Jika cinta pertama bagi setiap anak perempuan adalah ayah, tetapi tidak bagi Lara. Menurut Lara ayah adalah bencana pertama baginya. Jika bukan karena ayah tidak mungkin Lara terjebak, tidak mungkin Lara terluka.
Hidup mewah bergelimang harta memang tidak menjamin kebahagian.
Lara ingin menyerah
Lara benci kehidupan
Lara lebih suka dirinya mati
Di tuduh pembunuh, di usir dari kediamannya, bahkan tunangannya juga menyukai sang adik dan membenci Lara.
Lantas, apa yang terjadi? Apakah Lara mampu menyelesaikan masalahnya? Sedangkan Lara bukanlah gadis tangguh.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon blue.sea_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SMA Aksara Bangsa
Lara membuka matanya perlahan, gadis itu dapat melihat buk Darmi sibuk menyusun peralatan yang digunakan untuk mengobati Lara.
Ceklek
"Akhirnya kamu bangun, cepat ke ruang makan sudah saatnya makan malam."
Ravindra berdiri tegap di ambang pintu. Sorot matanya seakan tak peduli dengan keadaan Lara sedikitpun.
"Tuan, sebaiknya non Lara makan malam di kamar saja." Bik Darmi menatap Lara kasihan, kondisi Lara masih sangat lemah tidak mungkin harus ke bawah untuk makan malam bersama.
"Menyusahkan. Alena saja masih bisa ke bawah untuk makan malam." Ravindra membalik badan hendak pergi dari kamar Lara. Pria tersebut tidak akan betah berlama-lama di kamar itu.
"Jangan salah paham, saya datang karena Alena yang memintanya Alena tidak mau makan malam jika tak ada kamu."
Ucapan terakhir Ravindra kembali membuat Lara termenung. Gadis cantik tersebut menatap nanar pintu putih kamarnya, tempat terakhir dimana Ravindra mengucapkan kalimat yang membuat luka Lara semakin menganga.
"Aku tahu ayah, selamanya akan terus seperti ini bukan?"
Lara menoleh saat merasakan tepukan di bahunya. Gadis itu tersenyum teduh untuk menenangkan bik Darmi.
"Ayo non, maaf ya non saya gak bisa membantu. Tuan Ravindra begitu mendominasi."
Lara mengangguk, tidak masalah ini sudah biasa ia lewati.
~-----~
"Kakak, aku minta maaf karena buat kaki kakak terluka."
Lara terkejut, Alena memeluknya sangat erat. Lara melirik Ravindra yang menatap tajam Lara. Lara mengangguk, pertanda ia tidak akan menyakiti Alena.
Lara melihat Alena datar, tak tersentuh sedikitpun dengan sikap Alena yang bahkan saat ini telah menitikkan air mata.
"Maksud lo?"
Alena tersenyum manis tetapi itu malah membuat Lara muak. Alena mendekatkan wajahnya tepat ditelinga Lara.
"Aku akan merebut segalanya kakak. Oh ya, bagaimana dengan luka di keningmu? Itu hanya permulaan."
Alena membisikkan kalimat tersebut membuat Lara tersenyum miring. "Gue tunggu Alena sayang."
Alena mengurai pelukan keduanya. Menarik tangan Lara menuju meja makan, Lara hanya mengikuti saja. Entah apa yang akan di mainkan lagi oleh Alena.
"Aku udah siapin makan malam buat kakak aku harap kakak suka."
Lara mengangguk, gadis itu mencicipi pasta buatan Alena. Rasanya tidak buruk.
Akhirnya, makan malam berlangsung tenang. Tak ada suara dari keluarga tersebut sesekali hanya terdengar dentingan sendok dan garpu.
"Lara mama akan mendaftarkan kamu di salah satu sekolah bertaraf internasional. Mengingat kemampuan belajar kamu yang luar biasa mungkin kamu akan cocok di sana."
Rania tampak begitu antusias, tampaknya wanita itu sangat bersemangat mendaftarkan Lara di sekolah tersebut.
"Maaf Tante, tapi saya tidak suka berbicara saat makan."
Rania hampir terpancing, saat mendengar sahutan Lara. "Anak ini tidak tahu sopan santun." Batin Rania.
Namun Rania kembali diam, kali ini dia akan memberi Lara kesempatan.
"Bagaimana tadi Tante? Tante ingin mendaftarkan Lara ke sekolah yang gak aku inginkan?"
Lara tak akan membuat Rania menang kali ini.
"Bukan begitu Lara. Tap-"
Lara mengangguk, lali menyenderkan tubuhnya ke kursi. "Aku paham Tante ingin yang terbaik untuk aku."
Ucapan Lara membuat Rania lega. Sepertinya Lara bisa diajak kerja sama.
"Tapi aku akan bersekolah di SMA Aksara Bangsa."
Rania dan Alena tidak setuju. Keduanya hendak bersuara tetapi Lara sudah bangkit dari duduknya.
"Aku tidak sedang meminta persetujuan tapi aku sedang memberi tahu. Jadi tak ada yang membantah. Mulai besok aku akan bersekolah disana."
Ucapan Lara berhasil membuat Rania dan Alena tercengang.
salam kenal
terus semangat
jangan lupa mampir ya