Balas dendam seorang perempuan muda bernama Andini kepada mantan suaminya yang pergi karena selingkuh dengan janda muda kaya raya.
Tapi balas dendam itu tidak hanya kepada mantan suaminya, melainkan ke semua lelaki yang hanya memanfaatkan kecantikannya.
Dendam itu pun akhirnya terbalaskan setelah Andini membunuh dan memutilasi semua pria yang coba memanfaatkannya termasuk mantan suaminya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tresna Agung Gumelar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Setelah meninggalkan Andini, Sandy pun kembali lagi menemui Fika di toko handphone dengan menunjukkan wajah tenang kepada Fika agar tidak dicurigai sambil menghela napas.
"Dari mana saja sih Mas lama banget ke toilet juga?"
Fika bertanya dengan sedikit marah.
"Maaf ya sayang Mas lama banget."
"Hmm kamu buang air besar bukan?"
"Iya, tiba-tiba mules saja tadi."
"Perasaan tadi kamu biasa saja deh?"
Ucap Fika sambil berfikir.
"Ya kan namanya juga mendadak mules. Udah lah jadi bahas mules gini. Gimana gimana kamu jadi pilih yang mana handphonenya?"
Sandy mengalihkan sambil memegang beberapa handphone yang ada di atas etalase.
"Hmm, Mas aku pilih yang ini ya, kata mbaknya ini keluaran paling terbaru, tetapi lumayan mahal sih nggak papa kan?"
Fika sambil menunjukan handphone yang iya inginkan.
"Berapa memang?"
"Tiga puluh juta Mas"
Dengan yakin Fika menyebutkan harganya di depan Sandy.
"Ya ampun Fika, mahal sekali, handphone mas saja nggak setengahnya dari itu."
Jawab Sandy sedikit kaget dengan mata melongo.
"Tuh kan, katanya tadi aku boleh pilih yang mana saja, hmmm bohong ah."
Ucap Fika yang jadi menggerutu.
"Hmm. Yaudah lah, tapi jangan belanja yang lain lagi, kita harus irit dulu, tahu sendiri kan Mas lagi berantem sama Lita."
"Iya cuma ini doang kok, janji."
"Ya sudah cepetan, habis ini kita makan ya Mas udah laper banget ini."
Sandy berkata sambil memegang perutnya.
"Oke deh makasih ya sayangku."
"Iya Fika cepetan!"
Sementara Andini yang berada di toko sepatu, tak lama dari kepergian Sandy, dia langsung pergi menuju pintu keluar langsung ke arah parkiran dan masuk kedalam mobilnya.
Setelah itu dia langsung menelfon Jaka untuk merencanakan sesuatu.
*Tut tu**t tut*.
Jaka pun langsung mengangkatnya.
"Siang Mbak Andin."
"Iya Siang Jaka. Eh Ngomong-ngomong kamu lagi di mana sekarang?"
"Saya lagi di trotoar mbak lagi nongkrong saja sambil ngopi, kenapa mbak Andin, kangen ya sama Jaka?"
"Ah kamu ini sudah mulai berani ganjen yaaa sekarang."
"Hehe becanda mbak Andin, ada apa nih ada tugas baru kah?"
"Hmmm. Ada Jaka, tapi apa kamu mau kalau mulai sekarang tugasnya bakal sedikit berat?"
"Waduh, tugas berat kaya gimana ya mbak Andin maksudnya?"
"Begini Jaka, Sandy kan punya selingkuhan tuh, nah mulai hari ini saya mau kamu teror si selingkuhannya sampai dia hidup nggak tenang, tetapi pelan-pelan saja dan jangan sampai dicurigai."
"Ohhh. Itu sih gampang mbak, saya mau asal jangan terlalu ekstrem dan membahayakan saja."
"Bagus deh kalau begitu, tenang Jaka, saya juga pasti berhati-hati. Tapi saya perlu tahu tentang profil perempuan itu, apa kamu sudah tahu siapa dia?"
"Em yang saya tahu Sandy sering manggil dia dengan nama Fika, tapi saya belum tahu sih profil dan profesinya sebagai apa."
"Oh gitu ya, Yaudah mulai besok tugasmu fokus saja sama perempuan itu, kamu ikutin saja dari apartemennya dia mau pergi ke mana ikutin saja, kalau ada kejadian menarik kamu dokumentasikan buat bukti dan senjata untuk kita, nggak usah hari ini Jaka, soalnya sekarang mereka sedang berada di Mall jadi saya rasa percuma kalau hari ini."
