Leona Sarasmitha tiba-tiba terbangun di dunia asing dan merasuki tubuh seorang bangsawan yang tak memiliki sihir?
Leona Arathena Castallio, di kenal sebagai sampah karena tidak memiliki sihir dan diabaikan keluarganya.
Bagaimana kehidupan nya setelah di dunia aneh ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Matatabi no Neko-chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Pemimpin Akademi menghilang begitu saja setelah memberitahu tempat guru pembimbing menunggu mereka. Seluruh siswa penasaran dengan guru pembimbing yang akan menemani mereka dalam menjalankan misi dan langsung pergi meninggalkan aula menuju lokasi yang di tentukan.
Leona dan ketiga pemuda itu tiba di sebuah hutan kecil yang terletak di belakang akademi. Di sana terlihat seorang pria tampan berusia sekitar tiga puluh tahunan dengan paras blasteran Eropa-Korea sedang sibuk memakan sebuah apel. Rambut ungu mencolok langsung menjadi ciri khas pria itu.
"Jadi, kalian yang menjadi anak didikku? Senang bertemu dengan kalian." Sapa pria itu dengan semangat sambil membuang sisa apel ke sembarang tempat.
"Senang bertemu dengan Anda." Sahut mereka serempak sambil membungkuk hormat.
Pria itu mengamati keempat remaja itu. Satu perempuan dan tiga laki-laki.
"Karena kita rekan setim, bagaimana jika kita memperkenalkan diri lebih dahulu agar kita bisa menjalani hari-hari yang menyenangkan kedepannya?" Usul pria itu dengan ramah.
"Bukannya kita sudah saling kenal? Lalu kita berkenalan seperti apa? " Tanya Wei Tao.
"Kita hanya kenal nama dan wajah saja. Aku Carl Hyoon Woo, yang aku sukai fashion, apel dan sesuatu yang menarik perhatianku. Yang tidak aku adalah ketidaksetiaan dan penghianat. Aku benci wanita penggoda." Pria itu memperkenalkan diri sambil memasang ekspresi konyol. Lalu dia menunjuk Leona sambil tersenyum cerah. "Leona, perkenalkan dirimu seperti aku contohkan."
"Aku Leona Arathena. Lebih tepatnya Leona Arathena Castallio. Yang ku suka adalah hewan liar karena mereka menggemaskan, memasak, lemonade dan teh lemon madu. Kadang-kadang berjudi dan berlatih. Aku tidak suka orang munafik dan penghianat. Ah, iya aku benci teh juga. Salam kenal." Leona memperkenalkan diri dengan nada dingin saat menyebutkan Castallio membuat mereka mengerutkan dahinya.
"Dia gadis pembuat onar yang cukup menarik. Meskipun tidak memiliki mana maupun aura, kemampuan fisiknya sangat hebat. Sayang sekali sifat pembuat onar dan kata-katanya membuat gampang terkena masalah." Batin Carl.
"Aku Eura Vhiskey. Yang aku suka berlatih pedang, makanan manis maupun sesuatu yang manis, aku tidak menyukai rasa pahit karena mengerikan. Aku tidak menyukai orang sombong dan benci penghianat." Eura memperkenalkan diri dengan semangat.
"Kemampuan berpedangnya cukup hebat. Dia memiliki stamina yang mengerikan meskipun otaknya lemot, sih. Dia tidak sabaran dan bisa mati sia-sia jika tidak memiliki pawang." Batin Carl sambil menatap Eura dengan tatapan menilai.
"Aku Yu Wei Tao. Aku suka buku, ataupun tentang buku. Aku menyukai sesuatu yang asin dan membenci yang manis. Aku tidak suka jika saat waktu membacaku diganggu dan aku benci penghianat." Wei Tao memperkenalkan dir dengan datar.
"Si genius yang sabar. Ku harap dia bisa diandalkan untuk tim ini."
