan meletakkannya di meja kecil di sampingnya. Pandangannya beralih ke Yeon Ji yang tampak canggung.
Do hyun : Kenapa kau hanya diam saja ? Apa tidak ada yang ingin kau katakan atau tanya kan pada ku ?
Yeon Ji menunduk, bibirnya terkatup rapat. Tak ada jawaban. Do Hyun menatap gadis itu lebih lama, membaca keraguan dan ketakutan yang begitu jelas pada dirinya.
Do hyun : Yeon ji, harusnya kau tidak perlu takut atau ragu untuk berbicara. Kau adalah menantu keluarga ini semua yang ku miliki suatu hari juga akan jadi milik anak yang kau kandung nanti
Kata-kata itu menggantung di udara, meninggalkan beban yang terasa makin berat di bahu Yeon Ji. Meski begitu, gadis itu tetap terdiam.
Do hyun : Baiklah yeon ji, kembali lah jika kau merasa tak nyaman disini
Yeon Ji baru saja memutar roda kursinya, hendak menuju pintu, ketika suara batuk keras tiba-tiba memecah keheningan. Ia menghentikan gerakannya dan menoleh. Do Hyun membungkuk di kursinya, tangannya mencengkeram dada sementara batuknya terdengar semakin berat. Napas pria itu tersengal-sengal, seolah udara di ruangan itu mendadak menipis.
Panik, Yeon Ji segera memutar kursi rodanya kembali mendekati Do Hyun. Matanya membulat melihat pria itu semakin kesulitan bernapas.
Tangannya bergetar saat meraih gelas air di meja kecil di samping Do Hyun. Dengan sedikit kesulitan, Yeon Ji mendorong roda kursinya lebih dekat dan dengan segera menuangkan air dalam gelas kosong yang berhasil di raih nya itu.
Yeon ji : kakek minumlah dulu...
Do Hyun menatapnya sekilas sebelum akhirnya meraih gelas itu dan meminumnya perlahan. Batuknya mulai mereda setelah beberapa tegukan, meskipun napasnya masih terdengar berat.
Do hyun : terima kasih yeon ji
Yeon ji : Kakek, apa kau sedang sakit ? ( Tanya nya khawatir )
Do hyun : Jangan khawatir nak, ini biasa terjadi pada orang - orang saat usia lanjut seperti ku
Yeon ji : Kakek, jika tuan dokter kesini aku akan meminta nya untuk memeriksa mu
Pintu ruang baca terbuka perlahan, dan Wang He melangkah masuk dengan sikap sopan namun tegas. Tatapannya langsung tertuju pada Do Hyun yang masih duduk di kursinya, wajahnya tampak sedikit pucat setelah serangan batuk sebelumnya.
Wang he : Permisi tuan, sudah waktunya anda meminum obat.
Ucap Wang He sambil berjalan mendekat, tangannya memegang sebuah nampan kecil dengan beberapa pil dan segelas air di atasnya.
Yeon Ji yang masih duduk di kursi rodanya, memperhatikan mereka dalam diam. Matanya melirik sekilas ke arah Wang He, lalu kembali tertuju pada Do Hyun yang tampak terbiasa dengan rutinitas ini.
Yeon ji : Tuan wang, apa kau tau kakek sakit apa ? Tadi kakek sempat terbatuk begitu keras hingga kesulitan bernafas
Do Hyun, pria tua yang duduk di sofa dengan punggung tegak, melirik cucunya sekilas sebelum mendesah pelan.
Do hyun : Yeon ji kenapa kau begitu khawatir, sudah ku katakan kalau aku baik-baik saja
Wang he : Tuan besar memang sedang menjalani perawatan nona, dokter meminta nya untuk beristirahat tapi tuan tidak mendengar kan dan terus bekerja
Do Hyun menoleh tajam ke arahnya.
Do hyun : Wang he!!!
tegurnya dengan nada memperingatkan, namun Wang He tetap diam, menundukkan kepala lebih dalam sebagai tanda hormat.
Yeon ji : Kakek kenapa memaksakan diri seperti itu ? Bagaimana jika sesuatu yang lebih buruk terjadi ?
Do Hyun menghela napas panjang, seolah mengumpulkan sisa-sisa tenaganya. Kerutan di wajahnya semakin jelas saat ia akhirnya mengangkat pandangannya, menatap Yeon Ji yang tak berada jauh dari nya.