"Hmmm. Oke oke saya paham mbak."
"Kalau bisa sih besok kamu harus sudah dapat tentang info profil perempuan itu, biar kita gampang menyelidikinya."
"Hmmm begitu ya, baik deh Mbak Andin siap akan saya usahakan, saya bakal ikutin perintah mbak Andin dan melakukannya secara maksimal."
"Bagus Jaka, tapi kamu harus tetep hati-hati ya jangan gegabah ingat!"
"Iya mbak Andin tenang saja, saya pasti aman ko."
"Hmmm oke deh. yasudah nanti saya kabarin lagi ya Jaka, kamu siap-siap saja."
"Oke mbak Andin siap."
"Iya Jaka. Oke"
Kembali ke suasana di Mall.
Setelah selesai melakukan transaksi pembelian handphone, Sandy dan Fika kemudian menuju restoran cepat saji yang masih berada di area Mall, mereka kini duduk berdua di salah satu meja sambil makan siang.
"Habis ini kita mau ke mana Mas?"
"Em, Mas harus pulang deh sepertinya, tapi mau ke kantor dulu mampir sebentar."
"Yah kirain mau main kita hari ini."
"Kan kamu yang bilang Fika kalau Mas harus terus merayu Lita supaya dia mau seperti biasa lagi."
"Iya sih, tapi hari ini saja lah emas, aku kan masih kangen."
Fika berkata sambil mengusap tangan Sandy.
"Ya nggak bisa sayang, kalau Mas sering ninggalin Lita yang ada dia nanti makin nggak percaya sama Mas terus makin curiga, memangnya kamu mau nanti kita setelah nikah hidup seadanya nggak punya apa-apa?"
"Hmmm nggak mau aku, tapi kapan Mas kamu ninggalin dia terus hidup berdua sama aku?"
"Ya sabar lah sayang, kan nggak segampang itu, Mas pasti berusaha ko buat kamu, tahu sendiri kan Lita itu harus di rayu pelan-pelan, tenang saja ya Mas pasti akan mendapatkan semuanya dari Lita, setelah itu Mas bakal ninggalin dia terus nikah deh sama kamu, kita bakalan hidup bahagia sayang."
Sandy meyakinkan Fika sambil mengelus jemarinya.
"Hmm. Janji tapi ya emas?"
"Iya sayang janji, kamu sabar dulu saja ya sekarang."
"Iya aku sabar kok, aku tuh udah pengen ngenalin kamu sama orang tuaku di kampung, pasti mereka bangga punya calon menantu ganteng terus udah gitu tajir lagi."
"Hmmm. Iya Mas juga pengen ko sesegera mungkin bertemu dengan orang tua kamu, nggak akan lama kok sebentar lagi Mas janji sama kamu."
"Iya Mas aku percaya, aku sayaaaang benget sama kamu Mas."
"Mas juga sayang sama kamu Fika, Oh iya kamu kok sudah dua hari Mas lihat nggak pernah kuliah?"
"Gimana aku mau kuliah, kan aku harus nemenin kamu Mas dua hari ini, malamnya diajak begadang mulu. Gimana sih kamu ini Mas. Hmmmm."
Ucap Fika yang jadi sedikit cemberut.
"Oh iya ya Mas lupa. Yaudah besok emas gak akan ganggu kamu deh biar fokus kuliah."
"Tapi kamu harus tetep nengokin aku, jangan terlalu mesra sama istri kamu di rumah, awas yaa!"
"Hmmm mulai deh cemburuan."
"Ya iya lah, bosan tahu jadi yang kedua terus, aku juga ingin tiap kamu pulang kerja pulangnya kerumah aku bukan kerumah si Lita."
"Hmmm, tapi kan dihati Mas yang nomor satu itu tetep kamu sayang."
"Bener?"
"Iya bener, kamu paling spesial pokoknya buat Mas"
"Hmmm oke deh."
Setelah selesai makan siang, Sandy langsung mengantarkan Fika kembali ke apartemennya, karena siang ini Sandy ingin kembali berusaha menemui Lita dan merayunya kembali.. Fika di antarkan Sandy sampai drop di lobi hotel kemudian Sandy langsung berpamitan untuk pulang.
"Fika, Mas langsung berangkat ya, kamu jangan ke mana-mana istirahat saja di atas."
"Bener nih Mas nggak mau mampir dulu, sebentar saja gitu?"