"Aku Iven Horoga. Aku suka membuat patung. Aku suka makanan asam pedas manis dan tidak menyukai yang pahit. Aku benci orang yang merusak karyaku maupun seorang wanita yang bermuka dua. Aku juga benci penghianat dan bangsawan sombong." Iven memperkenalkan diri.
"Si maniak sihir. Ku akui dia cukup berbakat dalam menguasai elemen tanah."
"Apa kita akan menjalankan misi? Apa kita akan memburu monster?" Tanya Eura berapi-api membuat ketiga remaja itu menatapnya dengan heran.
"Ohoho~ Kau tidak sabaran rupanya. Baiklah kita mendapatkan misi yang sangat sulit. Bahkan prajurit bayaran yang sangat kuat tidak bisa menyelesaikan nya!" Seru Carl membuat keempatnya menatap pria berambut ungu penasaran.
💠💠💠
"Target di temukan." Bisik seorang gadis cantik berambut hitam ikal dengan gaya berantakan dari balik semak. Mata merahnya mengawasi target yang kini sibuk menjilat kaki mungilnya.
Seekor panther hitam ikut bersembunyi di sebelah gadis itu dan menatap target sambil mengambil ancang-ancang, menunggu aba-aba yang di berikan oleh gadis itu.
"Apa kita menangkapnya sekarang?" Bisik pemuda berambut hijau cerah sambil menatap sang target yang kini berjalan santai tanpa menyadari bahaya yang menghampiri nya.
"Biarkan dia lengah." Bisik pemuda berambut baby blue.
Namun seorang pemuda berambut merah muncul dari semak dan berteriak membuat sang target melompat kaget.
"Kena kau!"
'Brukh'
Sang target mendesis lalu melarikan diri dengan cepat menyusuri gang kecil dan menghilang dari sana.
"Kei, cari jejaknya!" Seru Leona. Panther hitam itu langsung berlari mengejar target dan menginjak Eura yang masih tersungkur dengan keras.
"Ukh! Panther hitam sialan!" Maki Eura kesal karena dirinya di injak oleh Kei.
"Menyebar!" Wei Tao memberi instruksi pada teman-temannya.
Leona segera melompat ke atap rumah warga dan berlari menyusul Kei yang telah menjauh meninggalkan mereka, sementara Wei Tao dan Iven berlari lalu sengaja menginjak Eura yang masih setia memeluk jalan.
Eura hanya bisa memaki mereka dan segera menyusul teman-temannya yang telah menghilang dari sana. Carl tersenyum menatap kerjasama mereka.
Kenapa tidak diadakan test? Karena selama stimulasi dan latihan, mereka sering sparing bersama meskipun berbeda kelas. Mereka juga mengadakan stimulasi tim, dimana keempatnya paling mencolok diantara yang lain meskipun mereka sering membuat onar.
Ya, mereka adalah geng pembuat onar bersama beberapa orang lainnya. Dan mereka memiliki latar belakang masing-masing.
💠💠💠💠
"Kenapa kalian tega menginjakku?" Rengek Eura sambil menatap kedua temannya.
"Karena kau, target kita kabur, bodoh!" Seru Iven sambil menggeplak kepala Eura dengan keras. Pemuda bersurai merah itu hanya bisa meringis dan tersenyum tanpa dosa membuat Iven ingin sekali menguburnya dengan tanah.
"Ssttt..." Desis Wei Tao dan Leona bersamaan dan memberi isyarat agar mereka diam. Seketika Eura dan Iven diam lalu ikut mengintip target.
"Bagaimana cara menangkapnya agar tidak kabur?" Tanya Eura.
"Kita gunakan perangkap." Bisik Leona menyeringai lalu mencolek saku pakaiannya yang terlihat mengembung dan muncullah seekor tupai dari sana menatap Leona dengan penuh tanda tanya.
"Kaze, kau lihat itu, kan?" Bisik Leona pada si tupai.
Tupai itu mengangguk dan menatap Leona dengan tanda tanya.
