Dante Witama sang mafia kelas kakap, pria cuek dan berdarah dingin ini. Tidak akan pernah segan-segan, untuk menghakimi seseorang yang telah berbuat salah kepadanya. Beliau akan menghormati orang yang medikasikan, untuk bekerja sama dengan cara baik dengannya.
Putri seseorang rekan kerjanya Andika, harus siap menelan pil pahit dalam hidupnya. Karena kedua Orang tuanya, telah dibunuh oleh Dante Witama. Karena telah menggelapkan uang perusahaan senilai 30 triliun, untuk dipakai bersenang-senang.
Pada akhirnya putri Andika, bernama Jeslin, harus siap menjadi istri dari mafia kejam itu, sebagai balasan perbuatan ayahnya, telah menggelapkan uang perusahaan. Jeslin berada dalam jeruji penderitaan, tidak pernah merasakan bahagia, semenjak menikah dengan Dante. Karena Dante menjadikan dirinya layaknya budak.
Apakah suatu hari ini Jeslin, akan mampu meluluhkan hati mafia kelas kakap yang dingin dan kejam ini? Yuk ikuti kisah keduanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Imut Manis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
Semenjak Jeslin menjadi istri Dante, disaat itulah wanita ini ingin membalaskan dendam, atas kematian Orang tuanya. Jeslin berusaha mencari tahu letak kelemahan pria mafia kelas kakap itu. Setelah mencari tahu letak kesalahan pria itu, Jeslin ingin membuat pria itu jatuh cinta. Setelah itu meninggalkan pria itu setelan jatuh cinta.
"Aku akan mencari tahu letak kelemahan kamu. Lihat saja aku akan menemukan bukti baru nantinya," gumam Jeslin didalam hati, ketika pria itu tidur nyenyak.
Jeslin mulai mencari info terbaru, tentang pria itu selama ini. Jeslin mencurigai bawa meja yang disamping dekat tidurnya. Merupakan meja yang banyak menyimpan rahasia besar. Jeslin belum beruntung untuk membongkar isi laci meja tersebut.
"Mungkin di meja itu dia menyimpan rahasia besar," gumam Jeslin didalam hati.
Kini Jeslin mendapatkan perlakuan istimewa oleh Dante. Wanita itu sedang mengandung anak Dante. Kini usia kandungan wanita itu, telah berusia 3 bulan. Dante juga melarang wanita itu, untuk mengerjakan pekerjaan rumah. Ada anak yang ada dalam kandungan Jeslin, untuk dijaga anak tersebut. Karena itu merupakan darah daging Dante.
"Aku akan menjaga anak ini," gumam Jeslin didalam hati.
Ketika wanita itu bangkit dari tempat tidur. Wanita itu naik ke lantai tiga, lalu duduk di kursi balkon tersebut. Jeslin memandangi pemandangan dari bawah. Lalu dirinya teringat dengan kenangan bersama Orang tuanya. Tak bisa dipungkiri semakin hari Jeslin semakin rindu. Jeslin juga meminta maaf kepada Orang tuanya. Telah melakukan kesalahan besar, mengandung anak dari Dante. Tidak ada cara yang bisa dilakukan oleh wanita itu lagi, selain menikah kontrak dengan Dante.
Jeslin menangis sejadi-jadinya, mengingat rindunya pada Orang tuanya. Lalu! Wanita itu berjanji, jika nanti suaminya telah mencintai dirinya. Maka Jeslin akan menghancurkan hidup pria itu secara berkeping-keping.
"Maafkan aku Papa dan Mama. Aku tidak ada pilihan lain, selain menikah dengan pria itu," gumam Jeslin didalam hati, wanita itu menangis.
Setelah setengah jam Jeslin tidak ada ditempat tidur. Ketika Dante sedang meraba wanita itu pergi atau tidak. Ketika ditatapnya kearah samping, tak ada sosok Jeslin disana. Sehingga Dante langsung panik dan berusaha mencari Jeslin ke setiap sudut ruangan.
Di setiap sudut ruangan, setelah pria itu menelusuri. Dante tidak menemukan Jeslin. Sehingga sekarang pria itu berlari menuju balkon. Tempat yang belum dia telusuri, untuk mencari wanita itu.
Ketika sampai di lantai tiga, Dante menemukan Jeslin sedang menangis. Pria itu menghela nafas, ketika Jeslin di balkon. Dipandangi pria itu Jeslin, lalu menoleh terkejut ketika Jeslin menangis. Dalam keadaan sedang berbadan dua.
Dante segera mendekat kepada wanita itu. Entah mengapa yang awalnya Dante tegas dan kasar kepada siapa pun. Menjadi luluh ketika melihat Jeslin Sedang menangis. Pria itu tidak marah, ketika Jeslin keluar dari kamar. Jika dirinya marah bisa menyebabkan Jeslin mempunyai banyak pikiran.