"Hmmm. nggak bisa sayang, kalau mampir dulu yang ada Mas nggak akan pulang-pulang nanti, tahu sendiri kamu kan selalu menggoda orangnya."
"Hehe tahu saja kamu. Yaudah kamu hati-hati yaa sayang."
Emmuah
Fika mencium pipi sebelah kiri Sandy.
"Iya sayang."
Sandy membalas dengan senyuman.
"Yaudah ya Mas aku turun. Dah sayang hati-hati."
"Iyaaa dah sayang."
Sambil melambaikan tangan.
Sementara Andini yang kini sedang berada disebuah rumah makan untuk makan siang, dia tiba-tiba menerima chat dari Lita.
"Kak, bagaimana perkembangannya?"
"Hmmm. Sabar ya saya baru mau mulai hari ini, mungkin perlu waktu juga, Oh iya, apa kamu tahu profil perempuan yang jadi selingkuhannya Sandy?"
"Hmm baiklah. Saya nggak tahu persis kak tapi saya pernah baca di rekening koran, Mas Sandy sering mengirim transaksi uang lumayan besar kepada seorang wanita yang bernama Fika Larasati, saya sih curiga perempuan itu memang bernama Fika, karena setahu saya nggak ada nama klien atau vendor yang bernama seperti itu di perusahaan ini."
"Oh, Sebenarnya barusan saya melihat Sandy dan perempuan tersebut di Mall dan mereka berada di salah satu toko Handphone di sana, tetapi saya belum berani berbuat apa-apa. Rencananya sih saya ingin meneror perempuannya dahulu sebelum Sandy, karena kamu juga sakit hati kan dengan perempuan itu?"
"Memang brengsek, setau saya handphone mas Sandy masih baru, mana mungkin dia beli untuk dirinya sendiri, berarti selama ini uang perusahaan dia pakai untuk berfoya-foya dengan perempuan itu? Saya nggak mau tahu ya Kak, pokoknya mereka berdua harus mendapatkan balasan yang sepadan."
"Tenang Lita kamu jangan emosi dulu, makanya saya di sini ingin mencari informasi tentang perempuan itu. Sabar ya kasih saya waktu, semua akan berjalan sesuai rencana ko."
"Hmmm baiklah Kak, secepatnya kakak kasih kabar lagi ya, saya pasti selalu menunggu kabar itu."
"Iya Lita, kamu hanya perlu sabar ya tenang saja."
"Baik Kak."
Andini sedikit demi sedikit sudah tahu tentang profilnya Fika. Kini dia harus lebih mencari lagi semua tentang Fika.
"Hmmm berarti benar namanya itu Fika Larasati".
Ucap Andini sambil mengarahkan pandangannya ke atas seakan-akan berfikir.
"Oh iya Mudah-mudahan saja ada di sosial medianya mas Sandy."
Andini kini mencari di pertemanan Facebook Sandy karena Sandy ini lebih aktif di sosial media Facebook daripada yang lain, dan ternyata disitu ada nama Fika Larasati dan fotonya pun sama seperti Fika yang Andini lihat selama ini.
"Ohh bener ternyata ini."
Sambil menganggukkan kepala.
Di dalam profilnya Fika ternyata dia itu anak rantau dari luar dan sedang kuliah di salah satu kampus di daerah ibukota. Umurnya juga masih sangat muda beda beberapa tahun dengan Andini. Di profilnya juga banyak sekali foto-foto seksi.
"Mau-maunya ini anak dikerjain sama Sandy, tetapi memang sudah nakal dari sananya sih kelihatan, kasian banget merantau ke kota bukannya bener malah makin hancur. Perempuan seperti ini memang harus dapat pelajaran."
Andini merasa sedikit kasihan tapi lebih banyak rasa kesalnya.
Saat sore tiba.
Kini Andini sudah berada di rumah dan beristirahat sambil memikirkan rencana untuk esok hari, tetapi di luar tiba-tiba saja ada suara motor dan tak lama mengetuk pintu gerbang rumah Andini.
Andini pun langsung mengintip dari jendela, dan ternyata itu adalah Indra. Andini langsung membukakan pintu dan terlihat Indra di balik gerbang.
"Ya Ampun Indra. Ayo sini masuk!"
Andini berbicara sambil memegang gagang pintu.
"Nggak usah ah Din di sini saja, nggak enak nanti ada yang lihat kalau aku masuk ke dalam."
"Hmmm yaudah deh."
Andini berjalan dan membukakan pintu gerbang.
"Kamu ko pulang gak kasih tahu aku sih Din?"