"Apa dia mengerti apa yang kau katakan?" Bisik Iven penasaran.
"Tentu saja. Semua peliharaan ku paham apa yang aku katakan." Sahut Leona enteng. Ketiga pemuda itu menatapnya tak percaya.
"Kau goda dia." Bisik Leona. Tupai itu menggelengkan kepalanya sambil bersedekap dada, menolak perintah gadis itu. Seketika ketiga pemuda itu tercengang melihat respon si tupai.
"Apa hubungannya seekor tupai dengan seekor kucing?" Tanya Eura tidak mengerti.
"Tupai itu buruan kucing. Intinya Leona ingin tupai ini membimbing si kucing kemari lalu kita menangkapnya, bukan begitu?" Tutur Wei Tao.
"Iyap, tepat sekali." Sahut Leona. Lalu mereka menatap si tupai dengan tatapan memohon.
"Aku akan memberikanmu banyak biji-bijian kualitas premium jika kau mengiring nya kemari." Bujuk Leona sambil memasang wajah memelas yang menyedihkan.
Mendengar kata biji-bijian kualitas premium, seketika tupai itu menatap Leona dengan tertarik. Dia tampak berfikir sebentar, menimang permintaan majikannya.
"Ayolah, ya? Ya? Ya?" Desak Leona dengan mata berkaca-kaca. Kaze menatap sekeliling dan ternyata ketiga teman Leona juga menatapnya dengan tatapan memohon membuat si tupai itu pasrah. Dia menganggukkan kepalanya dan segera melompat mendekati si kucing.
Target mereka adalah seekor kucing mahal milik seorang Countess. Sudah banyak prajuritnya yang dikerahkan untuk menangkap kucing itu, namun selalu gagal. Banyak orang yang menyerah menangkapnya karena sulit di dekati. Bahkan beberapa siswa akademi tidak berhasil menangkapnya.
Mereka mengintip Kaze yang kini berjalan mendekati di kucing, namun sayang si kucing itu justru mengabaikan si tupai dan berjalan menjauhinya.
"Iven, buat kucing dari sihir tanahmu." Titah Leona.
Segera Iven menggumamkan sesuatu dan dalam sekejap muncul seekor kucing tampan dan berjalan mendekati target mereka yang kini sibuk menggulingkan tubuhnya di jalanan.
Merasa ada kucing yang mendekat, sang target langsung menyerang kucing itu hingga hancur membuat Iven menganga tak percaya.
'Pletak'
Iven meringis dan menatap sang pelaku yang tak lain adalah Leona dengan kesal.
"Kenapa kau memukul kepalaku?" Protesnya tak terima.
"Dia kucing jantan, bodoh!" Sahut Leona kesal. Iven meringis malu lalu dia kembali membuat kucing betina yang cantik dengan tubuh ideal menggunakan sihir tanahnya.
Namun sayang, kucing betina itu dihancurkan oleh si target membuat mereka menyerah. Kaze yang masih mengamati si target nonanya langsung kembali menggoda kucing itu yang malah berakhir di serang membabi buta oleh sang target.
Leona melihat hal itu berfikir mungkin saja kucing itu ingin bertarung. Sebuah ide muncul di kepalanya.
"Iven, coba buat kucing gagah bertubuh kekar. Mungkin saja dia perlu bertarung." Usul Leona.
Dengan putus asa Iven membuat seekor kucing bertubuh kekar berotot dari sihirnya lalu mendekati sang target dan mengeong. Seketika kucing itu berhenti menyerang si tupai dan menatap kucing bertubuh kekar itu dengan manja.
Kucing itu mendekati kucing kejadian buatan Iven dengan genit. Seketika terjadi adegan laknat yang sukses membuat si tupai mengalami guncangan jiwa.
"Muehehe..."
Leona menyeringai mesum melihat adegan itu dengan darah menetes dari hidungnya, sementara ketiga rekannya membalikkan tubuh enggan menonton adegan live itu.