NovelToon NovelToon
Di Nafkahi Berondong Ku.

Di Nafkahi Berondong Ku.

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Beda Usia / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Teman lama bertemu kembali
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: tami chan

Devina adalah seorang mahasiswi miskin yang harus bekerja sampingan untuk membiayai kuliahnya dan biaya hidupnya sendiri. Suatu ketika dia di tawari dosennya untuk menjadi guru privat seorang anak yang duduk di bangku SMP kelas 3 untuk persiapan masuk ke SMA. Ternyata anak lelaki yang dia ajar adalah seorang model dan aktor yang terkenal. Dan ternyata anak lelaki itu jatuh cinta pada Devina dan terang-terangan menyatakan rasa sukanya.
Apakah yang akan Devina lakukan? apakah dia akan menerima cinta bocah ingusan itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tami chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jantung aman?

Pagi ini begitu cerah, secerah hati Devi yang berbunga-bunga. Sejak semalam dia tak bisa tidur karena terus memikirkan Devan. Murid lesnya yang super tampan itu, terus menari-nari di benak Devi. Banyak pertanyaan tumpang tindih memberondong inya. Dengan satu harapan yang tidak mungkin menjadi kenyataan. Ya, harapan jika Devan menyukainya. Menyukai Devi si perempuan biasa saja, yang lebih tua 5 tahun, miskin, jelek, tak punya kelebihan, kampungan, dan bodoh dalam hal cinta-cintaan.

Devi menghela, bahkan jika di cari lagi, dia memiliki ribuan kekurangannya jika di bandingan perempuan normal yang lainnya yang mungkin lebih pantas bersanding dengan seorang Devan.

"Pliss Devi, jangan berharap menggapai bulan yang tinggi di langit, sakit jatuhnya..." gumam Devi.

Tapi bagaimana lagi, perhatian dari Devan benar-benar menghangatkan hatinya. Setiap ucapan Devan, sikapnya, semuanya benar-benar membuat Devi menganggap Devan memiliki perasaan padanya. Tapi mungkinkah itu? apa bagian dirinya yaang menarik lelaki? nggak ada!

Devi menghentikan langkahnya, menoleh ke sebuah jendela kaca besar dari sebuah ruangan yang letaknya tak jauh dari dirinya. Dia memandangi pantulan dirinya di sana.

"Biasa aja, nggak ada spesialnya..." desahnya putus asa.

"Kenapa, Lu!"

Suara Anik mengejutkan Devi. Devi menjelaskan napas, malas berurusan dengan makhluk satu ini. Bisa-bisa suasana hatinya jadi mendung.

"Ck! ck! ck! hebat banget sekarang, Lu! penampilan lu kece! dapat sugar daddy kaya, ya?" ucap Anik sambil memperhatikan penampilan Devi.

Hari ini, Devi memang mengenakan blouse putih dan celana jeans hitam yang di belikan Devan. Devi juga mengenakan jam tangan baru berwarna silver yang berkilau jika terkena cahaya matahari, membuat penampilan yang tampak bersinar dan menarik perhatian. Di tambah, dia selalu menggenggam ponselnya di tangan, entah di sengaja atau tidak, dia seperti sedang pamer jika ponselnya sekarang adalah merk terkenal.

Devi yang biasa memakai kemeja kebesaran dan celana belel yang sudah lusuh di bagian lutut itu, kini sudah hilang berganti dengan Devi yang baru penampilannya.

"Terima kasih, gue emang kece!" ucap Devi cuek sambil berjalan menjauh. Pagi-pagi harus berdebat dengan Anik? nggak deh! mending pergi aja.

"Heh! mau ke mana, Lu!" cegah Anik sambil menarik lengan Devi.

"Mau ke kelas! gue ada kuliah! kenapa sih?!" ketus Devi pada Anik.

"Urusan Lu sam Dimas, gimana?"

"Gimana apanya? kenapa sih, Lu kepo?"

"Kak Sita, nangis kemarin karena di marahin Kak Dimas! Lu, kan penyebabnya!"

Devi menaikan kedua alisnya, "mana gue tau, kemarin gue cuti 2 hari! gue nggak ketemu Dimas ataupun kak Sita! puas, Lu!" ucap Devi sambil menghempaskan tangan Anik.

"Hari ini, gue mau ke toko Dimas, mau berhenti kerja di sana. Jadi Lu sama Kak Sita sudah nggak perlu lagi usil ataupun kepo! oke!" Devi pun berjalan menjauhi Anik yang terdiam.

Saat Devi sudah menjauh, Anik tersenyum senang, "kalau Kak Sita putus, Devi juga sudah nggak kerja di sana? berarti aku bisa gantiin Devi dan deketin Kak Dimas?" Anik melonjak kegirangan karena menganggap memiliki kesempatan untuk bisa mendapatkan Dimas.

Ya, sejak dulu Anik memang menyukai Dimas, tapi karena Devi bekerja di tokonya, Anik enggan mendekati Dimas karena tak mau Devi tahu jika dia menyukai Dimas. Tapi tak lama malah Anik tau Kak Sita jadian dengan Kak Dimas, tentu saja Anik makin kesal pada Devi, karena menurutnya Devi lah yang membuat hubungannya dan Dimas tak berjalan lancar.

.

Devi melirik ponselnya, menantikan pesan dari Devan. Namun nihil.

"Apa hari ini, dia nggak les?" gumam Devi.

"Ah, coba aku kirim pesan dulu," Devi mulai mengetik di ponselnya. Namun tak ada balasan, bahkan pesannya belum di baca.