"Aku baru sampe sayang, makanya belum sempet kasih tahu."
"Hmm. Ngomong-ngomong Kamu dari mana saja sih? Sampe sore begini pulangnya?"
"Aku habis bertemu sama temen lamaku, dulu dia tetanggan sama aku waktu aku tinggal di sana dan belum bercerai, aku nggak ke mana-mana lagi ko cuma bertemu doang dan ngobrol."
"Hmm bener? Gak bertemu sama cowok kan?"
"Ya enggak lah Indra, masa aku bertemu sama cowok. Kan cowok aku ada di sini di depan aku."
"Hmm, Aku khawatir Din, lain kali aku ikut ya kalau kamu pergi ke mana-mana."
"Masa gak percaya sih sama aku,katanya sayang?"
"Bukannya begitu, aku kan cuma takut saja, mana kemarin tiba-tiba lagi izin mau perginya."
"Udah ah jangan cemburu ya, aku cuma punya kamu ko saat ini, aku juga kan harus cari sampingan sayang buat kita nanti setelah nikah, jadi ngapain aku nyari laki-laki lain lagi, ini semua buat kita-kita juga ko nantinya."
"Hmmm aku jadi malu, harusnya aku yang kerja keras bukan kamu Din."
"Apasih ah, nggak boleh bilang begitu, kamu juga sama sayang pasti lagi berusaha, udah ya jangan bilang begitu, aku nggak suka kalau kamu ngeluh"
"Hmmm, maafin aku ya Din, aku hanya seperti ini."
"Tuh kan, aku bilang kan udah, yaudah aku masuk nih kalau kamu masih kaya begitu."
"Hmmm iya iya. Aku kan malu tau."
"Nggak usah malu. kalau sayang sama aku harus semangat, ceria nggak boleh murung kaya gitu. Nanti aku nggak kasih cium baru tahu rasa kamu."
"Kamu ini orang lagi serius malah becanda."
"Lah memang iya, kalau murung kaya begitu aku males ciumnya juga. Ihhh."
"Lagian siapa juga yang minta cium coba hmmm."
"Emangnya nggak mau gitu aku cium?"
"Em, mau sih, tapi kan ini lagi di luar, masih sore juga."
"Dih memangnya kalau sore kenapa?. Lagian dicium doang ya nggak aneh-aneh, yeee."
"Ya maksudnya aku kan belum mandi masih bau matahari, gitu maksudnya hehe"
"Hmmm alesan saja dasar. Oh iya kamu habis dari mana sayang?"
"Aku habis dari minimarket beli peralatan mandi sama minyak wangi. Oh iya lupa, aku beliin cokelat nih buat kamu. Mau nggak?"
Indra mengeluarkan sebatang coklat dari plastik belanjaan.
"Aduh udah bisa romantis ya sekarang. Mau dong sini!"
"Nih!"
Andini pun menerima coklat tersebut.
"Terima kasih ya sayangku."
"Iya sama-sama, tapi maaf ya Din cuma cokelat."
"Tuh kan mulai deh ngeluh lagi. Aku kan nggak pernah minta apa-apa Indra sama kamu, sekali lagi kamu ngeluh aku bener-bener marah nih."
"Iya iya maaf jangan marah, hmmm."
"Lagian jelek tahu ih apa coba ngeluh kaya begitu."
"Iya nggak akan ngeluh lagi deh. Oh iya Nanti malem aku mau apel ya ke sini."
"Jangan ah. Besok saja ya, kan katanya kamu mau ajak aku main yang jauh besok, jadi malam ini harus istirahat biar besoknya kuat."
"Hmmm. Padahal sengaja aku beli peralatan mandi biar nanti malem aku wangi pas datang ke sini."
"Idih udah mulai ganjen ya. Besok saja ah, kalau nanti malam kamu pasti begadang di sini, terus aku nggak bisa tidur juga di colekin terus pasti."
"Huh. Yaudah lah, tapi besok pagi-pagi ya aku jemput, aku ingin seharian sama kamu pokoknya."
"Iyaaa siap bosku aku menantimu."
"Yaudah aku pamit deh kalau begitu."
"Iya mandi gih sana, bau asem ih."
"Kamu juga belum mandi wleee."
"Hehe. Hati-hati yaa cinta."
"Iya sayang daah"
"Dah"
Andini tersenyum bahagia melihat Indra yang makin ke sini makin mencintainya. Begitu juga dengan Andini yang makin menyayangi Indra.