Di Sektor 5, kekuasaan, loyalitas, dan reputasi adalah segalanya. Setelah cedera menghentikan karier balapnya, Galang kembali ke kota asal hanya untuk mendapati jalanan dikuasai oleh 12 geng brutal, dipimpin oleh Blooded Scorpio yang kejam. Ketika sahabatnya, Tama, menjadi korban, Galang terpaksa kembali ke dunia balapan liar dan pertarungan tanpa ampun untuk mencari keadilan. Dengan keterampilan balap dan bela diri yang memukau, ia menantang setiap pemimpin geng, menjadi simbol harapan bagi banyak orang di tengah kekacauan. Namun, musuh terbesar, Draxa, pemimpin Blooded Scorpio, menunggu di puncak konflik yang dipenuhi pengkhianatan dan persatuan tak terduga, memaksa Galang menghadapi bukan hanya Draxa, tetapi juga dirinya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Banu Sahaja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keangkuhan Sang Banteng
Suara mesin besar yang bergemuruh menggetarkan jalanan Sektor 5 pada siang hari yang panas. Orang-orang yang sedang beraktivitas di pasar kecil menoleh ketika melihat konvoi motor besar melintas, melambat sejenak untuk memperhatikan aktivitas di sekitar dojo Galang. Motor-motor itu memiliki bodi besar dengan desain kokoh, dan lambang kepala banteng terpampang jelas di setiap sisi motor.
Di depan konvoi itu, seorang pria besar dengan tubuh kekar dan dada lebar duduk di atas motor Harley-Davidson Fat Bob. Helm yang ia kenakan tidak sepenuhnya menutupi wajah kerasnya yang penuh percaya diri. Jaket kulit hitam dengan simbol Taurus di punggungnya mengukuhkan siapa dia—Surya ‘Bull’ Tanjaya, pemimpin geng Taurus Horn, salah satu geng motor paling berkuasa di Sektor 5.
Surya menghentikan motornya tepat di depan dojo Galang, mengamati bangunan sederhana itu dengan tatapan sinis. Ia mematikan mesin motornya, diikuti oleh anggota gengnya yang berjumlah sekitar sepuluh orang. Keheningan sesaat terjadi, hanya terdengar suara pintu dojo yang terbuka ketika Tama keluar dengan wajah bingung.
“Kalian mau apa?” tanya Tama, matanya memperhatikan tiap anggota geng dengan waspada.
Surya turun dari motornya, melangkah mendekat dengan langkah berat yang memantapkan keberadaannya. “Aku ingin bertemu Galang,” katanya dengan suara yang dalam dan penuh otoritas.
Tama melangkah maju, mencoba menutupi pintu dojo dengan tubuhnya yang lebih kecil. “Kalau kau datang untuk mencari masalah, lebih baik pergi sekarang.”
Surya tertawa kecil, tetapi tidak ada humor dalam suaranya. “Masalah? Tidak, aku tidak mencari masalah. Aku hanya ingin memberikan tantangan.”
Sebelum Tama bisa menjawab, suara langkah pelan terdengar dari dalam dojo. Galang muncul, matanya langsung tertuju pada Surya yang berdiri di halaman. Ia tidak menunjukkan emosi apa pun, hanya menatap pria besar itu dengan tenang.
“Apa yang kau inginkan?” tanya Galang dengan nada datar.
Surya tersenyum, mengangkat dagunya sedikit. “Kau tahu siapa aku?”
Galang tidak menjawab, tetapi tatapannya mengatakan bahwa ia sudah tahu.
“Aku Surya, pemimpin Taurus Horn,” lanjut pria itu sambil melangkah mendekat. “Dan aku datang untuk menantangmu. Bukan untuk balapan, tapi untuk mengukur seberapa jauh ketangguhanmu.”
Tama melangkah ke samping Galang, menatap Surya dengan marah. “Kau semua sama saja! Kalau mau balapan, kenapa tidak langsung saja?”
Surya menoleh ke Tama dengan senyum dingin. “Kami Taurus tidak bermain dengan kecepatan saja. Kami bermain dengan kekuatan.” Ia menoleh kembali ke Galang. “Tengah malam nanti. Jalur Tanah Merah. Kau dan aku. Kalau kau menang, Taurus Horn akan meninggalkanmu. Tapi kalau kau kalah, dojo ini milikku.”
Tama langsung memprotes, tetapi Galang mengangkat tangannya, menghentikan Tama sebelum berbicara lebih jauh. “Baik,” kata Galang akhirnya. “Aku terima.”
Surya tersenyum puas, lalu berbalik kembali ke motornya. “Sampai jumpa malam nanti,” katanya sebelum menyalakan mesin dan meluncur pergi bersama gengnya, meninggalkan debu yang beterbangan di halaman dojo.
Malam tiba dengan cepat, dan suasana di Jalur Tanah Merah terasa lebih mencekam dari biasanya. Lintasan itu terkenal sebagai salah satu jalan paling berbahaya di Sektor 5, penuh dengan tikungan tajam, jalanan berbatu, dan tebing-tebing curam di kedua sisinya. Sorotan lampu dari puluhan motor geng Taurus Horn menerangi jalur itu, menciptakan suasana yang hampir seperti arena gladiator.
Galang tiba dengan Honda CBR 1000RR Fireblade-nya, helmnya sudah terpasang dengan rapi. Tama, meskipun enggan, tetap mendampinginya hingga garis start.
“Ini gila, Galang,” bisik Tama. “Lintasan ini dirancang untuk menjebakmu. Mereka pasti sudah menyiapkan sesuatu.”
Galang menoleh ke Tama, senyumnya tipis tetapi penuh keyakinan. “Aku tahu. Tapi aku tidak akan mundur.”
Surya, yang sudah bersiap di atas Harley-Davidson Fat Bob-nya, melangkah ke garis start. Motor besar itu mengeluarkan suara yang berat dan bertenaga, seolah menjadi perpanjangan dari kehadiran Surya yang mendominasi.
“Siap, Galang?” tanya Surya dengan nada mengejek.
Galang hanya mengangguk, menyalakan Fireblade-nya. Suara mesinnya yang halus tetapi bertenaga menjadi kontras dengan gemuruh Harley milik Surya.
Seorang anggota Taurus Horn berdiri di tengah lintasan dengan bendera hitam di tangannya. “Satu putaran penuh!” teriaknya. “Yang pertama kembali ke garis ini adalah pemenangnya!”
Ketika bendera diturunkan, kedua motor melesat bersamaan, meninggalkan garis start dengan kecepatan penuh.
