Pernikahan Rere dan Haikal yang tinggal menghitung hari, terpaksa batal karena Rere diketahui hamil. Rere merasa jika dirinya menjadi korban perkosaan, tapi dia tak tahu siapa yang melakukannya karena dia dalam kondisi tidak sadar saat itu. Disaat dia hancur karena pernikahannya batal dan mengandung janin dari orang yang tidak dia kenal, Romeo datang dan menawarkan diri untuk menikahinya. Tanpa Rere tahu, jika sebenarnya, Romeo adalah orang yang telah menodainya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TAK MENYESAL
Febbi menyesap jus mangga yang ada didepannya. Kesegarannnya hanya mampu menyentuh tenggorokan, bukan pikirannya. Karena saat berhadapan dengan Gina seperti ini, pikirannya selalu kacau. Ketenangan hidupnya benar banar musnah kerena Gina.
"Buruan ngomong, ada kepentingan apa ngajakin aku ketemu?" Febbi tak ingin terlalu berbasa basi dengan Gina.
"Serius amat, santai aja. Bukankah biasanya dulu kita kongkrong bareng. Ups....sekarang udah enggakya." Gina tertawa ringan sambil menutup mulutnya dengan telapak tangan. "Sorry, aku lupa kalau kita udah bukan sahabat lagi." Gina tersenyum miring sambil menyelipkan rambutnya kebelakang telinga. "Ngomong ngomong, gimana kabar sahabat kamu, si Rere? Perasaan sekarang udah gak pernah lihat kalian makan siang bareng lagi?"
Febbi tersenyum miring dengan kedua tangan dilipat didada. Ternyata dugaannya benar, Gina selalu mengawasinya sejak dia dekat dengan Rere.
"Rere udah gak kerja lagi sejak seminggu yang lalu. Jadi please mulai sekarang, gak usah mematai matai aku lagi."
Gina tertawa ringan sambil geleng geleng. "Siapa juga yang mata matain kamu, jangan ge er deh. Oh iya, btw , ngapain Rere berhenti kerja?"
Febbi ingin sekali tertawa mendengar pertanyaan konyol itu. Rasanya tak perlu dijelaskan sebabnya, Gina juga sudah paham. "Apa perlu aku perjelas alasannya?"
"Aku gak nyangka kalau mentalnya selemah itu," cibir Gina.
Febbi melongo mendengarnya. Apa tidak salah apa yang Gina katakan. Apa masalah Rere sangatlah ringan hingga dia mencibir seperti itu? Diperkosa hingga hamil tanpa tahu siapa pelakunya, pernikahannya dibatalkan, dicemooh teman sekantor, apa masalah seperti itu bisa dibilang ringan hingga Gina mengejek mentalnya lemah? Siapapun yang ada diposisi Rere, sudah pasti tidak akan kuat menghadapi masalah seberat itu.
"Tujuan kamu cuma mau membatalkan pernikahan Rere dan Haikal kan? Semua sudah terwujud. Sekarang, tak bisakah kau berhenti mengusik hidup Rere?"
Gina tergelak mendengar permintaan tulus Febbi.
"Sepertinya, kau sudah benar benar menjadi sahabat Rere."
"Biarkan Rere bahagia dengan Romeo, jangan ganggu dia lagi atau membuatnya sakit hati. Tujuanmu Haikal kan? Fokuslah mengejarnya, kejar tujuanmu itu. Kalau sudah tak ada yang harus dibicarakan, aku harus pergi." Febbi mengambil tas yang ada diatas meja lalu beranjak dari duduknya.
"Tunggu. Aku bahkan belum menyampaikan inti dari pembicaraan kita."
Febbi membuang nafas kasar lalu duduk kembali.
"Aku hanya ingin mengingatkanmu untuk tidak macam macam, apalagi sampai mengatakan yang sesungguhnya pada Rere. Karena kalau kau sampai melakukan itu, aku akan membongkar aibmu, PELAKOR," tekan Gina sambil menatap Febbi tajam.
Febbi mengepalkan kedua telapak tangan sambil melihat sekeliling. Jangan sampai ada yang dengar Gina menyebutnya pelakor.
"Kamu yang bayar ya." Gina menghabiskan minumannya lalu berdiri. "Uang bulanan dari sugar daddymu masih lancarkan? Atau jangan jangan udah macet karena ketahuan istrinya."
"DIAM." Desis Febbi sambil kembali lagi melihat kesekeliling.