Do hyun : mau bagaimana lagi ? Aku harus tetap menjalankan semua usaha ini karena cucu ku sendiri tak bisa ku andalkan untuk memegang semua nya
Yeon ji : Maafkan aku kakek, harus nya aku bisa membantu mu dan melakukan janji yang ku katakan
Do hyun : ini bukan kesalahan mu nak, kau sudah berusaha hanya saja nasib ku memang tidak beruntung
Do hyun : Aku sangat menyesal melihat apa yang harus kau alami karena perbuatan mingyu, dan aku tidak menyalahkan jika kau membenci nya dan ingin pergi dari rumah ini
Yeon ji : Aku memang sangat takut pada tuan, tapi kakek aku tidak membenci nya. Dan ya aku juga ingin pergi dari sini dan kembali pada ayah ku tapi aku tidak ingin bersikap sama seperti ibu yang lari meninggalkan ayah ku
Do hyun : Aku mengerti perasaan mu, meninggalkan seseorang memang hal yang mudah tapi yang di tinggalkan akan merasakan luka itu untuk seumur hidupnya
Do Hyun menatap Yeon Ji dengan sorot mata yang sulit ditebak. Ia bisa merasakan perubahan sikap gadis itu—lebih lunak, lebih terbuka, seolah perlahan menurunkan pertahanannya.
Do hyun : yeon ji, jika kau ingin kembali pada ayah mu. Aku tidak akan melarang nya namun dia sedang tidak berada disini. Kim woon sedang mengurus beberapa urusan yang membutuhkan banyak waktu untuk menyelesaikan nya
Yeon ji : tapi kenapa ayah tidak pamit pada ku ?
Do hyun : keadaan nya sangat mendesak, dia harus segera berangkat atau bisa tertinggal Pesawat
Yeon ji terdiam rasa kecewa tak bisa di sembunyikan dari wajahnya mendengar ayahnya pergi bertugas tanpa pamit pada nya.
Do hyun : Seandainya nya saja mingyu bisa lebih bertanggung jawab, maka aku tidak perlu mengirim ayah mu untuk kesana. Dia bisa tetap disini untuk menjaga mu
Do Hyun, yang duduk di seberangnya, menatapnya tanpa ekspresi berarti. Suaranya terlampau tenang saat akhirnya ia berbicara.
Do hyun: kalau saja kau hamil, pasti mingyu akan berubah dan bisa menjadi orang yang lebih baik
Yeon ji : benarkah itu kakek ??? Jika aku hamil tuan akan menjadi lebih baik ?
Do hyun : Tentu saja nak, kelemahan seorang lelaki terdapat pada putra nya. Jika kau melahirkan seorang anak laki-laki untuk nya maka dia pasti akan berubah
Do hyun : bukan hanya sikap nya pada mu tapi juga jadi orang yang lebih bertanggung jawab dan mau bekerja
Yeon ji : jika benar seperti itu, apa itu artinya tuan tidak akan memukul atau marah lagi pada ku ?
Do hyun : lebih dari itu nak, Dia akan sangat menyangi mu. Karena kau akan menjadi ibu dari putra nya
Yeon ji : Kalau begitu, kenapa aku tidak hamil saja ? Bagaimana caranya untuk hamil ?
Do hyun : Hamil itu bukan hal yang sulit namun sebelum itu kau harus menghilangkan semua rasa takut dan cemas mu pada suami mu
Yeon ji : Kenapa ?
Do hyun : Karena untuk hamil kau harus membiarkan Mingyu menyentuh mu, dan menghabiskan malam nya bersama mu
Yeon Ji menelan ludah dengan susah payah. Tenggorokannya terasa kering, sementara dadanya naik-turun dalam ritme napas yang mulai tak teratur. Bayangan malam itu kembali datang—bayangan yang tak pernah benar-benar hilang.
Ia memejamkan mata sejenak, namun justru kegelapan yang menyergapnya membuat kenangan itu semakin jelas. Sentuhan yang tak diinginkan, rasa sakit yang ia coba lupakan, dan tatapan kosong yang ia lihat dalam mata Mingyu malam itu. Semua kembali berputar seperti film yang diputar tanpa henti di dalam benaknya.
Hingga suara Do Hyun yang rendah dan dingin menariknya kembali ke masa kini.
Do hyun : Aku tau ini sangat berat untuk mu, tapi yeon ji kau adalah ini istri nya dan sudah menjadi tugas mu untuk melayani nya dan membuat nya bahagia. Jadi cobalah untuk membuang semua rasa takut itu dan biarkan dia melakukan nya
Air mata Yeon Ji jatuh tanpa henti, membasahi pipinya yang pucat. Tubuhnya gemetar, namun ia tidak mampu berkata apa-apa.
Do Hyun memperhatikannya tangannya bergerak lembut, menyapu air mata itu dari wajah Yeon Ji.
Do hyun : ini sudah menjadi tugas setiap wanita yang di lahir kan, jadi jangan pernah jadikan ini sebagai beban tapi lihat lah berapa banyak yang akan bahagia karena keberanian mu ini
kakek yg egois dan berhati iblis...bagaimana jika cucux benci yeon ji berubah menjadi bucin...