"Oh iya!" Devi menepuk jidatnya, "sekarang kan, jam sekolah!"

Devi memasukkan ponselnya ke dalam tas, dan segera memasuki kelas, karena dari kejauhan dia sudah melihat Pak Sudiro berjalan menuju ruang kelasnya.

.

Waktu sudah menunjukkan pukul dia belas siang, dan kelas Devi telah selesai. Devi segera berjalan keluar, dia hendak menuju toko Dimas dan berniat mengundurkan diri. Devi sudah memikirkannya dengan matang, dan Devi memutuskan untuk keluar dan menunggu kabar dari tante Luci perihal lowongan kerja di caffe kak Vinvin. Toh, gaji dari hasil les sudah sangat cukup bagi Devi.

Dan seperti yang Devi duga, Dimas tak mengijinkan Devi keluar, dia bahkan bilang jika dia sudah putus dengan Sita. Namun keputusan Devi sudah bulat. Akhirnya Dimas menurut, tapi dengan syarat diaa harus mendapatkan pengganti Devi dulu, baru Devi diijinkan keluar. Devi pun menyanggupi.

Sekarang, Devi duduk sendirian di meja kasir, menunggu di toko Dimas yang sepi. Balasan dari Devan tak juga muncul sampai sekarang. Tumben sekali.

Devi merasakan kegelisahan di hatinya karena tak mendapatkan balasan dari Devan, entah kenapa dia merasakan sedih, patah hati dan kecewa.

"Memang nggak mungkin, orang seperti Devan memiliki perasaan padaku... akunya aja yang ke-ge-eran!" rutuk Devi menyalahkan dirinya yang sudah sangat tak tahu malu mengharapkan cinta dari seorang Devan.

Tiba-tiba ponsel Devi berdenting, menandakan ada sebuah pesan masuk. Buru-buru Devi memeriksanya, dan hatinya langsung membuncah bahagia karena pesan itu berasal dari Devan.

[Ya, jam 7.] balas Devan.

[ok.] jawab Devi singkat.

"Yes! Yes!" girang Devi.

.

Devi berjalan perlahan melewati halaman depan rumah Devan, ada sebuah mobil seperti ambulance di garasi. Dan tentu saja membuat Devi penasaran.

Dia berjalan cepat menuju pintu utama yang kebetulan terbuka.

Di ruang tamu, ada Devan dan Tante Luci serta dia orang wanita memakai seragam rumah sakit. Yang satunya memakai seragam perawat, daan yang satunya mengenakan snelli lengan pendek berwarna putih.

Wanita ber-snelli itu sedang memegang sebuah alat suntik, sedang Devan tampak ketakutan dan memeluk Tante Luci.

"Permisi?" ucap Devi memecah ketegangan di ruang tamu itu.

"Oh ada Devi, syukurlah. Tolongin Tante Dev! pegangin Devan!" pinta Luci.

"Devan kenapa?" Devi langsung berjalan cepat mendekati Devan dan duduk di sebelahnya, karena Luci beranjak dan sengaja memberikan tempatnya pada Devi.

"Nggak apa-apa, dia cuma butuh doping! badanya lemes karena kecapean dan kekurangan vitamin. Jadi mau di suntik multivitamin, tapi dia nggak mau," kesal Tante Luci sambil ngos-ngosan.

Devan diam dan tertunduk, tak mau menatap Devi yang ada di sampingnya.

"Kamu takut di suntik?" tanya Devi sambil menahan senyum.

"Ck!" decih Devan, kesal.

"Besok aja lah, Mah! Jangan sekarang!" pinta Devan pada Mamahnya.

"Nggak! tadi aja kamu hampir pingsan! kalau kamu nggak mau istirahat, nggak mau di suntik! besok nggak usah pergi syuting lagi! selamanya sekalian!" ucap Luci dengan tegas.

Devan mendengus.

Devi menatap Devan, "Palingkan wajahmu ke sini, tatap aku aja..." ucap Devi lirih sambil meraih pipi Devan agar menoleh ke arahnya

Devan menatap Devi, tatapannya benar-benar mematikan, Jantung Devi langsung jumpalitan dan salting tak karuan. Untunglah Devi sedang duduk, jika berdiri mungkin dia akan jatuh terduduk dengan lemas.

Devan memejamkan mata lalu merebahkan kepalanya di bahu Devi, saat merasakan jarum suntik menembus lengannya. Tangan Devan yang bebas, langsung melingkari pinggang Devi dan mencengkramnya dengan kuat. Devi hanya terdiam sambil berusaha menenangkan jantungnya.

"Sudah Nak Devan," ucap sang Dokter.

"Terima kasih Dok," ucap tante Luci sambil berjalan menemani dokter wanita dan perawat keluar dari ruang tamu.

Sedang Devi, masih membeku di kursinya.

"D-De-Dev... su... dah selesai loh..."

"Hmm... bentar lagi, masih sakit..." gumam Devan sambil mengeratkan tangannya yang berada di pinggul Devi, dia bahkan menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Devi.

Devi menelan salivanya beberapa kali, dadanya bahkan naik turun karena gugup.

Terdengar langkah kaki mendekati pintu, itu pasti tante Luci.

"Dev! Dev!" Devi menepuk pundak Devan beberapa kali.

"Hhhftt!!!" geram Devan sambil menjauhkan wajahnya dari Devi lalu melepaskan tangannya dari pinggang Devi.

"Ayo mulai les nya!" ucapnya singkat sambil bangun dari duduknya dan berjalan menuju lantai dua.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!