"Belum ketahuan ya? Hebat banget, 7 tahun bisa gak sampai ketahuan. Oh iya, kalau saja hari itu kamu gak aborsi, anak kamu pasti udah gede sekarang." Gina tersenyum penuh kemenangan lalu pergi begitu saja.
Febbi mengambil gelas diatas meja lalu membantingnya hingga pecah. Dia tak peduli jika harus mengganti gelas tersebut, yang penting amarahnya bisa tersalurkan.
.
.
.
Cantik, Romeo memuji dalam hati saat diam diam memperhatikan Rere yang sedang sibuk mengatur toko barunya. Ya, Rere sudah berhenti bekerja sejak seminggu yang lalu. Dan sekarang, dia sudah mantap membuka toko bunga segar. Selain menyukai bunga, dia juga pandai merangkai bunga.
Rere yang sedang sibuk bersama dua orang pekerja yang akan mengatur ruangan, tak menyadari kedatangan Romeo.
Rere terkejut saat seseorang yang berdiri dibelakang menyodorkan coklat kehadapannya.
"Buat si super sibuk biar makin semangat."
"Romeo." Tanpa membalikkan badan, Rere sudah tahu karena hafal dengan suara itu. Diambilkan sebatang coklat dari tangan Romeo lalu membalikkan badan.
"Terimakasih." Ujarnya girang sambil menggoyangkan coklat ditangan. "Gimana?"
"Apanya?" Romeo mengernyitkan dahi.
"Huft." Rere membuang nafas kasar. "Ngelamar kerjanya?"
Ya, hari ini Romeo ada interview kerja disalah satu perusahaan. Dia sudah berangkat sejak tadi pagi, dan pulangnya langsung mampir ke tempat yang akan dijadikan toko oleh Rere.
Romeo menggeleng, hari ini dia belum beruntung meski sudah berusaha maksimal.
"Sabar." Rere menepuk nepuk lengan Romeo. "Anggap saja belum rejeki. Nanti kalau udah rejekinya, juga pasti dapat."
Rere lalu mengajak Romeo duduk dibangku panjang yang ada didepan toko. Rencana bangku itu nanti juga akan dibuat untuk menaruh bunga. Jika kemarin kemarin Romeo yang selalu menyemangatinya, sepertinya hari ini giliran dia yang harus melakukan itu.
Rere membuka pembungkus luar coklat lalu mematahkan coklat menjadi dua bagian.
"Biar semangat." Rere menyodorkan coklat tersebut kehadapan Remeo.
"Gak suka." Romeo menggeleng.
"Ck, padahal ini enak sekali. Cobain deh."
"Aku tak yakin, tapi mungkin jadi enak jika langsung dari tanganmu."
Rere seketika tergelak. "Bilang saja kalau minta disuapin." Dia membuka sedikit pembungkus bagian dalam yang melekat pada coklat lalu menyuapkan pada Romeo.
Romeo tersenyum melihat Rere melakukan seperti yang dia mau. Segera dia membuka mulut dan menerima suapan itu.
"Hmm...Seumur hidup, baru kali ini aku ngerasa kalau coklat itu enak."
Rere tak bisa menahan tawanya. Dia tahu itu hanya candaan Romeo saja, tapi apapun itu, dia tetap merasa senang. Dia lalu ikut menggigit coklat yang baru saja digigit Romeo.
"Jangan terlalu dipikirkan. Kita akan membuka toko bunga. Kalaupun kamu belum dapat kerja, itu gak masalah," ujar Rere.
Romeo tersenyum getir. Baru kali ini dia merasa benar benar tak berguna.
"Kamu pasti nyesel nikah sama pengangguran kayak aku?"
Rere berdecak sambil memutar kedua bola matanya jengah. "Kau tahu Romeo, beberapa kali aku pernah merasa menyesal telah mengambil keputusan yang salah. Tapi keputusan untuk menikah denganmu, adalah keputusan paling tepat yang pernah aku ambil selama ini. Aku tak menyesal, dan tak akan pernah menyesal."
Dada Romeo tiba tiba terasa sesak. Segera dia membuang pandangan kearah lain. Jangan sampai Rere melihat matanya yang berkaca kaca.
Kalau saja kau tahu apa yang sudah aku lakukan, pasti menikah denganku adalah keputusan yang paling kau sesali.
mboke dikit2 blg titip suamiku
bhkn lbh menjgkelkan lagi mboke titip2 suamiku ke aku. geleng2 aku... 😂😂😂😂dmn2 tuh pihak perempuan titip ke pihak laki2... ini kebalik