"Jeslinnnnnnnn ...," panggil pria itu.
Jeslin terkejut dan menoleh kearah belakang. Jeslin melihat ada suaminya yang sudah berdiri di belakang. Jeslin segera berdiri dan mendekat kearah Dante. Lalu, wanita itu meminta maaf kepada Dante, telah kabur ke balkon tanpa permisi.
"Dante. Maafkan saya telah salah. Saya telah kabur dari kamar. Hendak menenangkan diri di balkon ini," lirih Jeslin memohon maaf, wajahnya begitu ketakutan karena pria itu bisa melakukan hal yang kejam kepadanya.
Entah mengapa saat Jeslin sedang hamil. Dante mendadak berubah menjadi lebih baik. Bahkan, pria itu sudah mulai mampu mengontrol emosinya. Kepada orang lain jika dia salah, maka Dante tidak kejam-kejam akan menghukum orang itu. Namun, berbeda dengan istrinya saat ini. Jika istrinya melakukan kesalahan, maka Dante masih bisa memaafkan. Memberikan perlakuan spesial, ketika wanita itu sedang hamil.
"Tidak apa-apa. Jangan meminta maaf kepada aku. Karena, kamu tidak pernah salah sayang." Di malam itu untuk pertama kalinya, pria itu memanggil sayang. Bahkan, mengelus rambut Jeslin, juga menurunkan egonya saat itu.
Tentu saja Jeslin kaget dengan perubahan signifikan pada pria itu. Mendadak pria itu menjadi penuh kelembutan. Mampu menurunkan ego dan keras kepalanya, demi anak yang ada didalam kandungan.
"Hah, benarkah kamu ini, Dante?" tanya Jeslin merasa heran dengan perubahan suaminya.
"Iya. Ini saya." Dante mengganguk.
Dante menanyakan kepada wanita itu, sedang lagi ngapain Jeslin di balkon tengah malam. Terlihat wanita itu sedang menangis, sehingga menandakan bawa suasana hati perempuan itu sedang tidak baik-baik saja. Entah apa yang sedang dipikirkan oleh wanita itu saat itu.
"Aku mau tanya kamu, Jes. Apa yang sedang kamu lakukan disini? Mengapa kamu tampak sedih dan menangis?" tanya Dante dengan tatapan serius.
Jeslin diam sejenak tak mungkin dirinya bercerita tentang semua ini. Sampai saat ini Jeslin belum tahu, dimana Orang tuanya dimakamkan. Dengan penuh keberanian Jeslin bertanya, dimana Orang tuanya dimakamkan. Jeslin mengerti dengan pertanyaan menantang itu, akan membuat Dante emosi nantinya. Tetapi, Jeslin tetap kekeh akan menanyakan hal itu.
"Dimana Orang tua saya dimakamkan? Saya ingin ziarah ke makam Orang tua saya." Jeslin penuh keberanian, bertanya hal seperti itu. Tangannya gemetaran dan bicaranya sangat terbata-bata saat itu.
Dante menarik nafas tidak menyangka, Jeslin akan menanyakan hal itu. Pria itu memejamkan mata, sebenarnya dia ingin marah. Tetapi, akhirnya Dante tidak meluapkan semua emosi dirinya. Pria itu mencoba sabar, karena istri dalam keadaan hamil.
"Buat apa kamu bertanya seperti itu? Tak perlu menanyakan hal itu. Bukan ranah kamu untuk ikut campur!" ungkap pria itu dengan mengerutkan kening.
"Hah, bukan ranah aku untuk ikut campur? Selagi aku belum tahu makam Orang tua aku dimana. Maka aku akan bertanya ini terus kepada kamu. Gak kasihan kamu melihat aku tertekan batin," ucap wanita itu saat itu.
Dante hanya bisa terdiam dan tak menjawab. Pria itu meminta istrinya untuk tidur. Pria itu tidak akan pernah menjawab pertanyaan istri. Sebab Orang tua Jeslin sudah berkhianat kepadanya.
"Udahlah. Lebih baik sekarang kamu tidur. Lihat! Kamu sedang mengandung saat ini. Aku tidak mau anak yang ada dalam kandungan kamu kenapa-kenapa. Ayo kita tidur ...," jawab pria itu, menarik tangan Jeslin.
Jeslin tetap kekeh pada pendiriannya saat itu. Jeslin akan bertahan bawa dirinya tetap ingin tahu jawaban dari pria itu. Wanita itu mengancam suaminya, tidak akan tidur sebelum suaminya menjawab semuanya.
"Aku tidak akan pernah tidur. Jika kamu tidak menjawab semuanya," ancam wanita itu saat itu.
"Hah, kok kamu gini sih sekarang?" tanya Dante, terkejut dengan wanita itu semakin menantang dan melawan kepadanya.