Menceritakan tentang dimana nilai dan martabat wanita tak jauh lebih berharga dari segenggam uang, dimana seorang gadis lugu yang baru berusia 17 tahun menikahi pria kaya berusia 28 tahun. Jika kau berfikir ini tentang cinta maka lebih baik buang fikiran itu jauh - jauh karena ini kisah yang mengambil banyak sisi realita dalam kehidupan perempuan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Just story, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 26
Wonwoo dan Vernon duduk di sofa empuk ruang tamu rumah Mingyu, suasana hening yang mengisi ruangan terasa semakin menekan. Sudah lima belas menit mereka menunggu, namun sosok yang dinantikan tak kunjung muncul.
Wonwoo melirik jam di dinding sebelum menghela napas panjang
Wonwoo : mingyu, berapa lama lagi kau akan menyembunyikan istri mu itu ?
Vernon : mingyu, apa harus ada janggut di wajah kami dulu baru istri mu akan keluar
Mingyu : Kalian tunggu saja, sebentar lagi pelayan juga akan membawa nya
Mingyu, yang duduk dengan tenang di kursi mini bar yang tak jauh dari sana. Ia mengangkat gelas kristal di tangannya, menyesap minuman tanpa tergesa-gesa.
Beberapa menit kemudian, suara langkah kaki terdengar mendekat. Seorang pelayan muncul di ambang pintu, membungkuk dengan sopan sebelum berbicara.
Pelayan : tuan muda
Pelayan : Nona sudah hadir di sini, jika tugas saya telah selesai saya akan kembali
Ujar pelayan itu sebelum meninggalkan ruangan. Sejenak, keheningan menyelimuti ruang tamu. Tatapan Wonwoo dan Vernon langsung tertuju pada sosok yang baru saja muncul di ambang pintu.
Mereka terdiam, mata mereka membelalak saat memperhatikan gadis yang kini duduk di atas kursi roda. Wajahnya terlihat begitu muda, jauh lebih muda dari yang mereka bayangkan. Tubuhnya tampak ringkih, hampir seperti bisa hancur hanya dengan satu sentuhan. Kulit pucatnya memberikan kesan rapuh yang sulit diabaikan.
Yeon ji : maaf, Karena saya telah membuat kalian menunggu
Wonwoo menelan ludah, sementara Vernon secara refleks menegakkan duduknya, seolah mencoba memastikan bahwa apa yang mereka lihat bukan sekadar ilusi.
Wonwoo : emmmm... Mingyu... aku tau sih keluarga mu suka beramal tapi dengan menikah kan mu dengan seorang penyandang difabel ? Apakah tidak berlebihan ?
Vernon : Badan nya juga kecil dan tidak menarik, apa dia penderita gizi ya buruk sejak kecil ?
Wonwoo : mingyu, sungguh jika kakek mu kekurangan calon harus nya kau bicara pada ku. Aku bisa mengenal kan mu pada wanita yang jauh lebih baik dari pada hanya gadis penyakitan macam dia
Do hyun : Siapa yang kau sebut dengan gadis penyakitan nak ?
Sosok Do Hyun berdiri di ambang pintu, tatapannya tajam menelisik Wonwoo tanpa sedikit pun menyembunyikan ketidakpuasan. Langkahnya pelan namun mantap saat memasuki ruangan, membawa aura berwibawa yang begitu menekan.
Wonwoo : eh itu
Wonwoo langsung tersentak, wajahnya sedikit pucat. Ia mencoba menelan ludah, tetapi tenggorokannya terasa kering.
Vernon, yang sejak tadi bersikap santai, kini memilih diam dan menundukkan kepala, enggan terlibat dalam situasi yang semakin memanas.
Do Hyun menatap Mingyu dengan ekspresi penuh wibawa. Senyum tipis tersungging di sudut bibirnya saat ia melangkah maju, tangannya terulur untuk merangkul bahu Yeon Ji dengan bangga.
Do hyun : Saya harap mingyu sudah mengenal kan anggota baru keluarga kim, Yeon ji dia adalah istri dari cucu ku
Tatapannya menyapu seisi ruangan sebelum kembali tertuju pada wonwoo.
Do hyun : saya sendiri yang memilih nya langsung dengan punuh pertimbangan juga seleksi yang ketat
Wonwoo segera membungkuk sedikit, berusaha menunjukkan rasa hormatnya.
Wonwoo : Tuan maafkan saya jika bercanda dan perkataan saya begitu sembarangan dan melukai perasaan tuan
Do Hyun menyipitkan mata, tatapannya tajam dan menusuk. Bibirnya melengkung dalam seringai samar.
Do hyun : tidak nak kenapa saya harus merasa terluka pada seseorang yang jelas berada jauh di bawah kami status nya ?
Do hyun : Itu penghinaan kan? Tidak mungkin untuk keluarga kami sakit hati pada seseorang yang jelas memiliki hutang besar pada keluarga kami hingga bisnis nya bisa berjalan sampai hari ini
Wonwoo menunduk, namun Do Hyun tak berniat menghentikan serangannya.
Do hyun : jangan pernah lupa nak, jika restoran yang sekarang kau kelola masih berdiri diatas tanah milik kami.
Do hyun : Jika bukan karena teman mingyu, maka seharusnya kau tidak akan pernah dapat membuka restoran mu dimana pun karena kasus korupsi yang melibatkan kedua orang tua mu
Wonwoo mengepalkan tangannya di sisi tubuhnya, berusaha menahan diri.
Do hyun : apa kau lupa siapa yg membantu keluarga mu hidup tetap bergelimang harta walau setelah penangkapan terhadap ayah mu telah dilakukan ?
Do hyun : begitu banyak cacat dalam keluarga mu, harus kah ku buka semuanya disini ?
Wonwoo : Maafkan saya tuan
Wonwoo berujar dengan suara bergetar.
Do hyun : kenapa minta maaf pada ku harusnya kau katakan itu pada menantu ku
Wonwoo segera maju dan membungkukkan badannya di hadapan Yeon Ji.
Wonwoo : maafkan saya nona
Yeon Ji membeku di tempatnya. Matanya membesar, jari-jarinya mengepal di pangkuan. Ia tidak tahu harus berkata apa atau bagaimana merespons situasi ini. Yang jelas, perasaannya berkecamuk, dan suasana ini membuatnya semakin tak nyaman.
Do hyun : Saya harap sekarang kau paham kenapa aku tidak memilih keluarga mu untuk cucuku
Yeon ji : kakek...
Suara lirih Yeon Ji nyaris tenggelam dalam ketegangan yang membeku. Namun, Do Hyun tidak mengizinkannya bicara lebih jauh. Ia segera berdiri di belakang kursi roda Yeon Ji dan mulai mendorongnya menjauh.
Do hyun : Kita pergi sekarang
Langkah Do Hyun terdengar tegas saat ia meninggalkan ruangan itu, membawa Yeon Ji bersamanya.
Keheningan menyelimuti ruangan setelah mereka pergi. Vernon, yang sejak tadi menyaksikan semuanya, akhirnya melangkah maju dan menghampiri Wonwoo.
Vernon : wonwoo, apa kau baik-baik saja ?
Namun Wonwoo hanya diam. Matanya menatap kosong ke lantai, seolah pikirannya sedang tersesat di tempat lain.
Vernon : sumpah ini tuh alasan ku takut banget main ke tempat mingyu, untung tadi dia gak denger kata-kata ku. Kalau gak bisa gagal pembukaan galeri lukis ku tahun depan
Wonwoo : mingyu, aku pulang dulu